Makna Tembang Dolanan 'E Dayohe Teko'
Ee dayohe teko
Ee gelarno klasa
Ee klasane bedah
Ee tambalen jadah
Ee jadahe mambu
Ee pakakno asu
Ee asune mati
Ee mbuwangen kali
Ee kaline banjir
Ee kelekno pinggir
Ee pinggire sater
Ee centhelno pager
Ee pagere ambruk
Ee mergo tak tubruk
Ee sing nubruk sopo
Ee sing nubruk asu
Arti kata :
Dayohe teko : Tamunya datang
Gelarno klasa : Gelarkan tikar
Klasane bedah : Tikarnya robek
Tambalen jadah : ditambal jedah (ketan)
Jadahe mambu : jadahnya bau
Pakakno asu : kasihkan anjing
Asune mati : Anjingnya mati
Mbuwangen kali : Buang ke sungai
Kaline banjir : Sungainya banjir
Kelekno pinggir : Alirkan ke pinggir
Pinggire sater : Pinggirnya kering
Centhelno pager : Kaitkan ke pagar
Pagere ambruk : Pagarnya ambruk
Mergo tak tubruk : Karena saya tubrak
Sing nubruk sopo : Yang nabrak siapa
Sing nubruk asu : Yang nabrak anjing
Tembang atau lagu Ee Dayohe Teko merupakan tembang dolanan (mainan) khas dari daerah Pulau Jawa khususnya Suku Jawa. Tembang ini biasanya dimainkan pada saat melakukan suatu permainan tradisional atau sedang bersantai. Lirik yang terkandung pun sangat enak untuk dinyanyikan dan mudah untuk dihafalkan. Kalian bisa membaca sambil menyanyikan liriknya di atas.
Seperti tembang-tembang dolanan lainnya yang notabene memiliki unsur tradisional, tembang E Dayohe Teko ini tidak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan pertama kali. Masih ditemukan perbedaan pendapat tentang siapa penciptanya. Tapi, kita jangan mempermasalahkan kasus ini ke depannya.
Lirik yang terdapat pada tembang ini memiliki arti dan makna tersendiri. Banyak variasi pemaknaan lirik dalam setiap orang. Kita juga dapat mengambil makna atau pesan terkandung di dalam lirik lagu ini. Di kesempatan ini, kita akan membahas dan mengulas satu per satu kandungan yang ada di dalam lirik lagu Ee Dayohe Teko.
Pada intinya, lagu ini mempunyai sebuah pesan pada diri kita khususnya seluruh manusia agar selalu ikhlas dan siap mengambil keputusan yang tepat pada masalah yang akan kita hadapi. Dalam setiap permasalahan yang akan kita hadapi harus diselesaikan dengan keputusan yang tepat dan ikhlas tentunya. Selain itu juga keputusan yang kita ambil jangan sampai merugikan makhluk hidup, entah itu kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Untuk lebih jelasnya, mari kita kupas satu per satu makna yang terkandung di dalam lirik tembang Ee Dayohe Teko.
Ee dayohe teko
Tamunya datang. Lirik ini mengandung makna bahwa akan datang sesuatu yang akan kita hadapi. Kita ibaratkan Tamu atau Dayoh ini sebagai masalah, takdir, dan peristiwa. Maksudnya, di dalam kehidupan ini kita akan selalu di hadapkan pada takdir ataupun masalah. Kita harus siap dan menerima apa yang terjadi setelah kita menghadapi takdir atau suatu masalah. Selalu berpikir positif akan membuahkan suatu manfaat dari takdir atau masalah itu.
Ee gelarno klasa
Gelarkan tikar. Pada saat takdir atau masalah itu tiba, apa yang kita lakukan? Kita harus siap menerima dan melakukan apapun untuk kebaikan semuanya. Jangan sampai masalah itu datang, kita malah bersikap tidak peduli atau acuh tak acuh. Lakukan apa yang seharusnya baik terhadap masalah yang kita hadapi. Ambilah keputusan yang tepat agar masalah itu bisa terselesaikan, yaitu dengan digelarkan tikar itu tadi.
Ee klasane bedah
Tikarnya robek. Untuk menerima tamu tadi kita gelarkan tikar, tapi tikar yang kita punya malah robek. Apa maknanya? Setiap orang harus siap menerima masalah baru lagi yang datang dari diri kita maupun dari orang lain. Atau kita juga harus siap menerima dan melukakan apapun terhadap resiko yang diperoleh dari keputusan yang kita ambil tadi.
