Penyebab Agresi pada Manusia
Tongsampah - Setelah sebelumnya kita membahas tentang Pengertian agresivitas dan Perspektif Agresivitas, sekarang akan kami lanjutkan pembahasan mengenai Penyebab Agresi pada Manusia.
Provokasi herbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi. Manusia cenderung untuk membalas dengan derajat agresi yang sama atau sedikit lebih tinggi dari pada yang diterimanya (balas dendam). Menyepelekan dan merendahkan sebagai ekspresi sikap arogan atau sombong adalah prediktor yang kuat bagi munculnya agresi. Rangsangan memuncak dan pengaruh media masuk melalui desentisisasi. Faktor sosial lainnya adalah alkohol. Kebanyakan hasil penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol menunjukkan kenaikan agresivitas.
Hal dasar lain yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan pada jenis kelamin. Lelaki lebih agresif daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan terhadap anak usia 3-11 tahun menunjukkan bahwa anak lelaki lebih menunjukkan ekspresi dominan, merespon secara agresif hingga memulai tingkah laku agresif, anak lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik dan verbal. Pada anak perempuan, agresivitas diwujudkan secara tidak langsung. Bentuknya adalah menyebarkan gosip atau kabar burung, atau dengan menolak atau menjauhi seseorang sebagai bagian dari lingkungan pertemanannya.
Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di benua Asia juga mengalami hal yang sama ketika berhadapan dengan para pedagang asing Eropa pada abad XVI-XX. Saat itu, bangsa-bangsa Asia dilirik oleh bangsa Eropa karena rempah-rempahnya. Untuk itu, tampaknya usaha-usaha untuk melakukan perjanjian-perjanjian kerja sama dan persiapan untuk kompromi adalah hal yang wajar bagi para pemilik sumber daya alam.
Beberapa penelitian tentang televisi dan kekerasan telah banyak dilakukan, baik di luar maupun di dalam negeri. Secara teoritis, penjelasan dari kajian ini adalah teori belajar sosial. Banyaknya faktor yang bisa menimbulkan agresi pada akhirnya membutuhkan kerangka pikir proses dari agresi yang berupa model.
Sumber: Sarwono, Sarlito W dan Meinarno Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumber https://manusiapinggiran.blogspot.com/
Penyebab Agresi pada Manusia
Setidaknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manusia melakukan agresifitas, yaitu:
a) Sosial
Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai tujuan kerap menjadi penyebab agresi. Ketika calon legeslator gagal, ia akan merasa sedih, marah, dan bahkan depresi. Dalam keadaan seperti itu, besar kemungkinan ia akan menjadi frustasi dan mengambil tindakan-tindakan yang bernuansa agresi, seperti penyerangan terhadap orang lain. Kondisi ini menjadi mungkin dengan pemikiran bahwa agresi yang dilakukan dapat mengurangi emosi marah yang dialami. Agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Manusia, misal petinju dan tentara, dapat melakukan agresi karena alasan lain. Namun, frustasi dapat menimbulkan agresi jika penyebab frustasi dianggap tidak sah atau tidak dibenarkan.Provokasi herbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi. Manusia cenderung untuk membalas dengan derajat agresi yang sama atau sedikit lebih tinggi dari pada yang diterimanya (balas dendam). Menyepelekan dan merendahkan sebagai ekspresi sikap arogan atau sombong adalah prediktor yang kuat bagi munculnya agresi. Rangsangan memuncak dan pengaruh media masuk melalui desentisisasi. Faktor sosial lainnya adalah alkohol. Kebanyakan hasil penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol menunjukkan kenaikan agresivitas.
