Upeti, Antara Harta Taklukan Dan Kenyataan Sejarah
Biasanya kita diceritakan wacana upeti yang harus dibayarkan oleh kerajaan yang takluk kepada kerajaan pemenang perang. berupa emas, permata, hasil tambang, atau kekayaan lain yang dimiliki oleh kerajaan tersebut untuk menyenangkan raja besar penakluk. apabila dianggap kurang atau gagal menyetor upeti, risikonya sanggup terjadi perang susulan atau tindakan eksekusi lainnya alasannya ialah dianggap membangkang terhadap kerajaan penakluk.
Sekilas terlihat terang duduk perkaranya. tetapi apakah memang urusan upeti itu betul hanya demikian adanya antara pemenang perang dan kerajaan taklukan?
Ternyata banyak yang berbeda. terkadang penamaan "upeti" saja ialah alasan politis semata dan yang bergotong-royong terjadi sama sekali berbeda. bukan pajak, bukan pula jatah preman, tetapi pada beberapa masalah ternyata ialah metode transaksi alias perdagangan.
Nah, lo. Bingung?
Kaprikornus begini. mengambil pola dinasti China, mereka sebagai kekaisaran besar menganggap dirinya sebagai sentra peradaban. berdasarkan pandangan mereka di luar dari kekaisaran mereka semuanya ialah bangsa barbar tidak beradab. alasannya ialah itu baik bahasa, tulisan, karya seni dan budaya yang unggul semua dimiliki oleh kekaisaran. pembenaran keunggulan itu ialah diterimanya atau tersebarnya seni budaya mereka ke peradaban lain di sekitarnya.
Konsekuensi dari pandangan tersebut menciptakan kekaisaran China tidak mengakui adanya peradaban lain yang sanggup menciptakan produk yang lebih unggul dari mereka. alasannya ialah itu terjadi kebingungan saat mereka membutuhkan produk atau barang yang harus di import dari luar alasannya ialah ternyata tidak sanggup mereka buat atau produksi sendiri di dalam negeri.
Seperti halnya kuda asia tengah yang lebih kuat, banyak sekali watu permata, atau banyak sekali jenis armor dan persenjataan dari barat yang dibawa lewat jalur sutra. hal ini berpotensi menciptakan aib kekaisaran alasannya ialah harus mengakui kalau ada peradaban lain yang sanggup memproduksi barang yang lebih unggul daripada mereka. sehingga mau tidak mau harus mengakui adanya tentangan yang dalam beberapa hal sanggup dibilang selevel atau sederajat dengan mereka.
Karena itu untuk menyelamatkan muka, sistem "upeti" pun dirubah. bagi rakyat awam mereka sekedar melihat terjadinya upacara megah satu atau beberapa kali dalam setahun dimana kaisar akan mendapatkan rombongan besar dari banyak kerajaan luar yang semuanya membawa harta kekayaan mereka sebagai upeti. tampak kemegahan dari kekaisaran yang menciptakan rakyatnya bahagia dan bangga. tetapi hal ini hanyalah sebuah kedok politis.
Pada kenyataannya, jauh hari sebelum upacara dukungan upeti tersebut berlangsung utusan kedua belah pihak akan bertemu secara rahasia. dari sisi kekaisaran akan menyerahkan daftar barang yang mereka butuhkan. kemudian dari sisi kerajaan luar mereka akan menyanggupi entah sebagian atau keseluruhan dari seruan tersebut. mereka juga bebas mengatakan produk lain yang mungkin gres tahun ini mereka produksi.
Bukan gratisan, pihak kerajaan luar juga menyerahkan daftar barang yang mereka inginkan. kemudian terjadilah tawar menawar biar terjadi kesepakatan jumlah dan nilai yang dirasa adil. seekor kuda ditukar dengan segulung sutra atau watu permata ditukar dengan pakaian glamor dan perhiasan. sesudah deal kedua belah pihak kemudian menyiapkan barang-barang tersebut.
Dalam upacara penyerahan upeti, pihak kerajaan luar akan membawa upeti sesuai yang dijanjikan. biasanya simbolis tidak beli 1000 kuda kemudian dijejerkan semua, tetapi beberapa saja asalkan memenuhi kriteria meriah, megah dan mewah. kemudian sesudah diterima, dengan alasan alasannya ialah "kemurahan hati" sang kaisar maka kekaisaran sudi membalas dukungan upeti tersebut dengan "hadiah" yang setimpal.
Bagi rakyat awam dan pengunjung dari jauh, hal ini tampak luar biasa sekali. kekaisaran tidak sekedar terima upeti yang merupakan haknya tetapi juga dibalas dengan hadiah yang lebih besar dari dukungan negara taklukan. sekilas pihak kekaisaran terlihat bagaikan pihak yang betul-betul berpengaruh dan kelebihan harta hingga merasa perlu dibagi-bagi kepada kerajaan taklukan.
