Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Pemerintahan Kerajaan Hindu Buddha

Garuda Wisnu Kencana, Bali, Indonesia. Foto: Indonesia Holiday

- Mari kita mengingat kembali pelajaran sejarah dikala duduk di dingklik Sekolah Menengan Atas dulu. Salah satunya yakni bahwa tradisi tulis yang kita miliki itu berasal dari India. Mengapa kita bisa berinteraksi dengan India? Kapan interaksi itu terjadi? Dan bagaimana bentuk interaksi tersebut? Sebelumnya, kita tidak mempunyai kemampuan untuk menuliskan dan mendokumentasikan insiden sejarah ke dalam sebuah catatan atau dokumen.

Hal yang sanggup kita ketahui bahwa Interaksi Nusantara-India telah terjadi semenjak tahun 1000 SM dan semakin intensif semenjak kala ke-2 M. Kedua bangsa telah bertemu dalam perdagangan internasional. Komoditas yang diperdagangkan antara lain logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, dan obat-obatan. Dari Nusantara bab timur muncul komoditas kayu cendana, kapur barus, dan cengkih. Interaksi kedua bangsa dalam bidang perdagangan itu  membuka jalan bagi masuknya agama dan kebudayaan India ke Nusantara.

Setelah bangsa kita berinteraksi dengan bangsa India, banyak perubahan terjadi dalam kehidupan bangsa kita. Selain bisa mempunyai kemampuan menulis, kita juga mengenal sistem pemerintahan kerajaan dan bisa membuatkan kebudayaan secara lebih maju.

Pengaruh India di Bali

Pengaruh India di Bali biasanya dihubungkan dengan kelahiran dan berkembangnya aneka macam sekte, mulai dari sekte Sambu, Brahma, Indra, Wisnu (Waesnawa), Bayu dan Kala. Sekte-sekte tersebut mengalami interaksi dengan kepercayaan lokal di Bali. Interaksi antara aneka macam sekte dengan kepercayaan lokal menyebabkan paham keagamaan yang terbangun tidak sepenuhnya bertahan dalam bentuk aslinya (autentisitas) melainkan mengalami proses silang budaya dengan kepercayaan lokal.

Selain menghadapi pengalaman dengan kepercayaan lokal, paham keagamaan yang bersendikan pada sekte hidup dalam pluralitas yang bisa saja berakhir dengan benturan-benturan paham keagamaan. Keberagaman sekte-sekte itu lalu diakomodasi dalam konsep Tri Kahyangan oleh Mpu Kuturan ( Senapati Pakiran-kiran I Jero Makabehan) sekitar 923 Saka.

Selain kehadiran sekte-sekte, dampak India juga terlihat dari beberapa konsep sebagai berikut:

1. Konsep Pakraman

Konsep pakraman intinya yakni sebuah tatanan masyarakat yang hidup dalam tradisi India. Tatanan itu disebut dengan Grama yang artinya tatanan (sekarang di India disebut Grama Penchayat). Di Bali, istilah grama ini diterima menjadi krama dan selanjutnya menjadi pakraman. 

Dengan demikian, sistem sosial Bali Kuno merupakan reproduksi tatanan sosial di India.

2. Legenda dan Mitologi

Ada beberapa legenda dan mitologi yang berkembang secara historis pada masa Jawa/ Bali Kuno.
  • Legenda Aji Saka, yang mengisahkan bagaimana seorang keturunan Brahmana dari India dan menetap di Medang Kemulan. Aji Saka lalu dikisahkan bisa membangun ketertiban dan peradaban sehabis mengalahkan Prabu Baka yang berwatak raksasa (tidak beradab).
  • Kisah kedua tercantum dalam kitab Tantu Pagelaran yang menceritakan asal mula Batara Guru yang pergi bersemadi di Gunung Dieng untuk meminta kepada Brahma dan Wisnu supaya Pulau Jawa diberi penghuni. Akhirnya, Brahma membuat kaum pria dan Wisnu membuat kaum perempuan. Selain itu dikisahkan juga semua ilahi menetap di bumi gres itu dan memindahkan Gunung Meru dari Jambhu Dwipa. Sejak itu gunung yang disebut pinkalalingganingbhuwana itu tertanam di Pulau Jawa.
  • Kisah legenda ketiga yakni kedatangan Dinasti Warmadewa yang lebih dihubungkan dengan India dibandingkan dengan Jawa. Walaupun hubungan dengan Jawa alhasil terbangun ketika putra Udayana, yang berjulukan Airlangga menjadi menantu Raja Dharmawangsa Teguh Ananta Wikrama di Pulau Jawa dan lalu memegang kekuasaan atas Pulau Jawa.

Salah satu dampak India yang sampai kini masih bisa kita rasakan yakni dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan. Sebelum dampak Hindu-Buddha masuk ke Nusantara, kita belum mengenal sistem pemerintahan kerajaan. 

Waktu itu, kehidupan sosial kita mencakup klan-klan yang yang dipimpin oleh seseorang yang dianggap tertua atau paling kuat di antara mereka. Klan-klan itu tersebar di aneka macam pulau di Nusantara dengan corak yang beragam. Kehidupan ibarat itu telah berlangsung semenjak purba sampai awal kala Masehi.

Setelah dampak India masuk, model sosial kemasyarakatan itu pelan-pelan mengalami perubahan. Beragam nilai dan sistem kehidupan yang berlaku dan berkembang di India, mulai menggantikan nilai dan tradisi lokal yang ada di Nusantara. Sistem pemerintahan kerajaan pun mulai diterapkan di aneka macam tempat di Nusantara (kini Indonesia).