Han Xin, Cowok Miskin Yang Menjadi Jendral Pendiri Dinasti Han
Han Xin yaitu jenderal paling masyhur dalam sejarah dinasti china. sebelum dan sesudahnya tidak ada lagi pemimpin militer yang demikian berpengaruh. ia menjadi panutan dan benchmark bagi semua jendral dinasti kekaisaran china yang pernah ada. kemampuan strategi, seni kepemimpinan, kerendahan diri, dan juga kesetiaannya pada sang raja sangat melegenda sampai ia akhirnya tewas secara tragis di tangan ratu kaisar.
Lahir pada 231 BC, Han Xin kehilangan ayahnya saat kecil dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. ia bisa hidup dengan dukungan kerabat namun setelah tumbuh cukup umur sekalipun ia tidak kunjung mau bekerja untuk meringankan beban ekonomi. walaupun bukan berandalan tetapi satu-satunya hal yang ia suka kerjakan hanyalah berlatih ilmu pedang sedangkan untuk makan dan biaya lainnya ia terus bergantung pada kerabatnya.
Han Xin senantiasa membawa pedang latihannya kemanapun ia pergi. hal tersebut menarik perhatian sekelompok preman yang menantangnya. mereka memberinya pilihan untuk bertarung atau merangkak di bawah kaki mereka. keributan tersebut ditonton oleh banyak orang, Han Xin menentukan merangkak walaupun harga dirinya menjadi korban. ia sadar bahwa pertarungan bisa membuatnya menjadi kriminal sehingga tidak meladeni ejekan dan provokasi mereka.
Tidak usang berselang kerabatnya mulai menolak menanggung beban hidupnya lebih usang lagi lantaran Han Xin tidak kunjung mau mandiri. sepeninggal ibunya, sang perjaka terpaksa menghidupi dirinya sendiri tetapi tanpa keahlian yang memadai akhirnya ia hampir mati kelaparan. beruntung ada seorang nenek bau tanah yang menolongnya, memberi makan dan merawatnya selama beberapa hari. tergerak hatinya, ia berjanji untuk membalas semua kebaikan sang nenek.
Mendengar perkataan Han Xin, sang nenek hanya mengiyakan tetapi menolak untuk memperlihatkan namanya, mengambarkan bahwa ia tidak mengharapkan balas budi atas perbuatannya. beberapa tahun berlalu dan Kekaisaran Qin yang mempersatukan seluruh dataran china akhirnya terancam pecah. tiap kawasan merekrut prajurit kemudian memberontak untuk mendirikan kerajaan leluhur mereka kembali. pada kesempatan ini Han Xin ikut menjadi prajurit.
Sebagai prajurit walaupun memperlihatkan pengetahuan yang baik mengenai persoalan militer tetapi lantaran penampilan, usia dan juga latar belakang keluarganya, maka sang perjaka hanya mentok pada posisi pelayan tenda salah seorang tokoh pemimpin pemberontakan. ia terus bersabar namun nasibnya tidak kunjung membaik, apalagi banyak sekali saran-sarannya tidak pernah dipertimbangkan.
Ketika itu nama Liu Bang, tokoh pemimpin pemberontak lainnya mulai populer. ia dikenal menghargai kemampuan anak buahnya tanpa melihat latar belakang mereka. Han Xin ikut mencoba peruntungan dengan menyeberang ke kubu Liu Bang namun nasibnya tidak lantas membaik. malah ia dijerat eksekusi mati lantaran teledor dan melanggar aturan militer. beruntung sebelum dihukum ia bertemu dengan seorang jendral yang mengenalnya.
Sang jendral yang pernah ditolong mengetahui talenta sang perjaka sehingga bersedia membelanya. atas rekomendasi sang jendral, Han Xin bukan hanya selamat dari eksekusi mati tetapi juga mendapat posisi gres di bab perbekalan (logistik). di sana ia bertemu dengan Xiao He, seorang penasihat Liu Bang yang menyadari kepintarannya. beberapa kali sang penasihat merekomendasikan namanya tetapi Liu Bang tidak terkesan dengannya.
Han Xin memang semoga kurang dalam penampilan, tutur kata ataupun karisma sehingga menciptakan orang lain sulit mempercayai kemampuan dirinya. bahkan Liu Bang yang lahir dan besar sebagai petani sekalipun tidak terkesan dengan pribadi sang pemuda. berbeda dengan jendral lainnya yang tinggi besar dan kuat atau mempunyai aura tertentu, Han Xin tampak biasa-biasa saja.
