Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puluran : Sebuah Tradisi Penggembira Hati


Bagi masyarakat suku Jawa pasti tidak asing lagi dengan yang namanya Puluran. Ya, sebuah tradisi atau kegiatan yang dilaksanakan hanya satu tahun sekali di bulan Ramadan. Dan tentunya kegiatan ini sangat diminati oleh para warga, khususnya para anak kecil. Tidak juga dengan orang dewasa yang juga sangat menanti-nanti kegiatan ini.

Apa sih yang dimaksud dengan Puluran itu?

Puluran berbeda dengan takjil.  Kalau takjil itu makanan yang disiapkan untuk khusus untuk berbuka puasa. Tapi, kalau puluran merupakan kegiatan menyiapkan dan membagi makanan atau minuman kepada warga setelah melakukan kegiatan sholat Tarawih di masjid terdekat. Makanan atau minuman yang disiapkan bermacam-macam, seperti jipang, tahu, keripik singkong, semangka, dan masih banyak lagi. Jadi, dalam segi pelaksanaanya berbeda dengan takjil. Namun, ada juga yang menyebut itu sama dengan takjil.

Makanan atau minuman ini diperoleh dari para warga sekitaran masjid. Biasanya setiap rumah atau ibu rumah tangga mendapat jadwal giliran membawa puluran. Dengan tujuan agar lebih teratur dan semua kebagian membawa. Kalau di daerah saya, jadwalnya itu dimulai dari rumah yang di bagian barat atau timur dulu, kemudian berlanjut-berlanjut terus sampai ke sebaliknya. Dan jika semua sudah kebagian jadwal, maka harus diulangi dari awal sampai bulan ramadan selesai.

Apa manfaat diadakannya Puluran?

Di setiap kegiatan pasti ada manfaatnya. Kegiatan puluran ini pun juga ada manfaatnya bagi kita semua, yaitu sebagai berikut.

1. Sebagai pengganjal perut setelah sholat Tarawih

Setelah sholat tarawih kita biasanya lelah dan juga perut kita pasti lapar. Ada yang buka nya belum kenyang dan ada juga yang sampai belum makan. Maka dengan adanya puluran ini, rasa lapar kita sedikit terobati. Walaupun hanya sedikit makanannya. Lumayanlah untuk mengganjal perut. Ditambah dengan suasana malam yang tenang pasti akan membuat nikmat makanan kita.

2. Puluran menjadi kesempatan para anak kecil

Jangan heran kalau puluran ini menjadi kesempatan bagi anak kecil untuk ajang mengenyangkan perutnya. Anak-anak kecil pasti selalu yang terdepan untuk mengambil makanannya, ada yang mengambil lebih dari 1 jenis makanan atau lebih. Bahkan ada yang sampai berebutan. Apalagi kalau makanannya enak-enak, sudah pasti kayak apa suasananya itu.

3. Sebagai ajang silaturahmi dan penambah kebersamaan

Setelah melaksanakan ibadah sholat tarawih, semua jamaah berkumpul di area masjid. Semua berbaur tanpa adanya perbedaan, ada anak kecil, muda, dewasa, bahkan yang tua pun berkumpul menjadi satu. Sambil mengobrol dan menikmati enaknya makanan atau minuman yang disediakan. Ditambah dengan suasana malam yang tenang, semakin menambah kenikmatan dan kebersamaan di malam hari.

4. Sebagai ajang untuk menjual makanan

Setiap hari pasti makanan yang disediakan berganti-ganti. Makanan yang disediakan ada juga yang memasak sendiri atau membeli di toko-toko. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan bagi segelintir orang untuk menjual produk makanannya kepada warga. Warga yang beli pun hampir setiap hari. Ada yang untuk puluran, takjil, atau sebagai cemilan.

5. Melatih disiplin dan teratur

Untuk membagi siapa yang membawa puluran setiap harinya, maka dibuatkanlah jadwal. Jadwal yang dibuat pun pasti berbeda-beda setiap harinya. Ada yang satu hari 4 rumah, 5 rumah, atau lebih. Warga menjadi lebih teratur dengan adanya jadwal. Tidak semrawut. Dan dapat meningkatkan kedisipilinan para warga.

Dengan adanya tradisi puluran ini, diharapakan dapat terus terjaga sampai kapan pun. Jangan sampai punah di kemudian hari. Dan setiap warga sadar akan pentingnya kebersamaan yang ada di masyarakat ini. Jadikan tradisi ini sebagai penggembira  hati kita. Yang semula buruk menjadi lebih baik dengan adanya tradisi puluran ini.

Lestarikan tradisi kita!
Sumber https://rikyeka.blogspot.com/