Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Meningkatkan Higher Order Thinking Skills (Hots) / Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Orangtua dan guru sanggup melaksanakan banyak hal untuk mendorong pemikiran tingkat tinggi. Berikut ini beberapa seni administrasi untuk membantu memupuk pemikiran kompleks anak-anak.

Higher order thinking skills (HOTS) yakni berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dari menghafal fakta atau menyampaikan sesuatu kembali kepada seseorang persis menyerupai yang diceritakan kepada Anda. HOT mengambil pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi daripada menyajikan kembali fakta dan meminta siswa untuk melaksanakan sesuatu dengan fakta - memahami mereka, menyimpulkan dari mereka, menghubungkan mereka dengan fakta dan konsep lain, mengkategorikan mereka, memanipulasinya, menempatkan mereka bersama dalam cara gres atau baru, dan menerapkannya dikala kami mencari solusi gres untuk duduk kasus baru.

Jawab pertanyaan belum dewasa dengan cara yang mempromosikan HOTS

Orang renta dan guru sanggup melaksanakan banyak hal untuk mendorong pemikiran tingkat tinggi, bahkan ketika mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Menurut Robert Sternberg, jawaban atas pertanyaan belum dewasa sanggup dikategorikan ke dalam tujuh tingkat, dari rendah ke tinggi, dalam hal mendorong tingkat pemikiran yang lebih tinggi. Meskipun kami tidak ingin menjawab setiap pertanyaan pada level tujuh, kami tidak ingin menjawab setiap pertanyaan pada level satu dan dua, juga. Berikut yakni tingkatan dan pola yang berbeda dari masing-masing.

Level 1: Tolak pertanyaannya

Contoh:
"Mengapa saya harus makan sayuran saya?"
"Jangan tanya saya lagi pertanyaan." "Karena saya bilang begitu."

Level 2: Nyatakan ulang atau hampir menyatakan kembali pertanyaan sebagai tanggapan

Contoh:
"Mengapa saya harus makan sayuran saya?"
"Karena kau harus makan sayuranmu."

"Mengapa laki-laki itu bertindak begitu gila?"
"Karena beliau gila."

"Kenapa hirau taacuh sekali?"
"Karena itu 15 ° di luar."

Level 3: Mengakui ketidaktahuan atau informasi sekarang

Contoh:
"Aku tidak tahu, tapi itu pertanyaan yang bagus."
Atau, berikan jawaban faktual untuk pertanyaan itu.

Level 4: Dorongan bunyi untuk mencari respons melalui otoritas

Contoh:
"Mari kita lihat di internet."
"Mari kita lihat itu di ensiklopedia."
"Siapa yang kita tahu yang mungkin tahu jawabannya?"

Level 5: Mendorong brainstorming, atau pertimbangan klarifikasi alternatif

Contoh:
"Mengapa semua orang di Belanda begitu tinggi?"
"Mari bertukar pikiran perihal beberapa kemungkinan jawaban."
"Mungkin itu genetika, atau mungkin diet, atau mungkin semua orang di Belanda menggunakan sepatu lift, atau ..." dll.

Ketika melaksanakan brainstorming, penting untuk mengingat semua inspirasi yang diletakkan di atas meja. Yang mana yakni "penjaga" dan yang mana yang dibuang ke daerah sampah diputuskan nanti.

Level 6: Mendorong pertimbangan klarifikasi alternatif dan cara mengevaluasi mereka

Contoh:
"Sekarang bagaimana kita akan mengevaluasi kemungkinan jawaban genetika? Di mana kita akan menemukan informasi itu? Informasi perihal diet? Jumlah sepatu lift yang dijual di Belanda?"

Level 7: Mendorong pertimbangan klarifikasi alternatif ditambah dengan cara mengevaluasinya, dan menindaklanjuti evaluasi

Contoh:
"Oke, mari kita cari informasi untuk beberapa hari - kita akan mencari melalui ensiklopedia dan internet, melaksanakan panggilan telepon, melaksanakan wawancara, dan hal-hal lain. Kemudian kita akan kembali bersama ahad depan dan mengevaluasi temuan kita."

