Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guyonan Gus Dur : Antara Humor dan Makna (1)


KH. Abdurrahman Wahid atau biasa disebut Gus Dur adalah Presiden RI ke-4 sekaligus cucu dari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy'ari. Beliau oleh orang banyak sering disebut sebagai guru bangsa, karena kecerdasan dan perilakunya yang patut ditiru dan di contoh oleh semua kalangan. Meskipun ia adalah cucu dari kalangan Kyai atau ulama, tetapi beliau tidak mau disebut sebagai Kyai.

Sebagai mantan Presiden RI ia tidak terlalu kaku layaknya presiden-presiden pada umumnya. Beliau adalah tipe orang yang santai dan humoris. Banyak sekali guyonan atau humor-humor yang beliau ucapkan. Bahkan ketika rapat pun yang notabene dihadiri banyak orang, beliau justru tertidur. Namun, anehnya ketika beliau bangun langsung bisa menjawab apa yang dilontarkan oleh orang ketika beliau sedang tertidur.

Tak sedikit guyonan-guyonan yang menggelitik perut dari seorang Gus Dur ini. Guyonan yang dilontarkan oleh beliau pun tidak hanya sekedar guyonan, namun ada yang memiliki beberapa makna atau kritikan terhadap sesuatu. Bagi seorang Gus Dur, guyonan atau lelucon ibaratkan cara untuk mengetahui sifat atau tentang orang lain.

Beliau pernah berkata, "Orang yang ingin tahu tentang orang lain, harus memahami lelucon. Jangan gampang tersinggung dengan lelucon."

Kalimat yang diucapkan oleh Gus Dur tersebut bermakna kalau orang ingin tahu sesuatu tentang orang lain, maka harus bisa memahami lelucon. Jangan gampang tersinggung dengan lelucon. Jika masih tersinggung dengan lelucon, berarti ia belum mampu memahami karakter orang lain. Pahami lelucon, jangan mudah tersinggung.

Berikut beberapa guyonan yang dilontarkan oleh Gus Dur, selamat tertawa!

Titel "Prov." Para Anggota Dewan
Dalam pembicaraannya, Gus Dur sering menyatakan bahwa Indonesia bukan negara agama. "Itu adalah hal yang final," tegasnya.

Gus Dur "tidak betah" jika masih ada anggota legislatif yang berkutat pada persoalan itu. Ia bercerita tentang seorang anggota legislatif yang ngotot ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama.

"Saat anggota dewan itu jadi pembicara di sebuah seminar, ia dipanggil dengan titel 'Prov.' di depannya," cerita Gus Dur.

"Ketika kembali ke kantornya, Satpam pun mempersilakan masuk anggota dewan kita itu dengan berkata, 'Silahkan masuk, Prov".

Kolega-koleganya pun demikian, lanjut Gus Dur, menyambutnya dengan berkata, "Selamat pagi Prov, Assalamualaikum Prov," dan lain-lain. Si anggota dewan ini heran juga, padahal seumur-umur dia belum pernah meraih gelar profesor. "Atau karena keberanian saya ya, saya mendapat gelar terhormat itu," kata si anggota dewan dalam hati.

Gus Dur melanjutkan, karena saking bangga dan penasarannya, anggota dewan ini pun bertanya kepada orang dekatnya. "Kenapa ya, saya sekarang di mana-mana dipanggil 'Prof'?"

"Wah, jangan bangga dulu, pak!" Kata orang itu, "Mereka itu menyebut 'Prof.' bukan dengan akhiran huruf f, tetapi huruf v, jadi 'Prov.' gitu!"

"Lho, 'Prov.' Itu apa artinya?" tanya si anggota dengan penasaran.

Orang dekat itu menjawab, 'Provokator."


Jenderal yang Paling Kejam
Seusai melantik Wakapolri di Istana, Gus Dur mengadakan konferensi pers. Setelah itu, ia dipapah memasuki mobil. Merasa sudah cukup berita, para wartawan pun tak mengejar dan mengerubuti Gus Dur seperti biasanya. Tapi, tiba-tiba Gus Dur berkata, "Saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak?"

"Apa itu, Gus?" tanya para wartawan serentak sambil berlari-larian ke arah Gus Dur untuk mendapatkan berita eksklusif.

"Saya mau sebutkan nama jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja," ujar Gus Dur.

"Wah, siap itu, Gus?" keroyok para wartawan yang tadinya sudah mulai menjauh.

"Oke, saya akan katakan," jawab Gus Dur meyakinkan, "Jenderal itu adalah..... general electric."

"Woo, kok itu sih, Gus?" protes para wartawan.

"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Lha saya kan bener kalau general electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya general electric? Berbahaya kan? Kamu bisa mati kalau kesetrum," tegas Gus Dur.