Setelah kehancuran Kekaisaran Qin, Liu Bang mendapat posisi sebagai raja muda. walaupun terkenal dan berjasa besar tetapi ia hanya diberikan wilayah pedalaman lantaran ditakuti oleh lawan-lawannya. mempunyai wilayah kekuasaan yang bagai tempat pembuangan akhirnya banyak pengikutnya yang tidak tahan dan menentukan meninggalkannya lantaran merasa hidup terasing, jauh dari peradaban ataupun kawasan asal mereka.
Banyak perwira militer yang pergi namun Han Xin tidak kunjung mendapat kenaikan posisi. merasa dirinya tidak diperhatikan akhirnya ia mengundurkan diri, berpikir untuk mencoba peruntungan di kerajaan lain. mendengar kepergiannya Xiao He kaget dan eksklusif mengejarnya, begitu terburu-buru ia pergi sehingga tidak sempat meninggalkan pesan sama sekali. setelah berkuda siang-malam akhirnya Han Xin berhasil dikejar dan dibujuk pulang.
Di istana, Liu Bang kaget setengah mati mendengar laporan bahwa Xiao He, penasihat kepercayaannya ikut pergi. ia meratap berhari-hari meratapi kepergiannya. saat mendengar kabar bahwa Xiao He akhirnya pulang, Liu Bang eksklusif menyambutnya dengan penuh sukacita. namun perasaan itu berubah menjadi kesal setelah mengetahui bahwa sang penasihat pergi darinya hanya lantaran urusan membujuk pulang seorang Han Xin yang bukan siapa-siapa.
Padahal banyak perwira senior yang juga pergi atau pengikut lain yang lebih berjasa tetapi Xiao He malah menentukan perjaka tanggung tersebut, pikir Liu Bang. tetapi sang penasihat tetap berkeras terhadap talenta dan kemampuan yang ia percaya dimiliki oleh Han Xin. walaupun sangsi tetapi Liu Bang akhirnya memperkenankan sang perjaka untuk mengajukan taktik militer baginya yang ternyata hasilnya tidak mengecewakan.
Han Xin diangkat sebagai jendral dan Liu Bang menjalankan taktik yang diusulkannya untuk melawan tiga mantan jendral Qin yang daerahnya berbatasan darinya. ia memakai tipu kebijaksanaan amis dengan akal-akalan menyerang kota lain selagi memperbaiki jalan ke target sebenarnya, pasukan kerajaan Han berhasil mencetak kemenangan gemilang dengan serangan dadakan. membuktikan bahwa taktik buatan Han Xin bukan sekedar teori belaka.
Setelah beberapa kemenangan susulan akhirnya Han Xin mendapat kesempatan untuk memimpin pasukannya sendiri. ia mendapatkannya lantaran tidak ada jendral lain yang sanggup melawan kerajaan Zhao yang berkekuatan 200 ribu prajurit hanya dengan sejumlah kecil pasukan lantaran kebutuhan militer lainnya. hanya Han Xin yang menyatakan sanggup, bahkan ia hanya meminta 30 ribu prajurit yang kurang terlatih ataupun mempunyai disiplin yang kurang.
Sejak berangkat, kepercayaan diri pasukannya terus merosot. sebagian lantaran sosok Han Xin sendiri yang belum terkenal sebagai jendral, apalagi usianya gres 27 tahun sehingga para perwiranya sekalipun sangsi dengan kemampuannya. sebagian lainnya lantaran mereka harus menempuh perjalanan yang jauh dan sulit. kesulitan logistik mulai mendera dan terus bertambah berat seiringan dengan semakin menjauhnya mereka dari wilayah sahabat.
Pada situasi yang sudah kepayahan tiba-tiba pada suatu malam tiba informasi bahwa pasukan lawan telah tiba di seberang sungai. keesokan harinya setelah matahari terbit para prajurit bisa melihat posisi camp lawan dari kejauhan. tampak berkali lipat lebih banyak dari mereka sehingga pasukannya menjadi khawatir tetapi Han Xin tetap tenang. ia justru memperlihatkan perintah untuk sarapan yang ringan saja lantaran akan ada pesta besar setelah kemenangan hari ini.
