LEGENDA GOLAN DAN MIRAH - versi GOLAN
Asal :
- Desa Golan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
- Dukuh Mirah, Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo
Tokoh :
- Ki Honggolono atau Ki Bayu Kusuma
- Ki Honggojoyo atau Ki Ageng Mirah
- Joko Lancur
- Mirah Putri Ayu
- Ki Klunthung Waluh
- Bajul Kowor
Pada permulaan abad XIV tepatnya di Desa Golan (Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur) hiduplah seseorang yang sakti dan terkenal di Tanah Ponorogo yang bernama Ki Hoggolono. Ki Honggolono adalah seorang pemberani dan sakti mandraguna, sehingga orang-orang disekitar desa amatlah segan terhadapnya, sebagai seorang Palang (Kepala Desa) di desa itu ia amatlah bijaksana dan adil dalam mengambil suatu keputusan. Sehingga rakyatnya sering menjuluki ia dengan seebutan Ki Bayu Kusumo.
Ki Honggolono mempunyai seorang anak lai-laki yaitu Joko Lancur, salah seorang pemuda yang tampan dan gagah berani. Namun, ia mempunyai kegemaran menyabung ayam, kemanapun ia pergi pasti membawa seekor jago kesayangannya.
Disuatu hari ketika ia akan menyabung ayamnya di Desa Polorejo dengan seorang teman dan seekor jago yang dihimpitnya maka ia berjalan menuju ke desa itu. Namun ketika lewat di Dusun Mirah (Desa Nambang Rejo) tiba-tiba ayamnya lepas dari himpitannya dan lari ke belakang rumah (dapur) KI Ageng Mirah (Ki Honggojoyo, yaitu adik sepupu dan adik seperguruan Ki Honggolono). Adapun yang sedang berada di dapur tersebut adalah seorang gadis cantik yang bernama Mirah Putri Ayu (Anak ki Honggojoyo) yang saat itu sedang membatik kain. Mirah Putri Ayu amatlah terkejut ketika tiba-tiba ada seekor ayam jago masuk kedalam dapurnya., lalu Mirah Putri Ayu menangkap dan memegang ayam jago tersebut, ia pun amat senang karena jago tersebut sangat jinak. Tidak lama kemudian Joko Lancur datang dan masuk ke dapur Ki Honggojoyo untuk mencari ayamnya. Joko Lancur sangatlah terpesona dan kaget ketika masuk ke dapur itu karena ayam yang dicarinya ada di pondongan Mirah Putri Ayu gadis yang cantik dan menjadi kembang desa Mirah (Orang-orang di desa itu selalu kagum akan kecantikannya dan selalu menjadi buah bibir, hingga warga desa itu memaggil dengan julukan Putri Mirah Kencono Wungu). Ternyata tidak hanya Joko Lancur saja yang terpesona begitu juga dengan Mirah Putri Ayu yang terpesona dengan ketampanan Joko Lancur sehingga keduanya saling pandang dan saling memperkenalkan diri sehingga keduanya jatuh cinta. Joko Lancur menanyakan kepada Mirah, “Mengapa ayahnya (Ki Honggojoyo) tidak pernah memperkenalkan anak putrinya kepada Joko Lancur sebelumnya, lalu Mirah yang cantik jelita menjelaskan bahwa memang ia menjadi gadis pingitan dan dilarang bergaul dengan pria, keluar rumah pun sering dilarang oleh ayahnya. Rupanya kedua pemuda-pemudi itu saling canda tawa sehingga merea lupa waktu. Hingga keduanya terperanjat kaget ketika mendengar suara Ki Honggojoyo yang berada di luar rumah, sehingga Mirah cepat-cepat menyerahkan ayam jago ke Joko Lancur dan menyuruh Joko Lancur segera pulang. Segeralah Joko Lancur beranjak keluar dapur, namun ketika Joko Lancur sampai didekat pintu dapur ia kepergok oleh Ki Honggojoyo, sehingga Joko Lancur menjelaskan kejadian sebenarya. Namun rupanya Ki Honggojoyo tidak mau menerima alasan itu, ia malah marah-marah dan mencaci maki kepada Joko Lancur sebagai pemuda yang tidak tahu diri dan sopan santun, masuk rumah orang tanpa permisi dulu. Joko Lacur pun menyesali dan meminta maaf kepada Ki Honggojoyo. Akhirnya Ki Honggojoyo menyuruh Joko Lancur cepat pergi dari hadapannya. Maka pulanglah Joko Lancur ke Desa Golan dengan perasaan malu dan mulai saat itu ia Nandang Wuyung atau kasmaran.
