Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kritis Dalam Membendung Berita Hoax




Era milenial sekarang menjadi tempat yang sangat diminati oleh industri berita di dunia. Berbeda dengan dulu yang populer dengan media cetak, maka sekarang semuanya menggunakan media digital dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Melalui media inilah segala macam informasi dapat kita peroleh dengan cepat dan akurat pastinya.

Sejumlah berita tersebut dapat kita temukan melalui aplikasi atau situs dari penyedia berita yang kita inginkan. Kita bisa membaca berita yang sangat terbaru, bahkan baru terjadi beberapa jam yang lalu. Hal inilah salah satu faktor kenapa masyarakat sekarang menyukai media digital. Informasi dapat kita peroleh dengan terbarunya. Tetapi, ini juga mempunyai suatu hal negatif bagi para pembaca.

Dengan cepatnya arus informasi inilah dimanfaatkan oleh sejumlah oknum untuk menyebarkan berita bohong atau hoax melalui media digital. Tujuannya adalah untuk memperkeruh suasana kehidupan di negeri ini. Para pembaca sekarang cenderung mudah percaya dengan berita itu, apalagi berita itu sesuai dengan opininya. Dan ketika sudah percaya maka akan langsung disebarkan lagi olehnya. Malas membaca menjadi salah satu faktor dari kejadian itu. Hal inilah menjadi salah satu dari problematika kaum milenial, khususnya para pelajar, yang diharapkan besar oleh negara ke depannya.

Harapan itu mungkin sementara masih terpendam. Melihat keadaan pelajar yang sekarang seperti malas membaca akan mempengaruhi pola pikir dalam menghadapi suatu masalah, contohnya adanya beberapa berita hoax yang muncul sekarang ini. Berita hoax sekarang dikemas dengan judul yang sangat provokatif, isi beritanya yang tidak jelas, dan penggunaan kata-kata yang cenderung ke hal yang tidak masuk akal. Beberapa badan negara, terutama Polri, sudah mensosialisasikan ciri-ciri berita hoax seperti tadi yang diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat dalam membaca berita. Namun, anehnya lagi para pelajar malah tidak menerapkan secara penuh himbauan dari kepolisian ini tadi.

Para pelajar nantinya akan disuguhi beberapa macam berita yang tersebar di media digital, terutama pada media sosial. Oknum-oknum pembuat berita hoax inilah juga akan membuat berita yang menyasar para kaum pelajar. Berita-berita itu disebar dengan situasi dan kondisi sekarang yang sedang dianggap viral oleh kaum pelajar. Jika para pelajar tidak kritis atau berpikir lebih dalam mengenai berita yang ia baca, maka kemungkinan berdampak buruk bagi orang disekitarnya bahkan bisa menyebar ke berbagai wilayah. Contoh, satu pelajar merasa percaya dengan suatu berita yang berisi hoax, kemudian pelajar itu akan menyebarkannya lewat media sosialnya. Khalayak umum yang membaca berita dari si pelajar tadi kemungkinan juga percaya dengan itu, terus disebarkan lagi, sehingga berita hoax tersebut dipercayai oleh orang banyak. Orang-orang itu akan melakukan suatu tindakan yang terdapat berita itu, apalagi itu menyangkut unsur agama. Bisa-bisa akan menyebabkan konflik antar suatu kaum.

Dalam keadaan inilah dibutuhkan pelajar yang bisa berpikir kritis mengenai hal. Semua orang bisa berpikir kritis, tidak hanya yang pintar saja. Semua bisa, asalkan mau belajar dan membaca pastinya. Berpikir kritis mengenai suatu hal akan membuat seseorang berdaya pikir luas. Terutama dalam menyikapi adanya persebaran berita hoax yang sekarang marak di media digital Indonesia. Peran pelajar dalam hal ini begitu besar. Pelajar bisa menjadi alat untuk membendung arus berita hoax yang tersebar. Caranya bagaimana? Yaitu lebih awas dan kritis mengenai berita hoax. Jika ada berita yang kedapatan bohong, maka segera cepatlah lapor ke pihak berwenang, sehingga akan menyetop persebarannya.

Kepolisian saat ini juga menghimbau kepada kaum pelajar agar jangan cepat terpengaruh dengan persebaran berita bohong. Kepolisian menerapkan sistem Saring Sebelum Sharing dalam menangkal berita bohong. Maksudnya yaitu kita diharuskan untuk menyaring atau mencari sumber kejelasan dari suatu berita itu tadi sebelum membagikannya lagi ke khalayak. Jangan hanya membaca judulnya saja dan sekilas mengenai berita itu. Kita baca penuh berita itu tadi, jika kedapatan ini tidak sesuai dengan kenyataan berarti ini berita bohong atau palsu, jangan kita sebarkan. Sebaliknya jika berita itu benar kenyataanya, yaitu dari segi sumber yang jelas, data-data yang akurat, dan foto atau video yang cocok dengan waktunya, maka itu boleh kita bagikan.

Pada era milenial inilah berbagai macam tantangan dihadapi oleh kaum pelajar, terutama berita bohong atau hoax. Peristiwa ini akan terus ada jika kaum pelajar mau membaca dan bergerak atas persebaran berita bohong. Semua itu dimulai dari kaum pelajarnya, jika kaum pelajarnya kritis dan bijak dalam menyebarkan suatu berita, maka harapan atau cita-cita bangsa di era milenial ini dapat tercapai.

Jadilah pelajar kritis.


Sumber https://rikyeka.blogspot.com/