Padahal yang bergotong-royong terjadi ialah murni transaksi. upeti dan hadiah jejadian atau drama politis bohong-bohongan ini memang bertujuan untuk menjaga dan mendongkrak prestise pemerintah. tentu isi "hadiah" yang diberikan oleh kaisar sesuai dengan seruan dari kerajaan luar sebagai barteran dari barang yang mereka bawa sebagai upeti.
Sistem ini sendiri memacu ekonomi alasannya ialah mendorong perdagangan sehingga banyak kerajaan luar yang sudi mengaku "tuduk" terhadap kekaisaran. tentu mereka sekedar tunduk-tundukan di atas kertas dan kedua pihak memahami hal tersebut. walaupun tunduk tetapi kekaisaran tidak punya kuasa apapun terhadap kerajaan luar. hal ini tidak lebih dari akal-akalan biar sanggup melaksanakan perdagangan.
Lucunya klaim terhadap kerajaan yang "tunduk" ini di abad modern digunakan sebagai dasar pembenaran terhadap luasnya wilayah yang dikuasai oleh suatu dinasti. padahal luasnya kekuasaan de facto yang bergotong-royong dimiliki tentu tidak mencakup kerajaan yang sekedar tunduk untuk urusan dagang semata. mereka tokh hanya tunduk di atas kertas saja bukan secara politis atau militer.
Peradaban kemudian mulai dari Sumeria kuno, Akkadia, Babylonia di mesopotamia ataupun Romawi di eropa memakai sistem tukar barang dan upeti yang sama saat berhadapan dengan kerajaan lain atau suku barbar. barang dari kerajaan luar atau suku barbar oleh Romawi diakui sebagai upeti, sedangkan barang yang bergotong-royong dibeli diakui sebagai hadiah dari Romawi kepada kerajaan luar atau suku barbar.
Mungkin sistem upeti yang tertua digunakan oleh firaun mesir dalam perdagangan dengan kerajaan lain seputar mediterania. sama-sama berunsur politis untuk menjaga popularitas pemerintah. dalam sejarah, kerajaan kecil sekalipun jarang ada yang benar-benar tunduk kecuali dikalahkan dalam perang. menandakan bahwa kebebasan mengatur dan memilih nasib sendiri ialah hal yang hakiki pada semua bangsa.
Kaisar Qianlong mendapatkan utusan Kazakhs yang kalah perang dengan kuda sebagai upeti |
Sekilas terlihat terang duduk perkaranya. tetapi apakah memang urusan upeti itu betul hanya demikian adanya antara pemenang perang dan kerajaan taklukan?
Ternyata banyak yang berbeda. terkadang penamaan "upeti" saja ialah alasan politis semata dan yang bergotong-royong terjadi sama sekali berbeda. bukan pajak, bukan pula jatah preman, tetapi pada beberapa masalah ternyata ialah metode transaksi alias perdagangan.
Nah, lo. Bingung?
Firaun atau Paraoh mesir mendapatkan upeti dari suku-suku dan kerajaan lain di sekitarnya |
Kaprikornus begini. mengambil pola dinasti China, mereka sebagai kekaisaran besar menganggap dirinya sebagai sentra peradaban. berdasarkan pandangan mereka di luar dari kekaisaran mereka semuanya ialah bangsa barbar tidak beradab. alasannya ialah itu baik bahasa, tulisan, karya seni dan budaya yang unggul semua dimiliki oleh kekaisaran. pembenaran keunggulan itu ialah diterimanya atau tersebarnya seni budaya mereka ke peradaban lain di sekitarnya.
Konsekuensi dari pandangan tersebut menciptakan kekaisaran China tidak mengakui adanya peradaban lain yang sanggup menciptakan produk yang lebih unggul dari mereka. alasannya ialah itu terjadi kebingungan saat mereka membutuhkan produk atau barang yang harus di import dari luar alasannya ialah ternyata tidak sanggup mereka buat atau produksi sendiri di dalam negeri.
Seperti halnya kuda asia tengah yang lebih kuat, banyak sekali watu permata, atau banyak sekali jenis armor dan persenjataan dari barat yang dibawa lewat jalur sutra. hal ini berpotensi menciptakan aib kekaisaran alasannya ialah harus mengakui kalau ada peradaban lain yang sanggup memproduksi barang yang lebih unggul daripada mereka. sehingga mau tidak mau harus mengakui adanya tentangan yang dalam beberapa hal sanggup dibilang selevel atau sederajat dengan mereka.
