Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mumi Dan Tradisi Pemakaman Mesir Kuno

Foto: bobviral.com

- Orang Mesir Kuno mengenal akhirat. Akan tetapi darul abadi bukan lah menyerupai yang terlintas pada anutan agama samawi. Menurut orang Mesir Kuno darul abadi yakni kehidupan badaniah bukan penggantian berbentuk rohaniah. Jiwa meninggalkan tubuh pada dikala kematian, tetapi berdasarkan harapannya jiwa itu sanggup kembali pada tubuh tadi. Oleh alasannya yakni itu orang-orang Mesir sangat berangasan untuk mengekalkan kehidupannya demi dirinya sehabis mati, dan mengejar tujuan darul abadi secara lebih serius dibanding tujuan apa pun yang sanggup diraih selama kehidupan di dunia.

Jejak-jejak perkembangan tradisi pemakaman bangsa Mesir memang kurang diketahui, bahkan perkembangan prosesi pemumian. Pengetahuan yang ada kini wacana proses itu (pembalseman, penggunaan minyak, garam, dll) sebagian besar berdasarkan goresan pena Herodotus dan penyelidikan terhadap mumi sendiri.

Ilustrasi. Foto: www.chuchotezvous.ru

Ketika raja-raja Mesir dimakamkan, orang-orang Mesir belum pernah mem-balsam orang mati. Prosesi pemakaman pun masih sangat sederhana, yakni tubuh raja dibungkus kain, yang kadang-kadang direndam di cairan damar. Akan tetapi, metode itu sama sekali tidak sanggup mengawetkan mayat. Metode pengawetan mayat terus berkembang hingga akhirnya menghasilkan suatu tradisi perawatan bagi mayat orang-orang Mesir yang dinamakan dengan pemumian.

Setelah pemumian dilaksanakan, mumi dimasukkan makam (makam di dalam piramid untuk firaun) bersama dengan barang-barang yang diharapkan akan diharapkan oleh yang mati dalam kehidupan barunya . Barang tersebut biasanya berupa makanan, ganjal kaki, perhiasasan,  serta mahkota atau tongkat bila ia seorang firaun.

Pemakaman dengan model pemumian, membutuhkan biaya yang sangat mahal. Bahkan, mahalnya biaya untuk mengawetkan mayat melebihi kebutuhan mereka untuk merias diri selama hidup. Pada zaman Mesir Kuno, hanya firaun yang berhak hidup di alam akhirat, sehingga pemumian hanya dilakukan untuk seorang firaun.

Akan tetapi pada masa kerajaan baru, 11 masa kemudian, kehidupan darul abadi merupakan hak semua orang Mesir, karenanya tradisi pemumian semakin banyak dilakukan. Biaya yang sangat mahal mengakibatkan tidak semua rakyat Mesir dikala itu sanggup melaksanakan tradisi pemakaman selayaknya, orang-orang miskin memakai kain kafan sebagai pengganti peti dan melaksanakan penguburan di bawah timbunan pasir.




Rujukan:

Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua hingga Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.