Cao Cao Dari 3 Kerajaan Seorang Tokoh Jahat, Mitos Atau Fakta?
Catatan sejarah tiga kerajaan yang bahwasanya ditulis secara netral dan tanpa memihak kepada satu pihak tertentu. banyak sekali komentar terhadap kebangkitan dan kejatuhan seorang tokoh disampaikan secara proporsional, tanpa ada unsur propaganda gelap atau penyelewengan sejarah.
Lain halnya dengan kisah 3 kerajaan yang dibentuk dengan tujuan menjadi karya sastra yang membangkitkan nasionalisme dan loyalitas terhadap negara. sebab membutuhkan unsur hiburan biar menarik, maka beberapa alur kisah dan penokohan sengaja dirubah biar lebih populer.
Salah satu yang mengalami perubahan drastis yakni penokohan protagonis pada diri Liu Bei dan sekutunya. sebaliknya Cao Cao mendapat tugas antagonis utama.
Pada sosok Liu Bei tindakan curang, licik, tidak pantas, dan semua ketidakadilan yang diperbuat olehnya dalam sejarah justru tidak disebutkan. atau dibentuk seolah-olah dilakukan oleh orang lain. penokohan ini demikian komplit sampai-sampai keberhasilan militernya pun disebutkan sebagai perjuangan para jendral atau penasihatnya. sebagai tokoh Liu Bei bagaikan dicuci higienis kemudian direndam dalam pemutih biar dapat tampil tanpa noda kejahatan sama sekali.
Sedangkan Cao Cao sebagai tokoh sudah dicelupkan ke cat merah kemudian dibilas tinta hitam biar gloss dengan kejahatan, kelicikan dan tendensi psikopat. sedangkan keberhasilannya dalam menghentikan konflik, mencegah peristiwa kelaparan jago dan mengembalikan kestabilan pemerintahan tidak pernah diakui dalam novel.
Sejarah yang bahwasanya mencatat bahwa beberapa adegan yang terkenal dalam novel yakni rekaan, dikaburkan atau murni karangan semata. ibarat pada gambar di atas perjuangan pembunuhan Dong Zhuo dengan meminjam belati glamor milik Wang Yun bertujuan untuk menggambarkan kelicikan dan jiwa oportunis seorang Cao Cao.
Tapi itu rekaan, sejarah mencatat Cao Cao bukanlah pejabat rendah, tapi sudah tercatat sebagai jendral dan pembesar dalam pemerintahan. ia justru ditawari posisi tinggi oleh Dong Zhuo yang merebut ibukota. tapi menolak, mengaku sakit kemudian melarikan diri.
Dikisahkan juga Cao pernah membunuh satu keluarga sebab kesalahpahaman dalam pelariannya. ia kemudian berpapasan dengan seorang anggota keluarga tersebut yang hendak pulang, Cao pun membunuhnya. bukan biar tidak ketahuan, tapi sebab ia tidak tega melihat orang tersebut pulang dan menemukan keluarganya sudah dibunuh semua. peristiwa ini juga rekaan. buktinya tokoh yang diceritakan pergi sehabis menyaksikan kesadisan Cao Cao tercatat masih bekerja kepadanya bertahun-tahun sehabis kejadian.
Kekejaman Cao Cao dalam membalas dendam kematian ayahnya kepada rakyat kota adipati Tao Qian yang tidak bersalah sering dijadikan argumen wacana kejahatan sang tokoh. padahal Tao Qian yang digambarkan sebagai orang baik yakni seorang warlord yang cukup ambisius, aktif dalam konflik militer dan beberapa kali hendak merebut wilayah sekitarnya. bukan hanya Cao Cao tapi Sun Jian pun mempunyai konflik dengannya.
Lalu bagaimana tokoh Cao Cao yang sebenarnya? anda dapat melihatnya ibarat dinasti-dinasti sehabis kala 3 kerajaan menilainya. dimana risikonya kebanyakan positif. hal ini berbeda dengan masa sehabis percetakan pertama kisah 3 kerajaan, 1200 tahun kemudian pada jaman dinasti Ming yang mempopulerkan Cao Cao sebagai tokoh antagonis.