Metode ini sanggup sama efektifnya dengan kiprah sekolah dan dengan hal-hal sehari-hari menyerupai seberapa larut remaja bisa keluar pada Sabtu malam atau siapa yang pergi ke konser. Sebagai contoh, pemungutan bunyi beberapa keluarga yang dipilih secara acak atau tolong-menolong sanggup menghasilkan hasil yang lebih obyektif daripada orang renta atau anak "membengkokkan" hasil dengan menentukan orang yang jawabannya akan mendukung cara berpikir mereka.

Strategi untuk meningkatkan pemikiran tingkat tinggi

Strategi berikut ini ditawarkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Cantuman ini dihentikan dilihat sebagai lengkap, melainkan sebagai daerah untuk memulai.

1. Take the mistery away

Ajarkan siswa perihal pemikiran tingkat tinggi dan seni administrasi berpikir tingkat tinggi. Bantulah siswa memahami kekuatan dan tantangan berpikir tingkat tinggi mereka sendiri.

2. Ajarkan konsep konsep

Secara eksplisit ajarkan konsep konsep. Konsep di bidang konten tertentu harus diidentifikasi dan diajarkan. Guru harus memastikan siswa memahami fitur-fitur penting yang mendefinisikan konsep tertentu dan membedakannya dari konsep lain.

3. Sebutkan konsep kunci

Di area subjek apa pun, siswa harus diberi tahu ketika konsep utama sedang diperkenalkan. Siswa mungkin membutuhkan pinjaman dan latihan dalam menyoroti konsep-konsep kunci. Selanjutnya, siswa harus dibimbing untuk mengidentifikasi jenis konsep yang mana masing-masing - konkrit, abstrak, verbal, nonverbal atau proses.

4. Mengkategorikan konsep

Siswa harus dibimbing untuk mengidentifikasi konsep-konsep penting dan tetapkan jenis konsep masing-masing (nyata, abstrak, verbal, nonverbal, atau proses).

5. Katakan dan tunjukkan

Seringkali siswa yang berkinerja jelek dalam matematika mengalami kesulitan dengan konsep nonverbal. Ketika para siswa ini mempunyai kemampuan yang memadai untuk membentuk konsep-konsep verbal, perhatian khusus harus diberikan untuk memberi mereka klarifikasi verbal mengenai duduk kasus dan mekanisme matematika. Cukup duduk kasus bekerja lagi dan lagi tanpa klarifikasi verbal duduk kasus akan berbuat banyak untuk membantu para siswa ini. Sebaliknya, siswa yang mengalami kesulitan dengan pembentukan konsep verbal membutuhkan banyak pola dengan bahasa yang relatif kurang, yang sanggup membingungkan mereka. Beberapa siswa "katakan padaku" sementara yang lain "tunjukkan padaku."

6. Bergerak dari konkret ke abnormal dan kembali

Akan sangat membantu untuk bergerak dari beton ke abnormal dan kembali ke beton. Ketika mengajarkan konsep-konsep abstrak, penggunaan bahan-bahan konkrit sanggup memperkuat pembelajaran baik untuk orang muda maupun orang tua. Jika seseorang bisa menyatakan konsep abnormal dalam hal aplikasi mudah sehari-hari, maka orang itu telah mendapat konsepnya.

7. Ajarkan langkah-langkah untuk konsep pembelajaran

Proses multi-langkah untuk konsep berguru dan mengajar sanggup meliputi (a) menyebutkan fitur-fitur penting (utama) dari konsep, (b) menyebutkan beberapa fitur suplemen dari konsep, (c) menyebutkan beberapa fitur palsu dari konsep tersebut, (d) ) memperlihatkan pola atau prototipe terbaik dari konsep (apa itu), (e) memperlihatkan beberapa non-contoh atau non-prototipe (apa konsepnya tidak), dan (f) mengidentifikasi konsep-konsep serupa atau terkoneksi lainnya.

