Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Blitzkrieg

Serangan cepat tank-tank Jerman selama Invasi Polandia 1939. Foto: Pinterest

Istilah Jerman untuk "perang petir," blitzkrieg yaitu taktik militer yang dirancang untuk membuat kekacauan di antara pasukan musuh melalui penggunaan kekuatan bergerak dan senjata yang terkonsentrasi secara lokal. Hasil sanksi yang berhasil dalam kampanye militer singkat, yang melindungi pasukan dan membatasi pengeluaran artileri.

Blitzkrieg dipakai sebagai suatu taktik militer di mana dengan terbatasnya kemampuan untuk mempersenjatai diri, menghindari suatu eskalasi konflik yang mengarah pada suatu peperangan total dengan meraih keberhasilan-keberhasilan operatif dengan cepat.

Angkatan bersenjata Jerman (Wehrmacht) memakai taktik ini sebagai bentuk peperangan dari kombinasi dan koordinasi kekuatan-kekuatan udara, bahari dan darat. blitzkrieg dilakukan dengan serangan yang mendadak, cepat dan tak terduga akan membawa kekalahan yang ideal di pihak lawan dengan tidak memperlihatkan kesempatan apapun juga untuk mengorganisasikan suatu pertahanan diri yang stabil.

Pasukan Jerman mencoba blitzkrieg di Polandia pada tahun 1939. Taktik yang sama juga dipakai dikala melaksanakan invasi terhadap Belgia, Belanda dan Prancis pada tahun 1940. Blitzkrieg juga dipakai oleh komandan Jerman, Marsekal Erwin Rommel selama kampanye Perang Dunia II Afrika Utara. Strategi ini kemudian diadopsi oleh Jenderal AS, George Patton untuk operasi pasukannya di Eropa.

Keputusan untuk memakai taktik blitzkrieg, "perang petir," untuk perkembangan di Jerman antara tahun 1918 dan 1939 diambil oleh sebuah tubuh keyakinan yang memakai mobilitas untuk mencegah pengulangan kebuntuan banyak sekali peperangan dalam Perang Dunia I.

Konsep blitzkrieg
Ada beberapa konsep di dalam taktik blitzkrieg atau perang kilat ini, yaitu:

  1. Angkatan udara menyerang garis depan dan posisi samping musuh, jalan utama, bandar udara dan pusat komunikasi. Pada waktu yang bersamaan infantri menyerang seluruh garis pertahanan (atau setidaknya pada tempat-tempat penting) dan juga menyerang musuh. 
  2. Memusatkan unit-unit tank untuk menghancurkan garis-garis pertahanan utama sekaligus mendorong masuk tank-tank jauh kedalam wilayah musuh, sementara unit yang sudah di mekanisasi melaksanakan pengejaran dan pertempuran dengan pihak musuh yang bertahan sebelum mereka sempat membuat posisi pertahanan. Infantri turut serta bertempur dengan musuh biar pihak musuh tertipu dan menjaga kekuatan musuh untuk tidak menarik diri dari pertempuran biar nantinya menghindari pihak musuh untuk membentuk pertahanan yang efektif.
  3. Infantri dan unit pendukung lainnya menyerang sisi musuh dalam rangka melengkapi korelasi dengan kelompok lainnya sekaligus mengepung musuh dan atau menguasai posisi strategis.
  4. Kelompok yang sudah dimekanisasi (seperti tank) mempelopori masuk lebih dalam ke wilayah musuh untuk mengepung posisi musuh dan memparalelkan dengan sisi musuh untuk mencegah penarikan pasukan dan pihak bertahan musuh untuk mendirikan posisi bertahan yang efektif.
  5. Pasukan utama bergabung dengan pasukan yang sudah mengepung posisi musuh untuk selanjutnya menghancurkan pertahanan musuh.
Sumber: Wikimedia

Jarang dalam sejarah pedoman militer, struktur penafsiran yang rumit semacam itu dibangun di atas fondasi yang lebih terbatas. Istilah blitzkrieg bahwasanya tidak pernah dipakai dalam judul manual militer Jerman atau buku pegangan. Juga tidak banyak ditemukan dalam memoar atau korespondensi jenderal Jerman. 

Kata itu dipakai di Wehrmacht selama Perang Dunia II namun umumnya dianggap berasal dari luar negeri. Penggunaan kata blitzkrieg pertama yang diketahui dalam sebuah publikasi bahasa Inggris di sebuah artikel di majalah Time pada tanggal 25 September 1939, membahas kampanye militer Polandia.


Elemen Penting dari Blitzkrieg

Serangan kilat tidak bisa dilakukan kapan saja tanpa ada persiapan yang matang di sebagai lini pertahanan dan penyerangan. Strategi ini harus dipikirkan dengan matang biar tidak gagal. Blitzkrieg mempunyai beberapa elemen penting menyerupai harus ada tempat dengan pertahanan paling lemah, ada serangan dadakan yang mematikan, dan serangan dilakukan dengan cepat.

Dengan elemen kejutan yang mendadak, musuh akan kelabakan. Saat intelijen mereka tidak memprediksi akan ada serangan, segerombol pasukan justru berada di garis depan. Dengan elemen yang sangat menempel ini, minim kemungkinan dari Blitzkrieg akan gagal sebab segala hal telah dipersiapkan dengan baik dan matang.