Dinasti-dinasti setelahnya melihat Cao Cao sebagai salah seorang pemimpin militer terbaik dalam sejarah. seorang negarawan ulang yang sukses menghentikan konflik besar yang begitu mengancam kelangsungan kekaisaran. serta memperlihatkan dasar proses penyembuhan dan pembangunan bagi reunifikasi kekaisaran untuk generasi selanjutnya.
Ia seorang diri menjadi jendral yang memenangkan petempuran secara eksklusif melawan banyak sekali pemberontakan. menghentikan penjarahan aset negara dan mengamankan kehidupan rakyat di kota dan pedesaan. menjamin terjadinya keamanan dan eksekusi bagi setiap ketidakadilan.
Setelahnya ia menjadi perdana menteri yang kapabel dalam menyelamatkan sisa-sisa kekaisaran Han. mengakhiri konflik di banyak sekali penjuru negeri dan memperkuat pertahanan di perbatasan dengan suku-suku nomaden di utara dan barat yang seringkali menyerang semenjak awal berdirinya dinasti.
Tidak hanya menjaga sisa-sisa kekaisaran yang sudah hanya tinggal nama. Cao Cao memperbaiki regulasi pertanahan, pemerintahan dan birokrasi sehabis dirusak oleh korupsi dan kongkalikong selama beberapa generasi. serta yang terpenting menguatkan produksi pangan dan mencegah terulangnya peristiwa kelaparan dan pemberontakan besar di kemudian hari.
dan semuanya itu ia lakukan berawal dari sebuah kekuatan yang sangat kecil dan harus meminjam pasukan dari kiri dan kanan melawan tokoh yang lebih berpengaruh dan lengkap darinya. di masa jayanya pun ia tidak sesumbar mengangkat dirinya sebagai kaisar walaupun de facto kekuasaan ada di tangan dirinya. di final hayatnya ia melarang pemakaman secara besar-besaran sebab menurutnya "negeri masih belum aman".
Lain halnya dengan kisah 3 kerajaan yang dibentuk dengan tujuan menjadi karya sastra yang membangkitkan nasionalisme dan loyalitas terhadap negara. sebab membutuhkan unsur hiburan biar menarik, maka beberapa alur kisah dan penokohan sengaja dirubah biar lebih populer.
Salah satu yang mengalami perubahan drastis yakni penokohan protagonis pada diri Liu Bei dan sekutunya. sebaliknya Cao Cao mendapat tugas antagonis utama.
Jangan khawatir, Cao Cao tidak selalu jahat, bahkan ia menyukai boneka. |
Pada sosok Liu Bei tindakan curang, licik, tidak pantas, dan semua ketidakadilan yang diperbuat olehnya dalam sejarah justru tidak disebutkan. atau dibentuk seolah-olah dilakukan oleh orang lain. penokohan ini demikian komplit sampai-sampai keberhasilan militernya pun disebutkan sebagai perjuangan para jendral atau penasihatnya. sebagai tokoh Liu Bei bagaikan dicuci higienis kemudian direndam dalam pemutih biar dapat tampil tanpa noda kejahatan sama sekali.
Sedangkan Cao Cao sebagai tokoh sudah dicelupkan ke cat merah kemudian dibilas tinta hitam biar gloss dengan kejahatan, kelicikan dan tendensi psikopat. sedangkan keberhasilannya dalam menghentikan konflik, mencegah peristiwa kelaparan jago dan mengembalikan kestabilan pemerintahan tidak pernah diakui dalam novel.
Salah satu adegan yang direkayasa untuk tujuan penokohan seorang Cao Cao |
Sejarah yang bahwasanya mencatat bahwa beberapa adegan yang terkenal dalam novel yakni rekaan, dikaburkan atau murni karangan semata. ibarat pada gambar di atas perjuangan pembunuhan Dong Zhuo dengan meminjam belati glamor milik Wang Yun bertujuan untuk menggambarkan kelicikan dan jiwa oportunis seorang Cao Cao.