8. Mulai dari dasar hingga canggih

Guru harus yakin bahwa siswa telah menguasai konsep dasar sebelum melanjutkan ke konsep yang lebih canggih. Jika siswa belum menguasai konsep-konsep dasar, mereka mungkin berusaha untuk menghafal dan bukannya mengerti. Ini sanggup mengakibatkan kesulitan dalam bidang konten menyerupai matematika dan fisika. Penguasaan konsep dasar yang lemah sanggup menjadi alasan kesalahpahaman dan ketidakmampuan untuk menerapkan pengetahuan secara fleksibel.

9. Perbanyak diskusi di rumah

Orang renta sanggup meliputi diskusi menurut konsep dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Subjek tidak perlu berafiliasi eksklusif dengan apa yang beliau pelajari di sekolah. Ide-ide dari membaca atau duduk kasus dalam isu lokal atau nasional sanggup memperlihatkan materi konseptual (misalnya, "Apakah Anda pikir arahan berpakaian di sekolah yakni inspirasi yang bagus?").

10. Hubungkan konsep

Guru harus mengarahkan siswa melalui proses menghubungkan satu konsep ke konsep lainnya, dan juga menempatkan konsep ke dalam hierarki dari kecil ke besar. Sebagai contoh, kalau konsepnya yakni "Thanksgiving," konsep yang lebih besar yang mana Thanksgiving yakni "Liburan," dan konsep yang lebih besar (lebih inklusif) yakni "Perayaan." Dengan melaksanakan tingkat pemikiran ini, siswa berguru untuk melihat berapa banyak koneksi yang mungkin, untuk terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui, dan untuk menciptakan web konsep yang membantu mereka mendapat lebih banyak kejelasan dan pemahaman.

Bandingkan yang gres dengan yang sudah dikenal. Siswa harus diminta untuk berhenti dan membandingkan dan menghubungkan informasi gres dengan hal-hal yang sudah mereka ketahui. Misalnya, kalau mereka akan membaca satu potongan perihal listrik, mereka mungkin berpikir perihal apa yang sudah mereka ketahui perihal listrik. Mereka kemudian akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menyerap informasi gres perihal listrik.

11. Ajarkan inferensi

Siswa harus secara eksplisit diajarkan pada usia muda bagaimana menyimpulkan atau menciptakan kesimpulan. Mulai dengan pola "kehidupan nyata". Misalnya, ketika seorang guru atau orang renta memberi tahu seorang anak untuk mengenakan mantel dan sarungnya atau untuk mendapat payung sebelum pergi ke luar, orang remaja sanggup menanyakan kepada anak itu apa arti dari cuaca di luar. Ketika siswa sedikit lebih tua, seorang guru sanggup menggunakan stiker bumper atau slogan populer dan mempunyai kelas brainstorming kesimpulan yang sanggup diambil dari mereka.

12. Ajarkan Hubungan Pertanyaan-Jawaban (QARs)

Teknik Pertanyaan-Jawaban Hubungan (QARs) (Raphael 1986) mengajarkan belum dewasa untuk melabeli jenis pertanyaan yang ditanyakan dan kemudian menggunakan informasi ini untuk membantu mereka dalam merumuskan jawaban. Dua kategori utama dari korelasi tanya jawab diajarkan: (1) apakah jawabannya sanggup ditemukan dalam teks - "Dalam Buku" pertanyaan, atau (2) apakah pembaca harus bergantung pada pengetahuannya sendiri - "In My Pimpin "pertanyaan.

Dalam buku QARs

Disana:
Jawabannya ada dalam teks, biasanya gampang ditemukan; kata-kata yang dipakai untuk menyusun pertanyaan dan kata-kata yang dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ada di sana dalam kalimat yang sama.