Mendengar hal tersebut bahkan para perwiranya saja tidak percaya tetapi mereka tetap menjalankan perintahnya. tanpa diketahui oleh banyak pihak pada malam sebelumnya saat lawan gres saja tiba, Han Xin sudah mengirimkan 2 kontingen besar pasukan. di tengah malam buta, 2000 prajurit berkuda ia kirim untuk menyebrang sungai secara diam-diam. mereka diperintahkan untuk mengambil rute berputar menuju perkemahan lawan dari arah belakang.
Dibekali dengan bendera dan panji-panji, pasukan berkuda tersebut diinstruksikan untuk menyerang perkemahan apabila pasukan lawan terlihat lari ke arah perkemahan. tidak hanya kavaleri, Han Xin juga sudah menyeberangkan 10 ribu prajuritnya di tengah malam untuk menciptakan parit-parit pertahanan di seberang sungai. pagi harinya para pemimpin Zhao tertawa saat melihat adanya konstruksi parit di pinggir sungai milik lawan mereka.
Hal tersebut memang menyalahi aturan seni perang yang melarang bertempur dengan punggung menghadap sungai lantaran menciptakan pasukan mempunyai ruang gerak yang terbatas untuk melaksanakan manuver. pasukan juga gampang disudutkan dan bisa hancur tanpa kesempatan untuk mundur dan reorganisasi. posisi tersebut juga ibarat mengungkap rahasia bahwa mereka tidak menunggu bala dukungan atau memang tidak punya bantuan.
Bagi lawan keberadaan parit tersebut memastikan bahwa pasukan Han Xin hanya "segitu", tidak ada dukungan lain yang akan ikut campur. apabila ada sekalipun maka pasukan dukungan tersebut harus terlebih dahulu menyeberang sungai untuk bertempur, alias tidak ada faktor kejutan sehingga cukup banyak waktu bagi Zhao untuk bersiap dan menyusun rencana lain.
Setelah sarapan, Han Xin menggerakan pasukannya untuk menyeberang sungai dan menciptakan deretan tempur. ia mengibarkan panji-panjinya dan akhirnya memperlihatkan perintah untuk menyerang. 30 ribu prajuritnya bertempur melawan hampir 200 ribu prajurit musuh. terperinci mereka tidak bisa bertahan lama, pasukannya yang lebih kecil kehabisan tenaga dan mulai menjadi korban. Han Xin segera menarik mereka mundur ke arah parit pertahanan.
Prajurit Zhao mengejar begitu bersahabat sehingga dengan segera terjadi pertempuran dahsyat di parit pertahanan. serangan yang begitu gencar dan sungai yang membenteng di belakang menciptakan prajurit Han Xin terpaksa bertempur mati-matian lantaran tidak ada jalan untuk mundur atau melarikan diri. sembari memaki-maki kesialan dan nasib jelek mereka, para prajuritnya dengan sekuat tenaga memperlihatkan perlawanan hidup-mati dengan ganasnya.
Walaupun kalah jumlah tetapi dengan dukungan parit dan bulatnya tekad untuk bertempur atau mati, maka pertempuran berjalan demkian keras tanpa hasil yang konklusif. dari kejauhan para pemimpin Zhao mulai ragu dan akhirnya terpaksa menarik mundur pasukan terdepannya yang mulai rusak untuk digantikan. saat pergantian terjadi sebagian pasukan Zhao dipulangkan ke arah perkemahan sambil membawa para korban yang berjatuhan.
Pasukan Zhao yang mundur dikagetkan oleh keributan di belakang perkemahan mereka. dari kejauhan tampak perkemahan mereka dipenuhi oleh panji-panji dan bendera Han Xin. para prajurit Zhao menjadi gugup dan panik, menerka telah jatuh ke dalam perangkap. mereka berpikir ada pasukan besar yang disembunyikan oleh Han Xin yang kini sedang menyerang perkemahan mereka. kebingungan mereka menyebar kepada pasukan lainnya.
Melihat perkembangan ini pemimpin Zhao terkejut setengah mati lantaran harus menghadapi prospek dijepit dari depan dan juga belakang. mereka juga tidak bisa memastikan seberapa besar kekuatan Han Xin sebetulnya sehingga terlambat dalam mengambil keputusan. hasilnya prajuritnya menjadi kehilangan kepercayaan diri. hal ini tidak dilewatkan oleh Han Xin yang mendorong pasukannya untuk keluar dari parit dan menyerang habis-habisan.