b) Personal
Pola tingkah laku berdasar kepribadian. Orang dengan pola tingkah laku tipe A cenderung lebih agresif daripada orang dengan tipe B. Tipe A identik dengan karakter terburu-buru dan kompetitif. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang dengan tipe B adalah bersikap sabar, kooperatif, nonkompetisi, dan nonagresif. Orang denga tipe A cenderung lebih melakukan hostile anggression yang merupakan agresi bertujuan untuk melukai atau menyakiti korban. Di sisi lain, orang tipe B cenderung melakukan tingkah laku agresif yang dilakukan karena ada tujuan yang utama dan tidak ditunjukkan untuk melukai atau menyakiti korban.Hal dasar lain yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan pada jenis kelamin. Lelaki lebih agresif daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan terhadap anak usia 3-11 tahun menunjukkan bahwa anak lelaki lebih menunjukkan ekspresi dominan, merespon secara agresif hingga memulai tingkah laku agresif, anak lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik dan verbal. Pada anak perempuan, agresivitas diwujudkan secara tidak langsung. Bentuknya adalah menyebarkan gosip atau kabar burung, atau dengan menolak atau menjauhi seseorang sebagai bagian dari lingkungan pertemanannya.
c) Kebudayaan
Ketika kita menyadari bahwa lingkungan juga berperan terhadap tingkah laku, maka tidak heran jika muncul ide bahwa salah satu penyebab agresi adalah faktor kebudayaan. Lingkungan geografis, seperti pantai atau pesisir menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Nilai dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas satu kelompok.d) Situasional
Penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk agresi lainnya. penelitian di AS, yang memiliki empat musim, menunjukkan bahwa pada suhu 28,33-29,44 derajat Celcius memunculkan peningkatan tingkah laku penyerangan, perampokkan, kekerasan kolektif, dan pemerkosaan. Dalam konsteks global, Hitler senantiasa memulai pertempuran saat musim panas.e) Sumber Daya
Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Salah satu pendukung utama kehidupan manusia adalah daya dukung alam. Daya dukung alam terhadap kebutuhan manusia tak selamanya mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Diawali dengan tawar-menawar, jika tidak tercapai kata sepakat, maka akan terbuka dua kemungkinan besar. Pertama, mencari sumber pemenuhan kebutuhan lain, kedua, mengambil paksa dari pihak pemiliknya. Dunia ini tidak bisa menghentikan agresi AS ke Irak tahun 2003. Walaupun beragam alasan sudah disampaikan kepada masyarakat dunia, tetapi tujuan untuk menguasai minyak di Irak tak pelak lagi terasa.Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di benua Asia juga mengalami hal yang sama ketika berhadapan dengan para pedagang asing Eropa pada abad XVI-XX. Saat itu, bangsa-bangsa Asia dilirik oleh bangsa Eropa karena rempah-rempahnya. Untuk itu, tampaknya usaha-usaha untuk melakukan perjanjian-perjanjian kerja sama dan persiapan untuk kompromi adalah hal yang wajar bagi para pemilik sumber daya alam.
f) Media Massa
Kasus Ryan menjadi ispirasi dari sebuah pembunuhan yang diikuti pemutilasian oleh Sri Rumiyati. Rumiyati yang membunuh suaminya ternyata selalu mengikuti perkara pembunuhan yang dilakukan Ryan. Oleh karena itu, ketika melakukan pembunuhan, ia mengikuti cara Ryan untuk menghilangkan bukti yang ia ikuti dari paparan kasus Ryan melalui televisi. Pengakuan Rumiyati ini merupakkan hasil dari pemeriksaan dari tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Menurut Ade E. Mardiana, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh pemirsanya. Khusus untuk media massa televisi yang merupakan media tontonan dan secara alami mempunyai kesempatan lebih bagi pemirsanya untuk mengamati apa yang disampaikan secara jelas.Beberapa penelitian tentang televisi dan kekerasan telah banyak dilakukan, baik di luar maupun di dalam negeri. Secara teoritis, penjelasan dari kajian ini adalah teori belajar sosial. Banyaknya faktor yang bisa menimbulkan agresi pada akhirnya membutuhkan kerangka pikir proses dari agresi yang berupa model.
Sumber: Sarwono, Sarlito W dan Meinarno Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.