MAKALAH MENGAJAR / MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN / REFERENSI MAKALAH
MENGAJAR
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
“Psikologi Pendidikan”
Dosen Pembimbing
Mirna Wahyu Agustina, M.Psi
Disusun oleh :
1. Ima Syamfarida (1725143126)
2. Khoirul Fahrul Nur A (1725143145)
3. Leyli Agustri K (1725143155)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK )
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam tidak lupa kami kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Mengajar” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak kendala dan selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu:
1. Bapak Dr.Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi kesempatan untuk belajar di IAIN Tulungagung.
2. Bu Mirna Wahyu Agustina, M.Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Tulungagung, 17 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Mengajar.................................................................. 3
B. Pandangan Pokok Mengajar.................................................. 5
C. Model dan Metode Mengajar.............................……………7
D. Strategi dan Tahapan Mengajar...............................……….11
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 9
B. Saran...................................................................................... 10
BAB V DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah lepas dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya pendidikan dan sebagian orang menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Selain itu mengajar juga hanya dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam menyelenggarkan pendidikan, bukan pendidkan itu sendiri. Karena mengajar hanya salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa pengajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari mengajar?
2. Bagaimana pandangan pokok mengajar?
3. Bagaimana model dan metode mengajar?
4. Bagaimana strategi dan tahapan mengajar?
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Mengajar
Kata teach atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu taecan. Kata tersebut berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teuteni), yaitu taikjan yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Secara deskriptis, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses penyampaian tersebut sering dianggap sebagai proses mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge). Tujuan seorang guru mengajar adalah untuk menanamkan pengetahuan, nilai, ketrampilan kepada peserta didik melalui kegiatan belajar untuk menambah peserta didik dalam menjawab tantangan hidupnya secara efektif dan efisien.[1]
Mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai “suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Tyson dan Caroll (1970) menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian mengajar yaitu proses dimana suatu kegiatan yang menimbulkan dan melibatkan perilaku baik itu siswa maupun pendidik.[2]
B. Pandangan Pokok Mengajar
1. Mengajar sebagai Ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakuan tugas mengajar. Siapa pun, asal memiliki profesiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. Seorang pakar psikologi pendidikan J.M. Stephens, berpendapat bahwa seorang yang profesional seharusnya memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah besar. Oleh sebab itu, untuk memahami sekaligus menerapkan sebauah teori proses mengajar, guru hendaknya pandai-pandai menyimpan perasaan dan harapan emosional dalam tempat penyimpanan yang dingin.
2. Mengajar sebagai Seni
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu ( termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, seorang pakar yang “mumpuni” dalam sebuah bidang studi misalnya bidang studi agama dan bahkan telah memiliki pengetahuan keguruan yang cukup, belum tentu mahir mengajar agama kepada orang lain. Tetapi sebaliknya ada pula seorang pengajar diniyah yang hanya berpredikat santri biasa dan tak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapai ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Berdasarkan contoh tesebut, maka cukup kuatlah eksistensi aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni dan kecakapan yang notabene artistik itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang berbakat.[3]
C. Model dan Metode Pokok Mengajar
1. Model Pokok Mengajar[4]
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang di rekayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang relatif tetap dan pasti untuk menyampaikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai teori mini yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin. Bruce Joyce dan Marsha Well mengatagorikan model belajar sebagai berikut:
a. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
Inforrmation processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar yang perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
b. Model personal (pengembangan pribadi)
Rumpun model personal pada umumnya berorientasi peada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Dengan menggunakan model ini diharapkan proses belajar mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
c. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karena itu, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive model (model yang bersifat antar individu). Salah satu model yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam situasi berdemokrasi itu adalah model mengajar role playing (bermain peran).
d. Model behavioral (pengembangan perilaku)
Rumpun model pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teoro perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan mengajar. Dalam rumpun model mengajar behavioral terdapat banyak model belajar salah satunya ialah model belajar tuntas (mastery learning).
2. Metode Pokok Mengajar[5]
Metode pokok mengajar yaitu terdiri atas metode-metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan ceramah plus (CP).
a. Metode ceramah
Metode ceramah atau kuliah (lecture method) adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan disamping itu, metode ini juga dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa. Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari ditemukan beberapa kelemahan metode ceramah tersebut.
b. Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
c. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium, dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi purposes.
d. Metode ceramah plus
Meskipun metode ceramah sering dianggap biang keladi yang menimbulkan penyakit “verbalisme” dan budaya “bungkam” di kalangan pelajar, namun kenyataannya metode tersebut masih populer di mana-mana. Hanya saja, sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memodifikasi atau menyesuaikan metode ceramah, antara lain ialah dengan kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya. Dari kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan ragam metode ceramah baru yang berbeda dari aslinya, atau sebut saja “metode ceramah plus”. Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode campuran. Namun dalam kesempatan ini hanya tiga macam metode ceramah plus yang akan penyusun sajikan antara lain:
1. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT)
2. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
3. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
D. Strategi dan Tahapan Mengajar
1. Strategi Mengajar
Strategi mengajar merupakan pola umum perbuatan guru kepada siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar dan mengajar[6]. Strategi mengajar juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber, 1988). Seorang pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.[7] Jadi, berdasarkan pertimbangan arti-arti tersebut diatas, maka strategi mengajar (teaching strategy) dapat penyususn definisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebuah strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua guru bidang studi selama orientasi sasarannya sama. Dibandingkan dengan metode mengajar, strategi mengajar sebenarnya masih relatif baru dalam dunia pengajaran. Strategi mengajar baru mulai populer setelah Hilda Taba pada tahun 1960-an menjelaskan kiat-kiat khusus mengajarkan kecakapan berpikir untuk anak-anak (Tardif, 1989).