Penyerangan dilaksanakan dengan penuh tekad lantaran para prajuritnya tahu bahwa ini yaitu kesempatan terakhir untuk menang dan keluar hidup-hidup dengan selamat. selagi ada kesempatan maka lawan harus bisa dikalahkan sekarang, tidak akan ada kesempatan kedua. mereka tambah semangat saat lantaran melihat panji-panji mereka berkibar di perkemahan Zhao, mengambarkan adanya bala dukungan atau kontingen sahabat yang juga sedang bertempur.
Pasukan Zhao yang bimbang tidak sanggup bertempur sepenuh hati lantaran sebagian sudah putus asa, berpikir bahwa mereka sudah masuk jebakan. walaupun jauh lebih besar tetapi pasukan Zhao akhirnya hancur berantakan. barisan mereka terpecah dan melarikan diri ke banyak sekali arah untuk menyelamatkan diri masing-masing. Han Xin memerintahkan pengejaran sehingga banyak prajurit Zhao serta pemimpinnya yang tertangkap atau tewas.
Sore harinya pesta kemenangan yang dijanjikan pun akhirnya betulan terjadi. begitu meriah dan istimewa lantaran luar biasa pencapaiannya. bagaimana mungkin mereka bisa menang dari lawan yang berjumlah hampir 10x lipat lebih besar? para perwiranya bertanya kepada sang jendral mengenai hal tersebut yang masih terlihat asing di mata mereka.
Han Xin mulai menjelaskan bahwa ia hanyalah seorang jendral tanpa nama dengan pasukan yang tidak disiplin, kurang terlatih dan tidak percaya kepadanya. lantaran itu satu-satunya cara untuk menciptakan prajuritnya bersedia bertempur yaitu dengan menaruhnya ke dalam "posisi mematikan" dimana tidak ada jalan keluar. lantaran apabila disisakan rute pelarian pastilah para prajurit akan menentukan kabur daripada bertempur.
Dengan menghilangkan jalan keluar maka semua prajurit bahkan yang tidak disiplin sekalipun akan bertempur sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa masing-masing. pemahaman Han Xin terhadap intisari seni perang, terlepas dari kulit teknisnya menciptakan namanya selama dua ribu tahun terus menghiasi banyak sekali dokumen sejarah dinasti china. bahkan di jaman modern sekalipun pemahaman dan taktik yang ia lakukan masih terus menarik perhatian.
Sama halnya dengan kerendahan hati dan balas budinya. saat Han Xin sudah menjadi jendral besar sekalipun ia masih ingat dengan janjinya dan terus mencari sang nenek bau tanah yang pernah merawatnya. saat sang nenek akhirnya ditemukan, ia memperlihatkan hadiah yang berlimpah untuknya sebagai balas jasa atas kebaikan yang pernah ia terima saat masih susah dan hampir celaka. tidak lupa ia juga memerintahkan prajuritnya untuk mencari preman yang dulu mengganggunya.
Betapa takutnya sang preman saat mengetahui sosok sang jendral besar yang mencarinya ternyata yaitu perjaka yang dulu pernah ia permalukan. ia bersujud memohon ampun tetapi Han Xin tidak menghukumnya melainkan malah memberikannya hadiah. berdasarkan sang jendral tanpa adanya kejadian tersebut maka dirinya belum tentu pernah mencar ilmu untuk menanggung rasa aib sehingga kemungkinan tidak bisa meraih sukses ibarat sekarang.
Han Xin kemudian memaafkan sang preman dan menjadikannya perwira dalam pasukannya. dua kejadian di atas menciptakan namanya harum sebagai seorang yang berbudi dan juga murah mati. terlebih lagi setelah ia menolak usul banyak sekali pihak untuk memberontak terhadap Liu Bang yang dikemudian hari berlaku tidak adil terhadapnya. hal ini membuatnya berubah menjadi menjadi sosok idola lantaran kejeniusan strateginya, balas budinya dan juga kesetiaannya.
