Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenduri : Sebuah Tradisi yang sudah Membumi


Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa, yaitu kenduri. Kenduri merupakan sebuah tradisi turun-temurun dari leluhur yang bertujuan untuk meminta keselamatan atau memperingati suatu peristiwa tertentu. Masyarakat Jawa lebih mengenal dengan sebutan Selametan atau Kenduren. Kenduri dilaksanakan setiap ada peringatan peristiwa tertentu, seperti kelahiran anak, hari raya, kematian, ataupun yang lainnya. Biasanya di masyarakat Jawa kenduri juga dilaksanakan menurut weton atau penanggalan peristiwa tersebut terjadi. Misal, kelahiran seorang anak pada tanggal Senin Kliwon, atau orang yang sudah meninggal sudah lama menurut tanggal kematiannya.

Pelaksanaan kenduri berbeda-beda di setiap acaranya. Tergantung peringatan apa kenduri itu dilaksanakan. Jika kenduri untuk memperingati kelahiran seorang bayi, maka akan dilaksanakan di rumah orang tua bayi tersebut. Dengan berbagai macam persyaratan atau ketentuan di dalam pelaksanaanya. Makanan yang disiapkan apa saja, perlengkapan yang disiapkan apa saja, dan pelaksanaan kenduri yang bagaimana. Itu semua memiliki ketentuan yang berbeda di setiap peringatannya.

Berbeda dengan kenduri untuk memperingati sesuatu yang ada kaitannya dengan agama, misalnya kenduri suroan. Kenduri ini biasanya dilaksanakan di masjid-masjid terdekat. Masyarakat biasanya membawa berkat (makanan) sendiri-sendiri, biasanya satu rumah satu berkat. Tidak ada ketentuan yang mengikat tentang berkat yang dibawa, bebas membawa apa saja. Pelaksanaannya pun sangat sederhana, yaitu membaca tahlil atau yasin yang di Jawa terkenal dengan Tahlilan atau Yasinan.

Tidak ada kegiatan yang tidak bermanfaat. Begitu juga dengan kenduri. Banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari diadakannya acara kenduri ini. Selain melestarikan budaya leluhur, ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh, yaitu :

1. Kenduri sebagai ajang silaturahmi
Kenduri dijadikan sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi. Untuk merekatkan kembali hubungan yang renggang, yang tidak pernah ketemu jadi ketemu. Semua berkumpul menjadi satu.

2. Melatih Kebersamaan
Semua lapisan masyarakat berkumpul menjadi satu di tempat yang sama, ada yang mengobrol, bercerita, atau sekedar bercanda. Tanpa adanya pembedaan. Itu merupakan contoh kebersamaan. Dengan kebersamaan mampu membuat cita-cita bersama akan optimis terwujud.

3. Menciptakan suasana Kerukunan dan Ketentraman
Kenduri mampu membuat suasana menjadi rukun dan tentram. Semua saling berbagi makanan ataupun pengalaman. Tidak ada yang saling memusuhi atau menghasut. Tidak ada pembedaan dengan yang kaya dengan miskin. Semua dilebur menjadi satu yang akan menghasilkan suasana yang rukun dan tentram.

4. Menjadi alat pemersatu bangsa
Semua yang hadir tidak mengenal SARA, semua boleh menghadiri. Dengan kenduri mampu mempersatukan semua kalangan bangsa dan negara.

Ada berbagai macam kenduri yang ada di Indonesia, yaitu kenduri selapanan, suroan, mitoni/tingkeban, puputan/dhautan, syukuran, munggahan, badan/mudunan, weton, sko, selikuran, dan angsmndahar.

1. Kenduri Selapanan
Kenduri Selapanan merupakan suatu bentuk kenduri selamatan yang diadakan pada saat bayi berumur 35 hari dan pelaksanaanya sesuai dengan weton si bayi. Ritual yang dilakukan pun yaitu dengan mencukur rambut dan potong kuku si bayi. Tujuannya untuk mendoakan bayi agar terhindar dari penyakit, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, terhindar bencana, dan menjadi anak yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pada saat prosesi pelaksanaan, bahan-bahan makanan yang ditentukan harus ada semua dan tidak boleh tertinggal satu bahan pun. Bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu tumpeng weton, sayur 7 macam seluruhnya bisa dipotong, kecuali kangkung serta kacang panjang, telur ayam direbus sejumlah 7,11,13, cabai, bawang merah, bumbu gudangan tidak pedas, saringan santan dari bambu, buah-buahan sebanyak 7 jenis (ada pisang raja), kembang setaman, dan bubur 7 rupa.

2. Kenduri Suroan
Kenduri ini dilakukan untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharram atau 1 Suro. Kenduri ini biasanya dilaksanakan di masjid-masjid terdekat. Masyarakat membawa makanan (berkat) sendiri-dari dari rumah atau disebut ambengan. Makanan yang dibawa bebas tanpa ada ketentuan tertentu. Prosesinya dilakukan dengan membaca tahlil atau yasin. Dan juga berdoa bersama agar mendapat keselamatan dan kelancaran di tahun baru.

3. Kenduri Mitoni/Tingkeban
Kenduri ini dilakukan pada saat kehamilan seorang ibu genap 7 bulan atau lebih, tidak boleh kurang, meskipun hanya 1 satu. Tujuannya agar ibu dan bayi selalu dijaga dan diberi keselamatan daj kesejahteraan.