Think and Search (Puting It Together):
Jawabannya ada dalam cerita, tetapi siswa perlu mengumpulkan bagian-bagian yang berbeda untuk menemukannya; kata-kata untuk pertanyaan dan kata-kata untuk jawaban tidak ditemukan dalam kalimat yang sama; mereka tiba dari aneka macam potongan teks.

Di kepala saya QARs

Penulis dan Anda:
Jawabannya tidak ada dalam cerita; siswa perlu berpikir perihal apa yang sudah beliau ketahui, apa yang penulis katakan kepadanya dalam teks, dan bagaimana itu cocok bersama.

Saya sendiri:
Jawabannya tidak ada dalam cerita; siswa bahkan sanggup menjawab pertanyaan tanpa membaca ceritanya; siswa perlu menggunakan pengalamannya sendiri.

Teknik QAR membantu siswa menjadi lebih sadar akan korelasi antara informasi tekstual dan pengetahuan sebelumnya dan memungkinkan mereka untuk menciptakan keputusan yang sempurna perihal seni administrasi mana yang dipakai ketika mereka mencari jawaban atas pertanyaan. Teknik ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi siswa berprestasi rendah dan siswa dengan perbedaan berguru di kelas dasar (Raphael 1984; Simmonds 1992).

13. Klarifikasi perbedaan antara memahami dan menghafal

Ketika seorang siswa sedang belajar, orang tuanya sanggup memastikan bahwa beliau tidak hanya menghafal, melainkan mencoba untuk memahami isi konseptual dari materi pelajaran. Orang renta sanggup mendorong siswa untuk berbicara perihal konsep dalam kata-katanya sendiri. Orang tuanya juga bisa bermain game konsep dengannya. Misalnya, mereka sanggup mencantumkan beberapa fitur penting dan membiarkannya mencoba menyebutkan konsepnya.

14. Rumit dan jelaskan

Siswa harus didorong untuk terlibat dalam klarifikasi terperinci dan klarifikasi fakta dan inspirasi daripada mengulang-ulang pengulangan. Guru-gurunya dan orang tuanya sanggup menghubungkannya dengan informasi gres dengan pengalaman sebelumnya, menggunakan analogi dan berbicara perihal aneka macam aplikasi masa depan dari apa yang beliau pelajari.

15. Sebuah gambar bernilai seribu kata

Siswa harus didorong untuk menciptakan representasi visual dari apa yang mereka pelajari. Mereka harus mencoba mengasosiasikan gambar sederhana dengan konsep tunggal.

16. Buatlah pikiran menyerupai sebuah film

Ketika konsepnya kompleks dan terperinci, menyerupai konsep yang sanggup ditemukan dalam novel klasik, siswa harus secara aktif didorong untuk menggambarkan agresi menyerupai "film" dalam pikiran mereka.

17. Ajarkan pemetaan konsep dan penyelenggara grafik

Strategi spesifik untuk konsep pengajaran yakni pemetaan konseptual dengan menggambar diagram konsep dan fitur kritisnya serta hubungannya dengan konsep lain. Penyelenggara grafik sanggup memperlihatkan kerangka awal yang elok untuk pemetaan konseptual. Siswa harus membuatkan kebiasaan memetakan semua konsep kunci sehabis menuntaskan potongan atau bab. Beberapa siswa sanggup menikmati menggunakan perangkat lunak komputer Inspirasi untuk kiprah ini.

18. Buatlah metode dan jumlah jawaban

Untuk membuatkan seni administrasi pemecahan masalah, guru harus menekankan kedua metode yang sempurna untuk menuntaskan kiprah dan jawaban yang benar. Dengan cara ini, siswa sanggup berguru untuk mengidentifikasi apakah mereka perlu menentukan metode alternatif kalau metode pertama terbukti tidak berhasil.

