Guyonan Gus Dur : Antara Humor dan Makna (2)
Kiai dan Mercy
Awal 1992, saya (H. Usep Romli) ditugaskan Pikiran Rakyat meliput Musyawarah Nasional (Munas) Ulama NU di Bandar Lampung, sekaligus "melatih" wartawan Pikiran Rakyat junior, Wakhudin. Ratusan ulama dari seluruh Indonesia berdatangan, dengan tampang dan dandanan berbeda-beda. Ada yang tradisional-konvensional pakai sarung dan serban, beraroma parfum Mekah. Ada yang modern, berjas, berdasi, semerbak parfum Paris.
Pada wakru rehat, Gus Dur ditemani KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), Arifin Junaidi, Masdar Farid Mas'udi, dan tokoh-tokoh muda PBNU, dikelilingi wartawan yang menanyakan soal Pemilu 1992 dua-tiga bulan mendatang.
Tiba-tiba, Gus Dur menunjuk ke arah ruangan Munas, kepada para kiai yang berkerumun di sana. Ia berkata, "Melihat para ulama tradisional dan modern begitu, saya teringat humor. Ada pengusaha muda, memiliki mobil mewah Mercy baru. Agar segalanya lancar, pengusaha yang pernah aktif di kelompok remaja masjid itu ingin meminta berkah dari ulama. Datanglah ia ke ulama tradisional terkenal, menerangkan maksudnya agar Mercy-nya diberkahi.
"Mercy?" tanya kiai itu terbengong-bengong, "apa itu Mercy?" lanjutnya.
Karena tidak nyambung, ia datang ke seorang kiai modern yang sedang ngetop.
"Pak Kiai," kata pengusaha itu, "Saya punya Mercy baru ingin diberkahi."
"Berkah?" Kiai modern itu terbengong-bengong, "apa itu berkah?"
Ketika Tim Ekonomi Berkunjung ke AS
Ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, kondisi ekonomi Indonesia sedang goyah diterpa badai krisis. Gus Dur kemudian mengirim tim ekonominya ke AS untuk bertemu dan meminta pandangan Presiden Bill Clinton tentang ekonomi Indonesia.
Sesampainya di AS, tim ekonomi disambut di Gedung Putih namun dengan nada sangat pesimistis. "Kami di AS punya Johny CASH (aktor di Las Vegas), Stevie WONDER (penyanyi kondang), dan Bob HOPE (pelawak tenar)," demikian kata Clinton.
"Anda di Indonesia, tidak punya CASH (uang tunai), tidak ada WONDER (keajaiban), jadi tidak ada HOPE (harapan). CASHLESS, WONDERLESS, dan HOPELESS!" jelas Bill Clinton menegaskan.
Tim ekonomi Indonesia pun pulang dengan wajah tertunduk lesu. Sesampainya di Istana Merdeka, Tim tersebut melaporkan kepada Presiden Gus Dur. "Bagaimana hasil kunjungan ke AS?" Gus Dur menyapa.
Ketua tim ekonomi pun berkeluh kesah, "Wah, payah, Gus! Menurut Clinton Indonesia tidak punya Johny CASH, Stevie WONDER, dan Bob HOPE. Jadi kita CASHLESS, WONDERLESS, dan HOPELESS! Pendeknya susah deh, Gus!"
Sambil senyum-senyum, Gus Dur menjawab dengan jenaka dan cerdik, " Gitu aja kok repot! Kita memang tidak punya Johny CASH, Stevie WONDER, dan Bob HOPE. Tapi kita punya banyak SLAMET (selamat), HARTO (harta), dan UNTUNG!"
Doa Sebelum Makan
Gus Dur bercanda dengan para pastor di Semarang, Jawa Tengah. Kata Gus Dur, ada seorang pastor yang hobi aneh, yaitu berburu binatang buas. Setiap hari Minggu selesai misa, ia pergi ke hutan.
Ketika ia melihat seekor harimau, langsung saja ia menarik pelatuk senapan dan menembaknya. Dor, dor, dor!
Ternyata tembakannya meleset. Dan... Harimau itu balik mengejar. Sang Pastor pun langsung berlari terbirit-birit.
Namun sialnya, di depan sang pastor berhadapan dengan jurang yang sangat curam. Ia harus berhenti. Ia pasrah dan berlutut. Harimau mendekatinya perlahan, siap menerkam.
Jantung sang pastor berdegub semakin kencang. Ia mengatupkan tangannya, berdoa dan menutup mata.
Ia berdoa lama sekali. Sang pastor terheran-heran karena ia ternyata masih hidup. Ia menoleh ke samping. Dilihatnya harimau itu terdiam di sampingnya sambil mengatupkan kedua kaki depannya, seperti sedang berdoa.
Sang pastor bertanya kepada harimau, "Kenapa kamu kok tidak menerkam saya, malah ikut-ikutan berdoa?"
"Ya saya sedang berdoa. Berdoa sebelum makan!" jawab harimau.
Duet Ideal
Mengejek diri sendiri adalah hal yang kerap dilakukan Gus Dur. Dalan sebuah pertemuan besar melibatkan para pebisnis internasional di Bali akhir 1999, di depan ratusan peserta dari berbagai negara, dengan rileks Gus Dur bicara dalam bahasa Inggris yang fasih.
"Presiden dan Wakil Presiden Indonesia kali ini adalah tim ideal," katanya.
"Presidennya tidak bisa melihat, dan wakilnya tidam bisa ngomong," pungkas Gus Dur.
Saat Intel Jadi Khatib Shalat Jum'at
Saat berkunjung ke Ponpes Roudhlotul Ulum Pasuruan, Amien Rais mengungkapkan sebuah humor yang pernah diceritakan Gus Dur kepadanya. Gus Dur pernah menceritakan seorang intelijen yang jari khatib shalat Jum'at.
Kok bisa? Karena khatib Jum'at yang sebenarnya tak datang, sehingfa takmir masjid meminta salah satu jamaah bersedia menjadi penggantinya. Lalu, si Intel tersebut mengacungkan tangan. Dia lantas naik mimbar.
"Tahu apa yang dikatakan? Khatib itu kan mestinya ngomong: Jamaah yang berbahagia dan diberkahi Allah. Kenyataanya, dia salah omong. Sang khatib intel ini berkata: Jamaah yang berbahaya," cerita Amien yang langsung disambut tawa seluruh peserta pertemuan.
Part 1
Sumber https://rikyeka.blogspot.com/