Sistem upacara upeti yang juga lumrah berlangsung pada kerajaan di mesopotamia |
Karena itu untuk menyelamatkan muka, sistem "upeti" pun dirubah. bagi rakyat awam mereka sekedar melihat terjadinya upacara megah satu atau beberapa kali dalam setahun dimana kaisar akan mendapatkan rombongan besar dari banyak kerajaan luar yang semuanya membawa harta kekayaan mereka sebagai upeti. tampak kemegahan dari kekaisaran yang menciptakan rakyatnya bahagia dan bangga. tetapi hal ini hanyalah sebuah kedok politis.
Pada kenyataannya, jauh hari sebelum upacara dukungan upeti tersebut berlangsung utusan kedua belah pihak akan bertemu secara rahasia. dari sisi kekaisaran akan menyerahkan daftar barang yang mereka butuhkan. kemudian dari sisi kerajaan luar mereka akan menyanggupi entah sebagian atau keseluruhan dari seruan tersebut. mereka juga bebas mengatakan produk lain yang mungkin gres tahun ini mereka produksi.
Bukan gratisan, pihak kerajaan luar juga menyerahkan daftar barang yang mereka inginkan. kemudian terjadilah tawar menawar biar terjadi kesepakatan jumlah dan nilai yang dirasa adil. seekor kuda ditukar dengan segulung sutra atau watu permata ditukar dengan pakaian glamor dan perhiasan. sesudah deal kedua belah pihak kemudian menyiapkan barang-barang tersebut.
Dalam upacara penyerahan upeti, pihak kerajaan luar akan membawa upeti sesuai yang dijanjikan. biasanya simbolis tidak beli 1000 kuda kemudian dijejerkan semua, tetapi beberapa saja asalkan memenuhi kriteria meriah, megah dan mewah. kemudian sesudah diterima, dengan alasan alasannya ialah "kemurahan hati" sang kaisar maka kekaisaran sudi membalas dukungan upeti tersebut dengan "hadiah" yang setimpal.
Bagi rakyat awam dan pengunjung dari jauh, hal ini tampak luar biasa sekali. kekaisaran tidak sekedar terima upeti yang merupakan haknya tetapi juga dibalas dengan hadiah yang lebih besar dari dukungan negara taklukan. sekilas pihak kekaisaran terlihat bagaikan pihak yang betul-betul berpengaruh dan kelebihan harta hingga merasa perlu dibagi-bagi kepada kerajaan taklukan.
Upacara persembahan upeti dari kerajaan Numibia kepada Mesir kuno ribuan tahun silam |
Padahal yang bergotong-royong terjadi ialah murni transaksi. upeti dan hadiah jejadian atau drama politis bohong-bohongan ini memang bertujuan untuk menjaga dan mendongkrak prestise pemerintah. tentu isi "hadiah" yang diberikan oleh kaisar sesuai dengan seruan dari kerajaan luar sebagai barteran dari barang yang mereka bawa sebagai upeti.
Sistem ini sendiri memacu ekonomi alasannya ialah mendorong perdagangan sehingga banyak kerajaan luar yang sudi mengaku "tuduk" terhadap kekaisaran. tentu mereka sekedar tunduk-tundukan di atas kertas dan kedua pihak memahami hal tersebut. walaupun tunduk tetapi kekaisaran tidak punya kuasa apapun terhadap kerajaan luar. hal ini tidak lebih dari akal-akalan biar sanggup melaksanakan perdagangan.
Lucunya klaim terhadap kerajaan yang "tunduk" ini di abad modern digunakan sebagai dasar pembenaran terhadap luasnya wilayah yang dikuasai oleh suatu dinasti. padahal luasnya kekuasaan de facto yang bergotong-royong dimiliki tentu tidak mencakup kerajaan yang sekedar tunduk untuk urusan dagang semata. mereka tokh hanya tunduk di atas kertas saja bukan secara politis atau militer.
Rombongan kerajaan luar membawa banyak sekali macam upeti untuk kerajaan Babylonia kuno |
Peradaban kemudian mulai dari Sumeria kuno, Akkadia, Babylonia di mesopotamia ataupun Romawi di eropa memakai sistem tukar barang dan upeti yang sama saat berhadapan dengan kerajaan lain atau suku barbar. barang dari kerajaan luar atau suku barbar oleh Romawi diakui sebagai upeti, sedangkan barang yang bergotong-royong dibeli diakui sebagai hadiah dari Romawi kepada kerajaan luar atau suku barbar.
Mungkin sistem upeti yang tertua digunakan oleh firaun mesir dalam perdagangan dengan kerajaan lain seputar mediterania. sama-sama berunsur politis untuk menjaga popularitas pemerintah. dalam sejarah, kerajaan kecil sekalipun jarang ada yang benar-benar tunduk kecuali dikalahkan dalam perang. menandakan bahwa kebebasan mengatur dan memilih nasib sendiri ialah hal yang hakiki pada semua bangsa.