19. Metode penting

Untuk membuatkan seni administrasi pemecahan masalah, guru harus memperlihatkan kredit kepada siswa untuk menggunakan metode langkah demi langkah dalam menuntaskan suatu kiprah di samping untuk mendapat jawaban yang benar. Guru juga harus mengajarkan siswa metode yang berbeda untuk memecahkan duduk kasus dan mendorong siswa untuk mempertimbangkan metode pemecahan duduk kasus alternatif kalau seni administrasi tertentu terbukti tidak menguntungkan. Akan sangat membantu bagi para guru dan orang renta untuk menciptakan model metode pemecahan duduk kasus yang berbeda untuk setiap duduk kasus hari yang muncul dari waktu ke waktu.

20. Identifikasi masalah

Psikolog Robert Sternberg menyatakan bahwa identifikasi duduk kasus yang sempurna yakni langkah pertama dalam pemecahan masalah. Menurut Sternberg, identifikasi duduk kasus terdiri dari (1) mengetahui duduk kasus ketika Anda melihat duduk kasus dan (2) menyatakan duduk kasus secara keseluruhan. Guru harus meminta siswa mempraktekkan identifikasi masalah, dan membiarkan mereka mempertahankan tanggapan mereka. Menggunakan kelompok pembelajaran kooperatif untuk proses ini akan membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan identifikasi duduk kasus alasannya beliau akan mempunyai kesempatan yang tinggi untuk mendengarkan dan berguru dari diskusi anggota kelompoknya.

21. Ajak bertanya

Pertanyaan yang berbeda yang diajukan oleh siswa dihentikan diabaikan. Ketika siswa menyadari bahwa mereka sanggup bertanya perihal apa yang ingin mereka ketahui tanpa reaksi negatif dari guru, sikap kreatif mereka cenderung menggeneralisasi ke area lain. Jika waktu tidak memungkinkan diskusi pada waktu itu, guru sanggup menggabungkan penggunaan papan "Parking Lot" di mana ide-ide "diparkir" di post-it notes hingga nanti di hari itu atau hari berikutnya.

22. Pembelajaran kooperatif

Banyak siswa yang memperlihatkan tantangan bahasa sanggup mengambil manfaat dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menyediakan bahasa verbal dan latihan mendengarkan dan menghasilkan peningkatan kemampuan berbicara dan mendengarkan pragmatis anggota kelompok. Selain itu, National Reading Panel melaporkan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan pemahaman membaca siswa dan pembelajaran seni administrasi membaca. Pembelajaran kooperatif mengharuskan guru merencanakan, menyusun, memantau, dan mengevaluasi dengan hati-hati untuk interdependensi positif, akuntabilitas individu, pemrosesan kelompok, interaksi tatap muka, dan keterampilan sosial.

23. Gunakan membaca strategis kolaboratif

Pembacaan Strategis Collaoborative - CSR (Klinger, Vaughn, Dimino, Schumm & Bryant, 2001) yakni cara lain untuk melibatkan siswa dalam membaca dan pada dikala yang sama meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. CSR yakni taktik ideal untuk meningkatkan pemahaman membaca teks ekspositori di ruang kelas adonan di aneka macam disiplin ilmu. Dengan menggunakan taktik ini, siswa ditempatkan dalam kelompok pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat hingga enam siswa dengan kemampuan campuran. Para siswa bekerja sama untuk menuntaskan empat kiprah utama: (1) pratinjau (skim atas materi, tentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang ingin mereka pelajari), (2) identifikasi klik dan clunks (klik = kita mendapatkannya; clunks = kita don memahami konsep, inspirasi atau kata ini, (3) mendapat inti (gagasan utama) dan (4) membungkus (meringkas gagasan-gagasan penting dan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan (pikirkan pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh guru pada suatu tes). kelompok ini diberi kiprah menyerupai pemimpin / pelaku / pemberi tugas, hebat clunk, hebat inti, dan pencatat waktu / perintis (interdependensi positif) Setiap siswa harus siap untuk melaporkan pada kesimpulan kelompok (akuntabilitas individu).