Sosok jenderal Han Xin dalam karya sastra modern-klasik |
Lahir pada 231 BC, Han Xin kehilangan ayahnya saat kecil dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. ia bisa hidup dengan dukungan kerabat namun setelah tumbuh cukup umur sekalipun ia tidak kunjung mau bekerja untuk meringankan beban ekonomi. walaupun bukan berandalan tetapi satu-satunya hal yang ia suka kerjakan hanyalah berlatih ilmu pedang sedangkan untuk makan dan biaya lainnya ia terus bergantung pada kerabatnya.
Han Xin senantiasa membawa pedang latihannya kemanapun ia pergi. hal tersebut menarik perhatian sekelompok preman yang menantangnya. mereka memberinya pilihan untuk bertarung atau merangkak di bawah kaki mereka. keributan tersebut ditonton oleh banyak orang, Han Xin menentukan merangkak walaupun harga dirinya menjadi korban. ia sadar bahwa pertarungan bisa membuatnya menjadi kriminal sehingga tidak meladeni ejekan dan provokasi mereka.
Tidak usang berselang kerabatnya mulai menolak menanggung beban hidupnya lebih usang lagi lantaran Han Xin tidak kunjung mau mandiri. sepeninggal ibunya, sang perjaka terpaksa menghidupi dirinya sendiri tetapi tanpa keahlian yang memadai akhirnya ia hampir mati kelaparan. beruntung ada seorang nenek bau tanah yang menolongnya, memberi makan dan merawatnya selama beberapa hari. tergerak hatinya, ia berjanji untuk membalas semua kebaikan sang nenek.
Tokoh sang nenek begitu dipuji lantaran rela menolong orang susah tanpa berharap imbalan |
Mendengar perkataan Han Xin, sang nenek hanya mengiyakan tetapi menolak untuk memperlihatkan namanya, mengambarkan bahwa ia tidak mengharapkan balas budi atas perbuatannya. beberapa tahun berlalu dan Kekaisaran Qin yang mempersatukan seluruh dataran china akhirnya terancam pecah. tiap kawasan merekrut prajurit kemudian memberontak untuk mendirikan kerajaan leluhur mereka kembali. pada kesempatan ini Han Xin ikut menjadi prajurit.
Sebagai prajurit walaupun memperlihatkan pengetahuan yang baik mengenai persoalan militer tetapi lantaran penampilan, usia dan juga latar belakang keluarganya, maka sang perjaka hanya mentok pada posisi pelayan tenda salah seorang tokoh pemimpin pemberontakan. ia terus bersabar namun nasibnya tidak kunjung membaik, apalagi banyak sekali saran-sarannya tidak pernah dipertimbangkan.
Ketika itu nama Liu Bang, tokoh pemimpin pemberontak lainnya mulai populer. ia dikenal menghargai kemampuan anak buahnya tanpa melihat latar belakang mereka. Han Xin ikut mencoba peruntungan dengan menyeberang ke kubu Liu Bang namun nasibnya tidak lantas membaik. malah ia dijerat eksekusi mati lantaran teledor dan melanggar aturan militer. beruntung sebelum dihukum ia bertemu dengan seorang jendral yang mengenalnya.
Sang jendral yang pernah ditolong mengetahui talenta sang perjaka sehingga bersedia membelanya. atas rekomendasi sang jendral, Han Xin bukan hanya selamat dari eksekusi mati tetapi juga mendapat posisi gres di bab perbekalan (logistik). di sana ia bertemu dengan Xiao He, seorang penasihat Liu Bang yang menyadari kepintarannya. beberapa kali sang penasihat merekomendasikan namanya tetapi Liu Bang tidak terkesan dengannya.
Perpecahan setelah kehancuran kekaisaran Qin, pojok kiri (Han) yaitu wilayah Liu Bang |
Han Xin memang semoga kurang dalam penampilan, tutur kata ataupun karisma sehingga menciptakan orang lain sulit mempercayai kemampuan dirinya. bahkan Liu Bang yang lahir dan besar sebagai petani sekalipun tidak terkesan dengan pribadi sang pemuda. berbeda dengan jendral lainnya yang tinggi besar dan kuat atau mempunyai aura tertentu, Han Xin tampak biasa-biasa saja.