Cara Pak Dandim Menebak Umur Mumi
Guyonan ini dilontarkan Gus Dur untuk menyindir pemerintah Orde Baru. Kisah ini tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, dan sebagian besar mengirimkan jagonya.

Amerika Serikat, misalnya, mengirimkan tim ahli paleoantropologinya yang terbaik. Begitu pula Jerman, Prancis, Jepang, RRC, Inggris, dan lain-lain. Pemerintah Indonesia lain dari yang lain, hanya mengirim seorang Komandan Kodim (Dandim).

Tim Prancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, lalu dua jam kemudian menyerah tanpa hasil. Pakar Amerika perlu waktu lebih lama, tapi taksirannya keliru. Tim Jerman menyatakan usia mumi itu 3.200 tahun lebih sedikit, tapi salah. Ahli dari Jepang menyebut angka yang hampir sama, setelah meneliti selama tiga jam.

Giliran peserta dari Indonesia maju. Pak Dandim kita ini bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruang tertutup.

"Oh, tentu saja boleh, silahkan," jawab panitia.

Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat Pak Dandim keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri.

"Usia mumi ini 5.124 tahun lebih 3 bulan 7 hari," katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun.

Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali.

"Bagaimana mungkin utusan Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu?" ucap salah seorang tim juri keheranan.

Hadiah pun diberikan. Ucapan selamat mengalir dari para peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing, dan sebagainya. Pak Dubes dan seluruh staf KBRI bangga bukan kepalang.

Menjelang kembali ke Indonesia, Pak Dandim dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobi hotel.

"Anda luar biasa," kata mereka. "Bagaimana cara anda mengetahui dengan persis usia mumi itu?"

Pak Dandim menjawab dengan ekspresif dan singkat, "Saya gebuki, eh ngaku dia."

Itulah Gus Dur, terkadang untuk mengkritik pemerintah tidak melulu pakai diplomasi yang serius, tapi cukup dengan guyonan-guyonan menohok.


Mengapa Clinton Ngakak?
Saat Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bertemu Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika Serikat memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.

Apa yang dikatakan Gus Dur sampai membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu? Yang membuat Clinton terbahak adalah cerita yang dilontarkan Gus Dur, yaitu tentang PM Inggris Winston Churchill dan pemimpin oposisi Clemen Attlee. Clement Attlee adalah tokoh sosialis internasional, dan terkenal gigih memperjuangkan nasionalisasi industri dan perusahaan-perusahaan besar di Inggris.

Suatu hari, tutur Gus Dur, sesuai sidang parlemen, PM Churchill pergi ke toilet untuk buang air kecil. Attlee pun masuk ke toilet yang sama, maka bertemulah keduanya di sana. Sambil kencing, dengan wajah cemberut Churchill berkata pada Attlee, "Jangan lihat-lihat ke sini ya! Kamu kan sukanya menasionalisasi yang besar-besar...."


Gali Duluan
Penggalian situs Batu Tulis, Bogor, oleh mantan Menteri Agama (Menag) Sayyid Agil Husein al-Munawwar, untuk mencari harta karun menjadi berita heboh. Wartawan berduyun-duyun menanyakan soal fenomena mistik yang dipercayai oleh al-Munawwar kepada Gus Dur.

Saat kunjungannya ke Serang, Banten, Gus Dur ditanya, apakah dia percaya adanya harta karun di Situs Batu Tulis?

Dengan ringan, Gus Dur menjawab, "Kalau saya percaya, sudah dari dulu-dulu saya gali duluan."

Mendengar jawaban itu, kontan wartawan yang mewancarainya tertawa terpingkal-pingkal.


Pesawat Terbang vs Kereta Api
Setelah mendapat larangan dari dokternya agar tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur suatu ketika pernah meminta untuk bepergian jauh menggunakan kereta api.

Namun dokter merasa tidak yakin dengan keinginan Gus Dur itu. "Anda mau pergi naik kereta api, Gus?" Memangnya anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan kereta api?" kata si dokter sinis.

"Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!" jawab Gus Dur dengan mantap.

Sang dokter tak mau kalah. Dia menimpali, "Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter.

"Wooo.... anda jangan salah. Semua kereta api bisa lebih cepat dari pesawat terbang," Gus Dur tetap tak mau kalah.

"Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau pesawat itu lebih cepat dibandingkan kereta api," cecar sang dokter.

"Wah, anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih cepat. Tapi, itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau lereta api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari. Wuih, pasti bakalan jauh lebih cepat dari pesawat," jawab Gus Dur, disambut wajah kecut sang dokter.


Lihat post selanjutnya....
Sumber https://rikyeka.blogspot.com/