24. Pikirkan dengan analogi, simile, dan metafora

Ajarkan siswa untuk menggunakan analogi, simile dan metafora untuk menjelaskan konsep. Mulailah dengan pemodelan ("Saya lakukan"), kemudian dengan melaksanakan beberapa sebagai seluruh kelas ("Kita lakukan") sebelum balasannya meminta siswa untuk mencoba satu dari mereka sendiri ("Anda lakukan"). Modelkan metafora verbal dan nonverbal.

25. Manfaat pemikiran kreatif

Sebagian besar siswa akan mendapat manfaat dari banyak kesempatan untuk membuatkan kecenderungan kreatif mereka dan keterampilan berpikir yang berbeda. Mereka harus diberi penghargaan untuk pemikiran asli, bahkan "di luar kotak".

26. Termasuk pemikiran analitis, praktis, dan kreatif

Guru harus memperlihatkan planning pelajaran yang meliputi acara berpikir analitis, mudah dan kreatif. Psikolog Robert Sternberg telah membuatkan kerangka berpikir tingkat tinggi yang disebut "Successful Intelligence." Setelah menganalisis orang remaja yang berhasil dari aneka macam pekerjaan, Sternberg menemukan bahwa orang remaja yang berhasil memanfaatkan tiga jenis pemikiran tingkat tinggi: (1) analitis (misalnya, membandingkan dan kontras, mengevaluasi, menganalisis, kritik), (2) mudah (misalnya, memperlihatkan bagaimana menggunakan sesuatu, mendemonstrasikan bagaimana di dunia nyata, memanfaatkan, menerapkan, mengimplementasikan), dan (3) kreatif (misalnya, menemukan, membayangkan, merancang, memperlihatkan bagaimana, apa yang akan terjadi jika). Data memperlihatkan bahwa menggunakan ketiganya meningkatkan pemahaman siswa.

27. Ajarkan komponen dari proses pembelajaran

Untuk membangun metakognisi, siswa perlu menyadari proses pembelajaran secara sadar. Ini mengubah siswa dari akseptor informasi pasif menjadi aktif, produktif, kreatif, generator informasi. Adalah penting, kemudian bagi para guru untuk membicarakan dan mengajarkan komponen dari proses pembelajaran: perhatian, ingatan, bahasa, graphomotor, pemrosesan dan organisasi, dan pemikiran tingkat tinggi.

28. Aktif mengajar metakognisi

Aktif mengajar metakognisi untuk memfasilitasi perolehan keterampilan dan pengetahuan. Penting bagi siswa untuk mengetahui bagaimana mereka berpikir dan belajar. Ajarkan siswa perihal apa yang Robert Sternberg sebut kecerdasan yang sukses atau administrasi diri mental. Kecerdasan yang berhasil yakni cara yang elok untuk menjelaskan metakognisi.

Dalam bukunya yang berjudul Successful Intelligence, Sternberg mendaftar enam komponen kecerdasan yang berhasil:

  • Ketahuilah kekuatan dan kelemahan Anda
  • Memanfaatkan kekuatan Anda dan mengimbangi kelemahan Anda
  • Menolak keinginan negatif
  • Percaya pada dirimu sendiri. Ini disebut self-efficacy
  • Carilah model kiprah - orang yang sanggup Anda pelajari
  • Carilah lingkungan di mana Anda sanggup menciptakan perbedaan


29. Gunakan referensi

Beberapa buku acuan oleh Robert Sternberg tersedia dalam pemikiran tingkat tinggi. Buku-buku berikut harus bermanfaat dan tersedia di toko buku lokal atau online.