Setelah kehancuran Kekaisaran Qin, Liu Bang mendapat posisi sebagai raja muda. walaupun terkenal dan berjasa besar tetapi ia hanya diberikan wilayah pedalaman lantaran ditakuti oleh lawan-lawannya. mempunyai wilayah kekuasaan yang bagai tempat pembuangan akhirnya banyak pengikutnya yang tidak tahan dan menentukan meninggalkannya lantaran merasa hidup terasing, jauh dari peradaban ataupun kawasan asal mereka.
Banyak perwira militer yang pergi namun Han Xin tidak kunjung mendapat kenaikan posisi. merasa dirinya tidak diperhatikan akhirnya ia mengundurkan diri, berpikir untuk mencoba peruntungan di kerajaan lain. mendengar kepergiannya Xiao He kaget dan eksklusif mengejarnya, begitu terburu-buru ia pergi sehingga tidak sempat meninggalkan pesan sama sekali. setelah berkuda siang-malam akhirnya Han Xin berhasil dikejar dan dibujuk pulang.
Di istana, Liu Bang kaget setengah mati mendengar laporan bahwa Xiao He, penasihat kepercayaannya ikut pergi. ia meratap berhari-hari meratapi kepergiannya. saat mendengar kabar bahwa Xiao He akhirnya pulang, Liu Bang eksklusif menyambutnya dengan penuh sukacita. namun perasaan itu berubah menjadi kesal setelah mengetahui bahwa sang penasihat pergi darinya hanya lantaran urusan membujuk pulang seorang Han Xin yang bukan siapa-siapa.
Padahal banyak perwira senior yang juga pergi atau pengikut lain yang lebih berjasa tetapi Xiao He malah menentukan perjaka tanggung tersebut, pikir Liu Bang. tetapi sang penasihat tetap berkeras terhadap talenta dan kemampuan yang ia percaya dimiliki oleh Han Xin. walaupun sangsi tetapi Liu Bang akhirnya memperkenankan sang perjaka untuk mengajukan taktik militer baginya yang ternyata hasilnya tidak mengecewakan.
Xiao He penasihat raja yang mengejar Han Xin siang malam lantaran menyadari talenta dari sang pemuda |
Han Xin diangkat sebagai jendral dan Liu Bang menjalankan taktik yang diusulkannya untuk melawan tiga mantan jendral Qin yang daerahnya berbatasan darinya. ia memakai tipu kebijaksanaan amis dengan akal-akalan menyerang kota lain selagi memperbaiki jalan ke target sebenarnya, pasukan kerajaan Han berhasil mencetak kemenangan gemilang dengan serangan dadakan. membuktikan bahwa taktik buatan Han Xin bukan sekedar teori belaka.
Setelah beberapa kemenangan susulan akhirnya Han Xin mendapat kesempatan untuk memimpin pasukannya sendiri. ia mendapatkannya lantaran tidak ada jendral lain yang sanggup melawan kerajaan Zhao yang berkekuatan 200 ribu prajurit hanya dengan sejumlah kecil pasukan lantaran kebutuhan militer lainnya. hanya Han Xin yang menyatakan sanggup, bahkan ia hanya meminta 30 ribu prajurit yang kurang terlatih ataupun mempunyai disiplin yang kurang.
Sejak berangkat, kepercayaan diri pasukannya terus merosot. sebagian lantaran sosok Han Xin sendiri yang belum terkenal sebagai jendral, apalagi usianya gres 27 tahun sehingga para perwiranya sekalipun sangsi dengan kemampuannya. sebagian lainnya lantaran mereka harus menempuh perjalanan yang jauh dan sulit. kesulitan logistik mulai mendera dan terus bertambah berat seiringan dengan semakin menjauhnya mereka dari wilayah sahabat.
Pada situasi yang sudah kepayahan tiba-tiba pada suatu malam tiba informasi bahwa pasukan lawan telah tiba di seberang sungai. keesokan harinya setelah matahari terbit para prajurit bisa melihat posisi camp lawan dari kejauhan. tampak berkali lipat lebih banyak dari mereka sehingga pasukannya menjadi khawatir tetapi Han Xin tetap tenang. ia justru memperlihatkan perintah untuk sarapan yang ringan saja lantaran akan ada pesta besar setelah kemenangan hari ini.