Tapi itu rekaan, sejarah mencatat Cao Cao bukanlah pejabat rendah, tapi sudah tercatat sebagai jendral dan pembesar dalam pemerintahan. ia justru ditawari posisi tinggi oleh Dong Zhuo yang merebut ibukota. tapi menolak, mengaku sakit kemudian melarikan diri.
Dikisahkan juga Cao pernah membunuh satu keluarga sebab kesalahpahaman dalam pelariannya. ia kemudian berpapasan dengan seorang anggota keluarga tersebut yang hendak pulang, Cao pun membunuhnya. bukan biar tidak ketahuan, tapi sebab ia tidak tega melihat orang tersebut pulang dan menemukan keluarganya sudah dibunuh semua. peristiwa ini juga rekaan. buktinya tokoh yang diceritakan pergi sehabis menyaksikan kesadisan Cao Cao tercatat masih bekerja kepadanya bertahun-tahun sehabis kejadian.
Kekejaman Cao Cao dalam membalas dendam kematian ayahnya kepada rakyat kota adipati Tao Qian yang tidak bersalah sering dijadikan argumen wacana kejahatan sang tokoh. padahal Tao Qian yang digambarkan sebagai orang baik yakni seorang warlord yang cukup ambisius, aktif dalam konflik militer dan beberapa kali hendak merebut wilayah sekitarnya. bukan hanya Cao Cao tapi Sun Jian pun mempunyai konflik dengannya.
Gambaran Cao Cao sebagai tokoh culas, licik dan bongkok, sekedar karangan semata |
Lalu bagaimana tokoh Cao Cao yang sebenarnya? anda dapat melihatnya ibarat dinasti-dinasti sehabis kala 3 kerajaan menilainya. dimana risikonya kebanyakan positif. hal ini berbeda dengan masa sehabis percetakan pertama kisah 3 kerajaan, 1200 tahun kemudian pada jaman dinasti Ming yang mempopulerkan Cao Cao sebagai tokoh antagonis.
Dinasti-dinasti setelahnya melihat Cao Cao sebagai salah seorang pemimpin militer terbaik dalam sejarah. seorang negarawan ulang yang sukses menghentikan konflik besar yang begitu mengancam kelangsungan kekaisaran. serta memperlihatkan dasar proses penyembuhan dan pembangunan bagi reunifikasi kekaisaran untuk generasi selanjutnya.
Ia seorang diri menjadi jendral yang memenangkan petempuran secara eksklusif melawan banyak sekali pemberontakan. menghentikan penjarahan aset negara dan mengamankan kehidupan rakyat di kota dan pedesaan. menjamin terjadinya keamanan dan eksekusi bagi setiap ketidakadilan.
Klaim yang sulit dibantah sebab ia sebagai pejabat setia pada negara hingga final hayatnya. |
Setelahnya ia menjadi perdana menteri yang kapabel dalam menyelamatkan sisa-sisa kekaisaran Han. mengakhiri konflik di banyak sekali penjuru negeri dan memperkuat pertahanan di perbatasan dengan suku-suku nomaden di utara dan barat yang seringkali menyerang semenjak awal berdirinya dinasti.
Tidak hanya menjaga sisa-sisa kekaisaran yang sudah hanya tinggal nama. Cao Cao memperbaiki regulasi pertanahan, pemerintahan dan birokrasi sehabis dirusak oleh korupsi dan kongkalikong selama beberapa generasi. serta yang terpenting menguatkan produksi pangan dan mencegah terulangnya peristiwa kelaparan dan pemberontakan besar di kemudian hari.
dan semuanya itu ia lakukan berawal dari sebuah kekuatan yang sangat kecil dan harus meminjam pasukan dari kiri dan kanan melawan tokoh yang lebih berpengaruh dan lengkap darinya. di masa jayanya pun ia tidak sesumbar mengangkat dirinya sebagai kaisar walaupun de facto kekuasaan ada di tangan dirinya. di final hayatnya ia melarang pemakaman secara besar-besaran sebab menurutnya "negeri masih belum aman".