Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peradaban India Kuno: Kehidupan Awal

Foto: Pinterest

- India yang kini Nampak. Merupakan suatu rentetan persitiwa geologis yang cukup panjang. Pasca berakhirnya zaman es, suhu bumi mulai meningkat secara sedikit demi sedikit menuju tahap yang stabil. Jajirah India pun sedikit demi sedikit muncul menampakan bentuk geomorfologis yang makin mantab menyerupai yang kini kita lihat dipeta-peta kini ini.

Sementara itu iklim tengah mengalami goncangan berabad-abad yang terdiri atas perubahan musim-musim. Tingkat kelembaban udara, awan, dan atmosfer. Daratan India kian cocok untuk ditempati tetumbuhan dan fauna untuk hidup. Setelah tiba Zaman Pluvial (zaman yang pada ketika itu terjadi hujan yang begitu periodik dan berkepanjangan ) dengan hujan-hujannya yang banyak, disertai dengan suhu yang cukup hangat.

India Selatan yang secara khusus berdekatan dengan garis khatulistiwa mempunyai hawa yang cukup panas, lembab dan pengap. Akan tetapi kondisi ini justru mendorong pesatnya tetumbuhan menyebar luas dan hewan-hewan berkembang biak. Di kawasan ini pula telah banyak orang-orang berkulit hitam bermukim yang diperkirakan kondisi ini berlangsung pada masa Pra-Sejarah India.

Sungai Indus Sekarang. Foto: S &C

Adapun India Utara agak berbeda dengan India Selatan. Hal ini dikarenakan perbedaan relief wilayah dan hutan-hutan di tanah tinggi, serta lerengnya tak begitu banyak dibandingkan dengan daratan rendahnya. Di potongan lembah sungai Indus dan Gangga, bagian-bagian dari daratan rendah yang luas itu memperlihatkan laba bagi suku-suku yang nomaden di kawasan tersebut. Mata pencaharian mereka dari hasil hutan, kemudian mereka terus berkembang sampai mengenal bercocok tanam dan menjadi petani dengan membabat hutan.

Perkembangan lingkungan hidup di India menciptakan tumbuhan dan fauna cukup beragam. Hal ini dikarenakan cukup luasnya Jazirah India yang cukup subur. Hewan dan Tetumbuhan terdapat disekitar lembah sungai Gangga. Terdapat pula di negara-negara Asia Tenggara. Masyarakat India, yaitu Dravida sebelum kedatangan dan perluasan bangsa Aria dari barat memakai jasa kuda untuk bertani. Di India Selatan, pada sudah usang dikenal dan tumbuhan tebu cukup berhasil tumbuh disini.

Mohenjo Daro

Mohenjo Daro. Foto: enkispeaks.com

Mohenjo ialah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang terletak di provinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun 2600 SM, kota ini ialah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno.

Zaman dahulu, Mohenjo-daro merupakan salah satu sentra administratif Peradaban Lembah Indus kuno. Pada puncak kejayaannya, Mohenjo-daro ialah kota yang paling terbangun dan maju di Asia Selatan, dan mungkin juga di dunia. Perencanaan dan tekniknya memperlihatkan kepentingan kota ini terhadap masyarakat lembah Indus.

Harrapa

Harrapa. Foto:Pinterest

Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur maritim Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi.

Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 sampai 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga populer sebagai budaya Harappa. Peradaban Lembah Indus ialah sebuah peradaban sungai kuno yang berkembah di lembah sungai Indus di India Kuno (kini di Pakistandan India Barat Laut). Peradaban ini juga dikenal sebagai "Peradaban Harappa."

Kebudayaan Indus berkembang berabad-abad lamanya, kemudian mengalami kebangkitan sekitar tahun 3000 SM. Peradaban tersebut menjangkau wilayah yang kini diduduki negaraPakistan dan India Utara, tetapi tiba-tiba mengalami kemerosotan sekitar tahun 1900 SM. Pemukiman Peradaban Indus tersebar sejauh pantai Laut Arab di Gujarat di selatan, perbatasan Iran di barat, dengan kota perbatasan di Bactria. Di antara permukiman-permukiman itu, sentra kota utama berada di Harappa dan Mohenjo-daro, dan juga Lothal

Masyarakat

Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak sanggup ditelusuri sampai sekarang. Bahasa dan abjad yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum sanggup dipecahkan sampai sekarang.

Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk aktivitas religius dan gejala sistem kasta. Hal ini menjadikan para peneliti berspekulasi jika masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan mempunyai filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial

Rujukan

N.Daljoeni. Geografi Kesejarahan. Jilid I. Bandung. 1991
Rhoma Dwi Aria Yuliantri. 2005. Peradaban di Lembah Sungai Indus. UNY : Yogyakarta