Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengatasi Agresi Sesuai dengan Kajian Psikologi Sosial

Tongsampah - Artikel kali ini membahas mengenai agresi yang dilihat dari kajian Psikologi Sosial. Dimana pengertian Agresivitas itu sendiri bisa anda baca pada artikel sebelumnya yang berjudul Pengertian Agresi. Selain pengertian terdapat pula pemikiran-pemikiran mengenai agresi pada manusia yang bisa anda simak dalam artikel Perspektif Agresivitas.

Memang tidak mudah mempelajari agresi, namun agresifitas akan tetap ada atau terjadi selama masih ada manusia yang hidup. Sesungguhnya kita dapat mengetahui bagaimana agresivitas itu terjadi, untuk mempelajarinya bisa anda simak artikel faktor-faktor penyebab agresi. Dalam kajian Psikologi sosial khususnya mengenai agresi, dibahas pula cara mengatasi agresivitas tersebut, untuk lebih jelasnya bisa baca di bawah ini.

Kajian Psikologi Sosial : Mengatasi Agresi

Pembahasan mengenai agresi di atas terlihat betapa rumitnya faktor-faktor penyebabnya, akan tetapi sebagai manusia peluang untuk mengendalikan agresi tetaplah ada. Hal ini terjadi karena manusia memiliki fungsi-fungsi kognisi yang lebih baik dari hewan. Cara untuk mengatasi agresi akan dijelaskan di bawah ini.

1. Pengamatan tingkah laku yang baik

Kita bisa lebih banyak menampilkan teladan-teladan yang baik. Hal ini dapat diterapkan dengan membuat acara-acara di televisi yang mem-berikan gambaran kegiatan nonagresi. Acara-acara yang menimbulkan semangat menolong atau yang minim kekerasan. Sebagai orang yang lebih tua sebaiknya memberikan contoh sesuai yang baik terhadap yang lebih muda. Seperti halnya orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anaknya, karena anak merupakan pengamat yang tajam. Jika ia melihat tokoh utama hidupnya baik, kemungkinan besar ia akan bertingkah laku menjadi baik pula begitu juga sebaliknya.

2. Hukuman

Sejarah manusia mencatat lebih banyak mencatat hukuman sebagai cara penanganan atas agretivitas. Hal ini bisa dilihat mulai dari agresivitas individu hingga yang dilakukan oleh institusi atau bahkan negara. Pada individu, para pelaku kekerasan seperti pemerkosa dan pembunuh akan dihukum penjara atau bahkan hukuman mati. Hal yang paling penting dalam penggunaan hukuman adalah hukuman harus jelas dan sesegera mungkin mengikuti agresivitas yang dilakukan. Kedua, hukuman harus amat keras sehingga mengurangi kemungkinan pengulangan oleh pelaku.

3. Katarsis

Seseorang perlu mereduksi dorongan agresinya, ibarat ketel uap yang amat panas, maka dibutuhkan saluran untuk mendinginkan ketel tadi. Freud menyebutnya sebagai katarsis, juga disebut sebagai hipotesis katarsis yakni upaya untuk menurunkan rasa marah dan kebenciannya dengan cara yang lebih aman, sehingga mengurangi bentuk agresivitas yang sekiranya akan muncul. Umumnya katarsis berupa kegiatan fisik yang menguras tenaga. Ketika fisik lelah diperkirakan tingkah laku agresif akan turun. Katarsis dapat menurunkan rasa marah, namun agresivitas dapat muncul kembali ketika seseorang terprovokasi.

4. Kognitif

Pada saat seseorang berbuat kesalahan kepada orang lain, maka tak ayal lagi orang yang dizalimi akan marah. Namun tidak sedikit orang yang justru akan memaafkan. Hal ini menjadi mungkin ketika kognisi orang yang dizalimi tadi diisi dengan informasi bahwa perlunya memaafkan orang yang menzalimi. Memaafkan, tentunya dengan rasa tulus dan ikhlas bahwa dirinya tidak merugi. Hal ini bisa mengurangi agresivitas, setidaknya agresivitas yang tidak tampak.

Sumber: Sarwono, Sarlito W dan Meinarno Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.


Sumber https://manusiapinggiran.blogspot.com/