Bahan makanan yang dipersiapkan berbeda di setiap golongan.

  • Golongan bangsawan, Sajen : tumpeng robyong, tumpeng gundul, sekul asrep – asrepan, ayam hidup, satu buah kelapa, lima macam bubur, dan jajan pasar. Kenduri : nasi majemukan, tujuh pasang nasi, pecel ayam, sayur menir, ketan kolak, apem, nasi gurih, ingkung, nasi punar, ketupat, rujak, dan dawet, emping ketan, air bunga dan kelapa tabonan.
  • Golongan rakyat biasa, Sajen : sego jangan, jajan pasar, jenang abang putih, jenang baro – baro, emping ketan, tumpeng robyong, sego golong, sego liwet, dan bunga telon. Kenduri : sego gurih, sego ambengan, jajan pasar, ketan kolak, apem, pisang raja, sego jajanan, tujuh buah tumpeng, jenang, kembang boreh, dan kemenyan.
4. Kenduri Puputan/Dhautan
Kenduri ini bertujuan untuk memperingati lepasnya tali pusar si bayi. Pelaksanaannya pun tidak menentu, tergantung lepasnya tali pusar si bayi. Jadi, kenduri ini dapat sewaktu-waktu dilaksanakan.

Makanan yang harus disiapkan, yaitu nasi gudangan yang terdiri dari nasi dengan lauk pauk, sayur mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar.

5. Kenduri Munggahan
Kenduri ini dinamakan Munggahan karena konon ini dilakukan untuk mengantar leluhur atau orang yang sudah meninggal ke surga. Kenduri bertujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal dari keluarga yang menggelar kenduri tersebut. Makanan yang dipersipkan pun tidak ada ketentuan yang mengikat. Tergantung ekonomi atau kemampuan si keluarga. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaanya, yaitu
  • Kenduri Telongdinanan (hari ke-3)
  • Kenduri Pitungdinanan (hari ke-7)
  • Kenduri Patangpuluhan (hari ke-40)
  • Kenduri Nyatusan (hari ke-100)
  • Kenduri Nyewu (hari ke-1000)
6. Kenduri Syukuran
Kenduri ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita, entah itu bertambahnya umur, sukses dalam bekerja, lulus sekolah, dan yang lainnya. Makanan yang dipersiapkan juga tidak ada ketentuannya, bebas apa saja. Kenduri Syukuran juga sebagai ajang untuk bersedekah kepada masyarakat.

7. Kenduri Mudunan
Kenduri ini dilaksanakan pada saat Hari Raya Idul Fitri tanggal 1 Syawal. Kenduri ini memiliki tujuan yang hampir sama dengan Kenduri Munggahan, tapi kali ini untuk menurunkan (mudun) leluhur agar dapat bertemu dan saling tegur sapa di hari raya. Kenduri ini biasanya dilakukan di masjid terdekat. Masyarakat membawa ambengan sendiri-sendiri dengan ketentuan lauk pauk bebas.

8. Kenduri Weton
Kenduri ini dilakukan tepat pada weton atau hari lahir seseorang. Dalam tradisi Jawa, setiap orang minimal harus melakukan kenduri Weton minimal sekali dalam hidupnya, namun akan lebih baik jika dilaksanakan satu bulan sekali. Apabila seseorang terkena sial, maka harus melakukan kenduri weton selama 7 bulan berturut-turut, dalam artian sekali kenduri 35 hari sekali.

Makanan yang disiapkan yaitu Tujuh macam sayuran : kacang panjang dan kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel,  daun kenikir, bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7 macam, telur ayam, bambu urap atau gudangan, Empat macam polo-poloan terdiri dari; polo gumantung (umbi yang tergantung di pohon misalnya; pepaya) polo kependem (tertaman dalam tanah) misalnya telo (singkong), polo rambat atau yang merambat misalnya ubi jalar, dan kacang-kacangan bisa diwakili dengan kacang tanah, serta nasi tumpeng putih.

9. Kenduri Sko
Kenduri Sko merupakan kenduri yang dilakukan oleh masyarakat Kerinci yang bertujuan untuk mengukuhkan gelar kepala suku kepada seseorang.  Kenduri ini bebarengan dengan kenduri Pusaka, yaitu kenduri yang bertujuan untuk menyucikan pusaka dari nenek moyang oleh kepala suku. Kedua kenduri ini dilaksanakan setiap tahun sekali.

10. Kenduri Selikuran
Kenduri ini bertujuan untu memperingati malam ke-21 dalam Puasa Ramadhan atau menyambut malam lailatul qodhar. Masyarakat Jawa melaksanakan kenduren ini di masjid terdekat dengan membawa ambengan atau berkat sendiri-sendiri, biasanya satu rumah satu ambengan. Sama seperti kenduren mudunan, tidak ada ketentuan dalam makanan yang dibawa.


Kenduri ini bertujuan untuk memperingati calon pengantin sebelum resmi menikah dan biasanya dilaksanakan 2 hari sebelum calon pengantin itu menikah.

Banyak sekali tradisi kenduri yang ada di Indonesia. Tinggal kita sebagai penerus bangsa untuk melestarikan tradisi ini. Jangan sampai tradisi ini hilang di kemudian hari. Lestarikan Tradisi!

Sumber https://rikyeka.blogspot.com/