Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CIRI BERFIKIR FILSAFAT

      


         Filsafat tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007: 7). Selama manusia hidup, maka manusia tidak dapat menghindar dari filsafat. Dengan kata lain, manusia selalu dan akan selalu berfilsafat. Selama manusia masih berfikir, maka dia akan senantiasa berfilsafat. Akan tetapi, tidak semua proses berpikir manusia itu adalah berfikir filsafat. Akan tetapi, tidak semua proses berfikir manusia itu adalah berfikir filsafat. Untuk itu ada ciri berfikir kefilsafatan, yaitu:
  • Radikal artinya berfikir sampai keakar akarnya. Radikal berasal dari bahasa yunani, yaitu radix yang berarti akar. Maksud dari berfikir sampai ke akar akarnya adalah sampai pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang difikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akal berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi. Contoh: Jika memikirkan tentang kuda, maka kita perlu mempertanyakan hal-hal sampai ke substansi yang paling dalam yang melibatkan seluruh indrawi manusia, seperti: kuda termasuk hewan apa? seperti apa ciri-ciri kuda? Berapa kaki kuda? berapa kuku yang dimiliki masing masing kuda? apa guna kuku tersebut? mengapa kuku kuda berbeda dengan kuku binatang lainnya? dan lain sebagainya.
  • Universal dan Umum. Universal yang dimaksud disini adalah berfikir secara umum atau berfikir tentang hal hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh  dari hal hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan. Contoh; jika kita memikirkan tentang alam semesta dalam lingkup galaksi Bimasakti, maka yang dipikirkan bukan hanya satu planet bumu saja, akan tetapi secara umum yang difikirkan adalah semua planet yang ada dalam galaksi bimasakti tersebut, melingkupi merkurius, venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus.
  • Konseptual. Konsptual yang dimaksud disini merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran "apakah kebebasan itu?"
  • Koheren dan Konsiste, artinya berpikir sesuai kaidah-kaidah berpikir yang tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut. Runtut artinya berfikir filsafat harus berfikir dari awal hingga akhir. Seperti membuat makalah/karya ilmiah, kita tidak bisa membuat karya ilmiah dari pembahasan terlebih dahulu tanpa adanya pendahuluan. Tidak mengandung kontradiksi artinya tidak mengandung pertentangan antara dua hal yang difikirkan, karena dua hal tersebut tidak dapat sama-sama benar pada waktu yang sama dan dalam pengertian yang sama. Misalnya, kita memikirkan tentang Bumi. Si A mengatakan bahwa bumi itu bulat, sedangkan si B mengatakan bumi itu datar. Entah siapa dari mereka yang benar, yang jelas kalau ternyata A benar, berarti B salah. Sebaliknya kalau A salah berarti B benar. Hanya ada dua kemungkinan dan tidak mungkin kedua duanya sama sama benar, sehingga kemudia tidak akan dipertentangkan.
  • Sistemik yaitu saling berhubungan antara unsur-unsur yang menyusu suatu bagan konsseptual. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah para filsuf memakai pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu. Selain itu, sistemik juga berarti bahwa kita harus berfikir secara berjenjang, mulai dari yang paling atas terlebih dahulu baru bagian kebawah. Seperti berpikir tentang peraturan perundang-undangan di Indonesia, maka kita harus memikirkan UUD 1945 terlebih dahuluu baru kemudian membahas aturan yang ada dibawahnya.
  • Komprehensif, yaitu menyeluruh. Berfikir scara komprehensif merupakan berfikir filsafat yang berusaha untuk menjelaskan alam semesta/segala sesuatu secara keseluruhan. Contoh: Jika kita memikirkan tentang bumi, maka yang difikirkan adalah apa yang ada dalam planet bumi ini, termasuk pegunungan, hutan, laut, hingga manusia sebagai salah satu penghuni bumi.
  • Bebas. makna bebas disini bahwa filsafat merupakan pemikiran yang bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, atau religius. berfikir dengan bebas itu bukan berarti sembarangan, sesuka hati atau anarki, sebaliknya bahwa berpikir bebas adalah berfikir secara terikat, akan tetapi ikatan itu berasal dari dalam, dari kaidah-kaidah, dari disiplin pikiran itu sendiri. Dengan demikian pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dala sangatlah terikat.
         Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa filsafat akan senantiasa ada dan menyertai manusia. Dengan demikian, filsafat itu sendiri memiliki fungsi bagi manusia. Adapun fungsi filsafat adalah sebagai berikut (Djamal, 1986, dalam Fachri Adnan, 2003: 34)
  1. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara.
  2. Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, id negara atau pun tujuan negara
  3. Berusaha menempatkan dan menjadi kerangka dari berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara.
         Secara umum, keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaiut: Filsafat dalam arti produk dan filsafat dalam arti proses (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007: 8). Penjelasannya secara ringkas adalah sebagai berikut:
  1. Filsafat dalam arti produk : Sebagai produk dan hasil dari aktifitas berfilsafat yang menghasilkan ilmu pengetahuan, teori, konsep, hingga pandangan-pandangan tertentu.
  2. Filsafat dalam arti proses : Proses dalam melahirkan produk filsafat dengan menggunakan cara, metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahnnya.

Sumber oleh: Buku "Pendidikan Kewarganegaraan (Untuk Perguruan Tinggi)"
Karya: Budi juliardi, S.H., M.Pd.