  1. Successful Intelligence by Robert J. Sternberg
  2. Teaching for Successful Intelligence by Robert J. Sternberg and Elena L. Grigorenko
  3. Teaching for Thinking by Robert J. Sternberg and Louise Spear-Swerling


30. Pertimbangkan penilaian individual

Banyak siswa dengan tantangan berpikir tingkat tinggi mendapat manfaat dari penilaian dan remediasi individu oleh para profesional yang sangat berkualitas.

31. Jadikan siswa sebagai kawan Anda

Seorang guru harus membiarkan siswa dengan tantangan berpikir tingkat tinggi tahu bahwa mereka akan bekerja sama sebagai kawan untuk mencapai peningkatan keterampilan siswa. Dengan jenis korelasi menyerupai ini, seringkali siswa akan membawa seni administrasi yang sangat mudah dan efektif ke meja yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh guru.

32. Evaluasi / Penilaian

Jika penggunaan yang konsisten dari beberapa seni administrasi di atas sepertinya tidak membantu seorang siswa, mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan mempunyai penilaian perkembangan saraf yang komprehensif yang dilakukan oleh profesional yang berkualifikasi. Identifikasi duduk kasus yakni langkah pertama dalam solusi masalah; jadi, kalau duduk kasus tidak teridentifikasi secara akurat, solusi yang sering dicoba tidak akan menuai imbalan bagi siswa dan mereka yang bekerja dengannya.

Evaluasi perkembangan saraf yang komprehensif yang dilakukan oleh psikolog berlisensi harus berfungsi sebagai peta jalan untuk orang tua, siswa dan profesional yang bekerja dengan siswa. Ini harus memperlihatkan citra lengkap perihal perhatian, ingatan, bahasa lisan, organisasi, keterampilan graphomotor / goresan pena tangan dan pemikiran tingkat tinggi. Ini juga harus meliputi penilaian keterampilan akademik siswa (membaca, bahasa goresan pena dan matematika) dan fungsi sosial dan emosionalnya. Evaluasi seharusnya tidak hanya memperlihatkan diagnosis yang akurat tetapi juga informasi deskriptif mengenai bidang fungsi yang disebutkan di atas.

Ketika mencari layanan profesional untuk evaluasi, penting untuk memahami apa yang merupakan penilaian yang baik dan juga tujuan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh sistem sekolah umum umumnya untuk tujuan menentukan apakah seorang siswa memenuhi kriteria untuk penjabaran pendidikan khusus. Evaluasi yang dilakukan oleh banyak profesional swasta dilakukan untuk tujuan menentukan apakah siswa memenuhi kriteria diagnostik sesuai dengan Diagnostik dan Statistik Manual (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Meskipun kedua jenis penilaian ini bermanfaat dalam cara mereka sendiri, mereka umumnya tidak cukup untuk menyediakan peta jalan terbaik. Oleh alasannya itu, orang renta harus diberitahu konsumen dan bertanya perihal jenis informasi apa yang akan mereka tinggalkan sehabis penilaian selesai.

Fokus dari penilaian harus untuk mengatasi duduk kasus dan memperlihatkan jawaban atas pertanyaan spesifik yang ditanyakan oleh orang renta dan siswa, dan untuk mengidentifikasi penyebab duduk kasus yang mendasari. Sebagai contoh, kalau siswa mempunyai duduk kasus dengan pemahaman bacaan, apakah alasannya beliau tidak sanggup memecahkan arahan kata-kata, beliau tidak mempunyai kelancaran atau kosakata yang cukup, atau beliau tidak sanggup memahami wacana alasannya kesulitan dengan perhatian atau ingatan? Ini juga harus mengidentifikasi kekuatan siswa serta tantangan dan seni administrasi khusus untuk mengelola tantangan-tantangan ini.

Evaluasi yang baik harus mengumpulkan informasi dari aneka macam sumber menyerupai wawancara, kuesioner, skala penilaian dan tes standar. (Readingrockets.org)
Sumber https://www.tomatalikuang.com/