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai kecakapan yang diinginkan. Diantara strategi-strategi mengajar itu terdapat sebuah strategi mengajar berdasarkan strategi kognitif yang relatif masih aktual. Strategi ini bernama Strategy Program for Effective Learning/Teaching yang disingkat SPELT. Program SPELT ini dirancang dan di uji cobakan Robert F. Mulcahy, seorang guru besar yang mengepalai The Cognitive Education Project (Proyek Pendidikan Ranah Cipta) pada jurusan Psikologi Pendidikan, Universitas Alberta. Sesuai dengan namanya, strategi SPELT tadi sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektivan belajar dan berpikir siswa, terutama yang menduduki kelas akhir sekolah dasar dan kelas-kelas sekolah menengah.
2. Tahapan-Tahapan Mengajar[8]
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya yaitu bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupaka rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar itu harus melalui tiga tahapan antara lain yaitu :
a. Tahap prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai.
b. Tahap instruksional, yaitu saat-saat mengajar.
c. Tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam hal ini pengajar harus memiliki keahlian khusus atau memiliki metode dalam hal pengembangan dan langsung terjun di masyarakat. Karena apabila tidak, maka pengajar tidak bisa atau kebingungan dalam mengajar atau memahami perilaku peserta didik dan proses belajar mengajar akan terhambat dan terkesan berhenti di tengah jalan.
Pandangan pokok mengajar.
Pengajar akan dijadikan sebagai patokan atau sumber ilmu oleh peserta didik. Maka pengajar harus benar–benar memahami materi dan faham akan kondisi dan watak peserta didiknya agar suatu pembelajaran dapat berjalan maksimal. Untuk menarik perhatian peserta didik, seorang pengajar harus juga bisa mengembangkan dan menjadikan seni yang ia miliki agar peserta didik tertarik mengikuti proses belajar mengajar. Karena tanpa hal tersebut, peserta didik akan bosan.
Model dan metode mengajar.
Untuk meningkatkan kedekatan atau mengurangi kebosanan peserta didik, seorang pendidik harus melakukan beberapa metode, seperti metode ceramah yang di selingi dengan metode diskusi, demonstrasi dan kuis atau games juga dapat digunakan untuk menyemangatkan peserta didik. Karena dalam terjun langsung ke lapangan, pengajar dituntut harus dapat mengkondusifkan siswa dan menarik perhatian atau minat siswa agar proses belajar mengajar atau pemahaman bisa berjalan maksimal. Karena jika peserta didik tidak suka atau menikmati pelajaran yang diajarkan, maka mustahil akan terjadi kemaksimalan atau kesuksesan dalam sistem belajar mengajar ini. Maka dari itu pendidik harus bisa membuat kondisi semenarik mungkin dan pendidik juga dapat menyesuaikan metode – metode tersebut dengan mata pelajaran yang sesuai dan tidak terkesan monoton.
Apalagi di zaman sekaranng ini, jika pendidik tidak dapat menyesuaikan metode dengan mata pelajaran maka akan terkesan monoton. Oleh karena itu, peserta didik akan langsung menegurnya. Karena zaman sekarang peserta didik terkesan berani kepada siapapun apalagi tidak cocok atau tidak sesuai dengan keinginannya.
Pendidik harus bisa mengatur strategi maupun apa yang harus di dahulukan atau harus di akhirkan. Tahapannya seperti praintruksional, intruksional, dan evaluasi. Yaitu pada tahap praintruksional, peserta didik dan pendidik bersiap-siap atau menyiapkan materi yang akan diajarkan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan atau kurangnya persiapan pelajaran dari pendidik, dan sebaliknya. Tahap intruksional, yaitu peserta didik diberi pelajaran yang telah dijadwalkan. Tahap terakhir, evaluasi terhadap peserta didik dan pendidik yaitu apa yang harus dicukupi atau dipenuhi oleh peserta didik dan pendidik agar proses belajar mengajar menjadi maksimal dan memenuhi target yang telah ditentukan.
Maka dari itu, dalam terjun langsung ke lapangan seorang pendidik harus mengetahui dan faham akan hal–hal tersebut untuk menunjang proses pembelajaran yang maksimal dan sesuai yang diinginkan.
BAB IV
A. KESIMPULAN
1. Mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.
2. Pandangan Pokok Mengajar:
a. Mengajar sebagai Ilmu
b. Mengajar sebagai Seni
3. Model mengajar
a. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
b. Model Personal
c. Model Sosial
d. Model Behavioral
Metode mengajar:
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Demonstrasi
d. Ceramah plus
4. Strategi dan Tahapan Mengajar
a. Tahap prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai.
b. Tahap instruksional, yaitu saat-saat mengajar.
c. Tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya.
B. SARAN
1. Para guru hendaknya mempunyai kemauan yang tinggi untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses melalui program pembelajaran yang terencana, hindari kebiasaan pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat dan hafal.
2. Dalam praktek mengajar hendaknya guru perlu mempersiapkan terlebih dahulu materi sebelum terjun langsung ke masyarakat dan harus dapat menguasai pembelajaran yang kecil terlebih dahulu.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin.2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Basyiruddin, M,Usman.2002.Metodologi Pembelajaran Agama Islam.Jakarta: Ciputat Pers.
Ardy,Novan Wiyana.2013.Manajemen Pendidikan.Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 181-182.
[6] M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,.....hlm.23.