Al Ghazali, Tokoh Pembaharu Islam
Foto: edupost.id
- Imam Al Ghazali merupakan salah satu tokoh yang dikenal dalam sejarah peradaban Islam. Bukan hanya bagi kalangan internal muslim, namun reputasinya juga dikenal secara luas di dunia. Kisah perjalanan kehidupannya masih dipelajari dan dibahas dalam forum-forum ilmiah. Pada artikel ini kita akan membahas secara ringkas mengenai kehidupan Al Ghazali.
Kehidupan dan Masa Pencarian Jati Diri Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali lahir di wilayah Thus, Khurasan, atau yang kini dikenal sebagai Iran pada tahun 450 Hijriah atau 1058 Masehi. Beliau mempunyai nama lengkap yakni Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i. Nama Hamid diberikan Karena salah satu anaknya berjulukan Hamid, sedangkan nama al Ghazali sendiri diberikan alasannya profesi ayahnya yaitu seorang ghazal (pemintal bulu domba).
Ia berkesempatan mengenyam pendidikan di Nizamiyah di Baghdad di bidang aturan serta agama. Dalam masa Pendidikan itulah ia mempunyai kedekatan hubungan sampai menjadi wazir (penasihat) bagi Nizam al-Mulk Isfahan in 1085. Lalu ia juga menjadi salah satu guru besar di Nizamiyah yang mengajari banyak cendikiawan muslim. Pekerjaan tersebut memberinya segalanya, harta, kedudukan dan fasilitas dunia.
Hal-hal tersebut justru membuatnya bimbang dalam menjalani kehidupan. Saat berumur 35 tahun, ia melaksanakan sebuah pengembaraan demi melaksanakan tazkiyyatun nafs (penyucian diri) dengan memelajari banyak hal. Pengembaraannya ke Syria, Mesir, Jerusalem, Mekah dan Madinah membuahkan banyak hal. Ia menyadari bahwa terdapat banyak perbedaan dalam pandangan hidup dan pencarian jati diri insan sebagai perjuangan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Setelah pengembaraannya berakhir, ia memutuskan untuk hidup sebagai seorang sufi serta mengajar perihal sufisme di kampung halamannya di Tus sampai wafat pada 1111 masehi.
Kritik Terhadap Filsafat Yunani Serta Sufisme Al-Ghazali
Abad dikala Al Ghazali lahir yaitu masa dimana filsafat yunani jamak dipelajari pelbagai ilmuan dikala itu. Filsafat tersebut menitikberatkan kepada pentingnya berlogika dan kebijaksanaan sehat. Logika tersebut dipandang sebagai Al Ghazali sebagai bentuk pengingkaran terhadap eksistensi dan kesempurnaan Tuhan.
Para filsuf menyerupai Aristoteles, Al-Farabi dan Ibn Sina beropini bahwa tidak adanya eksistensi Tuhan serta tidak ketidakmampuan Tuhan mengetahui semua yang terjadi di dunia. Selain itu mereka juga menganggap bahwa tidak adanya hari dimana insan akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Lantas ia menantang pandangan para filsuf tersebut dan berujung pada kemenangan dialektika yang tertulis dalam buku Tahafut al Falasifa (Kesalahan para Filsuf).
Hal tersebutlah yang menciptakan ilmunya sangat dikenal luas, terutama di bidang filsafat, agama dan sufisme. Dalam bidang filsafat ia membuatkan perpaduan pemikiran filsafat modern dan Yunani klasik yang tidak menyalahi pemikiran Islam.
Imam al Ghazali mempunyai andil yang besar dalam pemahaman insan kepada pemikiran agama. Dalam bidang agama dan sufisme ia menekankan pentingnya mengakibatkan sufisme sebagai cara menggapai kembali kemurnian pemikiran Islam.
Al Ghazali mengakibatkan sufisme terkoneksi dengan nilai-nilai kebaikan Islam alasannya memelajari cara mengenal Allah dan alam semesta, misalnya yaitu salah satu pandangannya mengenai insan yang terbentuk dari adonan jiwa dan badan secara fisik dimana jiwa yaitu sentra dari diri manusia. Ia juga beropini bahwa jiwa yang higienis akan menuntun kita mengenali Tuhan secara mendalam.
Al Ghazali tidak hanya menawarkan perkembangan terhadap dunia Islam, namun juga memengaruhi pemikiran Yahudi dan Katolik dalam pandangannya perihal kembali ke hal yang mendasar atau mendasar dalam kehidupan beragama.
Berikut ini yaitu sebagian dari karya Imam Al-Ghazali:
1. Bidang Teologi
a. Al-Munqidh min adh-Dhalal (Penyelamat dari kesesatan)
b. Al-Iqtishad fi al-I`tiqad (Modernisasi dalam aqidah)
c. Al ikhtishos fi al ‘itishod (Kesederhanaan dalam beri’tiqod)
2. Bidang Tasawuf
a. Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama)
b. Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
c. Misykah al-Anwar (The Niche of Lights / Lampu yang bersinar),
3. Bidang Filsafat
a. Maqasid al-Falasifah (Tujuan para filusuf),
b. Tahafut al-Falasifah,
4 Bidang Fiqih
a. Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
b. Al mankhul minta’liqoh al ushul (Pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
c. Tahzib al ushul (Elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
5. Bidang Logika
a. Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge/ Kriteria ilmu-ilmu).
b. al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)
c. Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)