Mendengar hal tersebut bahkan para perwiranya saja tidak percaya tetapi mereka tetap menjalankan perintahnya. tanpa diketahui oleh banyak pihak pada malam sebelumnya saat lawan gres saja tiba, Han Xin sudah mengirimkan 2 kontingen besar pasukan. di tengah malam buta, 2000 prajurit berkuda ia kirim untuk menyebrang sungai secara diam-diam. mereka diperintahkan untuk mengambil rute berputar menuju perkemahan lawan dari arah belakang.
Kitab seni perang merupakan harta yang sangat berharga dan tidak semua jendral memilikinya |
Dibekali dengan bendera dan panji-panji, pasukan berkuda tersebut diinstruksikan untuk menyerang perkemahan apabila pasukan lawan terlihat lari ke arah perkemahan. tidak hanya kavaleri, Han Xin juga sudah menyeberangkan 10 ribu prajuritnya di tengah malam untuk menciptakan parit-parit pertahanan di seberang sungai. pagi harinya para pemimpin Zhao tertawa saat melihat adanya konstruksi parit di pinggir sungai milik lawan mereka.
Hal tersebut memang menyalahi aturan seni perang yang melarang bertempur dengan punggung menghadap sungai lantaran menciptakan pasukan mempunyai ruang gerak yang terbatas untuk melaksanakan manuver. pasukan juga gampang disudutkan dan bisa hancur tanpa kesempatan untuk mundur dan reorganisasi. posisi tersebut juga ibarat mengungkap rahasia bahwa mereka tidak menunggu bala dukungan atau memang tidak punya bantuan.
Bagi lawan keberadaan parit tersebut memastikan bahwa pasukan Han Xin hanya "segitu", tidak ada dukungan lain yang akan ikut campur. apabila ada sekalipun maka pasukan dukungan tersebut harus terlebih dahulu menyeberang sungai untuk bertempur, alias tidak ada faktor kejutan sehingga cukup banyak waktu bagi Zhao untuk bersiap dan menyusun rencana lain.
Setelah sarapan, Han Xin menggerakan pasukannya untuk menyeberang sungai dan menciptakan deretan tempur. ia mengibarkan panji-panjinya dan akhirnya memperlihatkan perintah untuk menyerang. 30 ribu prajuritnya bertempur melawan hampir 200 ribu prajurit musuh. terperinci mereka tidak bisa bertahan lama, pasukannya yang lebih kecil kehabisan tenaga dan mulai menjadi korban. Han Xin segera menarik mereka mundur ke arah parit pertahanan.
Prajurit Zhao mengejar begitu bersahabat sehingga dengan segera terjadi pertempuran dahsyat di parit pertahanan. serangan yang begitu gencar dan sungai yang membenteng di belakang menciptakan prajurit Han Xin terpaksa bertempur mati-matian lantaran tidak ada jalan untuk mundur atau melarikan diri. sembari memaki-maki kesialan dan nasib jelek mereka, para prajuritnya dengan sekuat tenaga memperlihatkan perlawanan hidup-mati dengan ganasnya.
Pergerakan Han Xin mengirimkan kavaleri (hijau) dan infantri (merah), Zhao diwakili panah biru |
Walaupun kalah jumlah tetapi dengan dukungan parit dan bulatnya tekad untuk bertempur atau mati, maka pertempuran berjalan demkian keras tanpa hasil yang konklusif. dari kejauhan para pemimpin Zhao mulai ragu dan akhirnya terpaksa menarik mundur pasukan terdepannya yang mulai rusak untuk digantikan. saat pergantian terjadi sebagian pasukan Zhao dipulangkan ke arah perkemahan sambil membawa para korban yang berjatuhan.
Pasukan Zhao yang mundur dikagetkan oleh keributan di belakang perkemahan mereka. dari kejauhan tampak perkemahan mereka dipenuhi oleh panji-panji dan bendera Han Xin. para prajurit Zhao menjadi gugup dan panik, menerka telah jatuh ke dalam perangkap. mereka berpikir ada pasukan besar yang disembunyikan oleh Han Xin yang kini sedang menyerang perkemahan mereka. kebingungan mereka menyebar kepada pasukan lainnya.
Melihat perkembangan ini pemimpin Zhao terkejut setengah mati lantaran harus menghadapi prospek dijepit dari depan dan juga belakang. mereka juga tidak bisa memastikan seberapa besar kekuatan Han Xin sebetulnya sehingga terlambat dalam mengambil keputusan. hasilnya prajuritnya menjadi kehilangan kepercayaan diri. hal ini tidak dilewatkan oleh Han Xin yang mendorong pasukannya untuk keluar dari parit dan menyerang habis-habisan.