Ee tambalen jadah
Ditambal jadah (ketan). Setelah menerima resiko tikar robek tadi, kita berinisiatif untuk menambal menggunakan jadah atau ketan agar si tamu tadi dapat duduk dengan nyaman. Dalam logika kalau tikar robek ditambal dengan ketan kan tidak mungkin? Tujuannya tadi ingin si tamu duduk dengan nyaman, justru malah membuat tamu itu tidak nyaman karena diperbaiki dengan ketan, nanti lengket-lengket gitu :). Apa maknanya? Kita kalau menghadapi masalah jangan sampai salah mengambil keputusan. Meskipun tujuan kita baik, tapi kalau merugikan orang lain itu tidak patut. Apalagi dalam diri seorang pemimpin, harus selalu mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan orang lain.
Ee jadahe mambu
Jadahnya basi. Niatnya ingin memperbaiki robekan dengan jadah, tapi diketahui jadahnya sudah basi. Keputusan menambal jadah tadi sudah salah dan merugikan orang lain, sekarang jadahnya itu malah basi, sudah dua kali melakukan keputusan yang salah dan merugikan orang lain.
Ee pakakno asu
Kasihkan ke anjing. Jadah yang sudah basi itu tadi dikasihkan ke anjing. Mana ada anjing yang mau memakan jadah (sudah basi lagi) ? Tadi menambah masalah dengan orang lain, sekarang menambah masalah dengan binatang (makhluk hidup). Ketka menghadapi masalah, kita harus pintar-pintarnya untuk mencari solusi untuk. Jangan sampai solusi yang kita berikan malah berdampak merugikan bagi makhluk hidup.
Ee asune mati
Anjingnya mati. Akhirnya anjing itu tadi mati karena memakan jadah yang sudah basi. Masalah yang kita timbulkan tadi akhirnya berdampak negatif kepada siapa saja. Bukannya tambah ringan masalah yang satu tadi, sekarang makin berat masalah yang lainnya. Dan solusi yang kita ambil tadi juga sia-sia, tidak ada manfaatnya.
Ee mbuwangen kali
Buang ke sungai. Setelah tadi menambah masalah dengan manusia dan binatang, sekarang malah menambah masalah dengan alam. Anjing yang sudah mati tadi dibuang ke sungai. Itu kan malah menambah masalah lagi dengan ciptaan Tuhan. Terus kita dituntut untuk mencari solusi lain. Apakah solusi itu nantinya akan bermanfaat atau malah merugikan lagi terhadap makhluk hidup?
Ee kaline banjir
Sungainya banjir. Kita akan membuang ke sungai, eh tetapi malah banjir sungainya. Terus apa yang kita lakukan? Kita dituntut untuk mencari solusi lain ketika solusi yang pertama tadi tidak bisa dilaksanakan.
Ee kelekno pinggir
Alirkan ke pinggir. Sungainya banjir, kita berinisiatif untuk membuang atau mengalirkan ke pinggir sungai. Kita mendapatkan solusi lain lagi, tetapi....
Ee pinggire sater
Pinggirnya kering (tidak ada air). Aliran di pinggir kali malah sat atau kering tidak ada air. Kita dipertemukan masalah lagi. Seperti diatas kita dituntut untuk mencari solusi lain lagi.
Lirik dan maknanya terus berkesinambungan dengan adanya masalah yang berkali-kali datang dan juga dituntut untuk mencari solusi agar masalah itu cepat selesai. Muncullah lirik lain lagi yang juga mengandung makna seperti itu.
Ee centhelno pager (Kaitkan ke pagar) = Solusi
Ee pagere ambruk (Pagarnya ambruk) = Masalah
Ee mergo tak tubruk (Karena saya tabrak) = Sebab
Ee sing nubruk sopo (Yang nabrak siapa) = Tanya
Ee sing nubruk asu (Yang nabrak anjing) = Ternyata yang nabrak anjing
Penggalan lirik di atas bermaksud untuk mengingatkan kita agar terus mencari solusi atas masalah itu tadi, tapi solusi yang kita ambil selalu merugikan banyak orang. Akhirnya apa? Muncul lagi masalah baru. Lirik Ee sing nubruk asu itu berarti bukan anjing, tapi berisi umpatan atau sindiran kepada kita bahwa tidak bisa menyelesaikan masalah itu tadi dan selalu menambah masalah baru lagi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna yang terkandung di dalam tembang Ee Dayohe Teko ini bermaksud untuk mengingatkan kepada manusia agar siap dalam menghadapi suatu permasalahan. Jika datang suatu permasalahan kita harus mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan itu. Keputusan yang tepat akan segera menyelesaikan masalah, bukan malah menambah masalah baru lagi.
Berikut lagu E Dayohe Teko, bisa kalian unduh dengan mengeklik tombol di bawah :
DOWNLOAD | Cak Nun & KiaiKanjeng - E Dayohe Teko
Sumber https://rikyeka.blogspot.com/