Penyerangan dilaksanakan dengan penuh tekad lantaran para prajuritnya tahu bahwa ini yaitu kesempatan terakhir untuk menang dan keluar hidup-hidup dengan selamat. selagi ada kesempatan maka lawan harus bisa dikalahkan sekarang, tidak akan ada kesempatan kedua. mereka tambah semangat saat lantaran melihat panji-panji mereka berkibar di perkemahan Zhao, mengambarkan adanya bala dukungan atau kontingen sahabat yang juga sedang bertempur.
Pasukan Zhao yang bimbang tidak sanggup bertempur sepenuh hati lantaran sebagian sudah putus asa, berpikir bahwa mereka sudah masuk jebakan. walaupun jauh lebih besar tetapi pasukan Zhao akhirnya hancur berantakan. barisan mereka terpecah dan melarikan diri ke banyak sekali arah untuk menyelamatkan diri masing-masing. Han Xin memerintahkan pengejaran sehingga banyak prajurit Zhao serta pemimpinnya yang tertangkap atau tewas.
Han Xin selalu diperankan oleh pemain film keren, padahal aslinya kurang beruntung soal tampang dan karisma |
Sore harinya pesta kemenangan yang dijanjikan pun akhirnya betulan terjadi. begitu meriah dan istimewa lantaran luar biasa pencapaiannya. bagaimana mungkin mereka bisa menang dari lawan yang berjumlah hampir 10x lipat lebih besar? para perwiranya bertanya kepada sang jendral mengenai hal tersebut yang masih terlihat asing di mata mereka.
Han Xin mulai menjelaskan bahwa ia hanyalah seorang jendral tanpa nama dengan pasukan yang tidak disiplin, kurang terlatih dan tidak percaya kepadanya. lantaran itu satu-satunya cara untuk menciptakan prajuritnya bersedia bertempur yaitu dengan menaruhnya ke dalam "posisi mematikan" dimana tidak ada jalan keluar. lantaran apabila disisakan rute pelarian pastilah para prajurit akan menentukan kabur daripada bertempur.
Dengan menghilangkan jalan keluar maka semua prajurit bahkan yang tidak disiplin sekalipun akan bertempur sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa masing-masing. pemahaman Han Xin terhadap intisari seni perang, terlepas dari kulit teknisnya menciptakan namanya selama dua ribu tahun terus menghiasi banyak sekali dokumen sejarah dinasti china. bahkan di jaman modern sekalipun pemahaman dan taktik yang ia lakukan masih terus menarik perhatian.
Sama halnya dengan kerendahan hati dan balas budinya. saat Han Xin sudah menjadi jendral besar sekalipun ia masih ingat dengan janjinya dan terus mencari sang nenek bau tanah yang pernah merawatnya. saat sang nenek akhirnya ditemukan, ia memperlihatkan hadiah yang berlimpah untuknya sebagai balas jasa atas kebaikan yang pernah ia terima saat masih susah dan hampir celaka. tidak lupa ia juga memerintahkan prajuritnya untuk mencari preman yang dulu mengganggunya.
Han Xin menentukan merangkak, menanggung aib daripada langgar dan melanggar hukum |
Betapa takutnya sang preman saat mengetahui sosok sang jendral besar yang mencarinya ternyata yaitu perjaka yang dulu pernah ia permalukan. ia bersujud memohon ampun tetapi Han Xin tidak menghukumnya melainkan malah memberikannya hadiah. berdasarkan sang jendral tanpa adanya kejadian tersebut maka dirinya belum tentu pernah mencar ilmu untuk menanggung rasa aib sehingga kemungkinan tidak bisa meraih sukses ibarat sekarang.
Han Xin kemudian memaafkan sang preman dan menjadikannya perwira dalam pasukannya. dua kejadian di atas menciptakan namanya harum sebagai seorang yang berbudi dan juga murah mati. terlebih lagi setelah ia menolak usul banyak sekali pihak untuk memberontak terhadap Liu Bang yang dikemudian hari berlaku tidak adil terhadapnya. hal ini membuatnya berubah menjadi menjadi sosok idola lantaran kejeniusan strateginya, balas budinya dan juga kesetiaannya.