Hari demi hari tidak seperti biasanya Joko Lancur pun tidak peranh keluar rumah untuk menyabung ayam lagi, karena yang dalam benaknya hanya Putri Mirah Kencono Wungu. Setiap hari hanya melamun dan berkhayal ingin sekali setiap hari ia bertemu dan bercanda tawa dengan Putri Mirah, pujaannya. Nampaknya hal ini diketahui oleh Ki Honggolono sehingga ia menanyakan kepada Joko Lancur, mula-mula Joko Lancur tidak mau bicara (tidak ada masalah apa-apa). Setiap hari Ki Honggolono mendesak dan mempertanyakan apa yang sedang terjadi, akhirnya Joko Lancur mengaku kalau ia pernah bertemu dengan Putri Mirah Kencono Wungu yang menjadi idam-idamnya dan ingin sekali ia membina rumah tangga dengan Putri Mirah. Ki Honggolono sangat kasihan terhadap anaknya yang setiap hari selalu merenung dan melamun, sehingga suatu hari Ki Honggolono mengutus muridnya untuk melamar ke tempat Ki Honggojoyo di mana Putri Mirah berada.
Maka berangkatlah utusan dari Desa Golan untuk melamar Putri Mirah. Sesampainya di Desa Mirah Ki Honggojoyo menyambut hangat utusan dari Desa Golan, meski dalam hatinya Ki Honggojoyo tidak sudi mempunyai anak mantu seorang penjudi/penyabung ayam. Untuk mengantisipasi dan menggagalkan perkawinan itu dan agar supaya tidak menimbulkan perselisihan diantara keduanya (Ki Honggolono dan Ki Honggojoyo), maka Ki Honggojoyo mempunyai siasat untuk menolak secara halus pinangan tersebut, yaitu dengan cara menerima dan mengabulkan pinangan itu namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh Ki Honggolono.
Adapun syarat tersebut adalah sebagai berikut :
- Agar supaya dibuatkan bendungan sungai Golan dan airnya dialirkan ke sawah-sawah yang berada di Desa Mirah dalam waktu satu malam.
- Serahan padi stau lumbung yang tidak boleh diantar oleh siapapun atau lumbung tersebut berjalan sendri dari Golan ke Mirah.
Sedangkan di Desa Golan Ki Honggolono menyuruh murid-muridnya utntuk mengumpulkan padi-padi untuk mengisi lumbung sebagi serahan ke Desa Mirah, namun lumbung selalu tidak penuh/selalu kurang karena ulah Ki Klunthung Waluh yang selalu mencuri. Maka saking jengkelnya Ki Honggolono menyuruh muridnya untuk mengumpulkan damen (jerami) dan titen kulit kedelai) agar dimasukkan ke dalam lumbung maka dengan sabda/cipta oleh Ki Honggolono, yang mulanya damen dan titen itu menjadi padi. Dan hal ini diketahui oleh Ki Klunthung Waluh maka mulai saat itu Ki Klunthung Waluh tidak mau mencuri lagi, karena isi lumbung itu adalah palsu.
Begitu juga dengan pembuatan bendungan yang selalu ambrol akibat gangguan Ki Klunthung Waluh hingga Ki Honggolono memanggil sahabat karibatnya yang bernama Bajul Kowor yaitu pimpinan buaya utnuk membuat bendungan yang airnya dialirkan ke Desa Mirah, maka datanglah beribu-ribu buaya yang datang dan saling berjajar dan saling tumpang tindih untuk membendung sungai Golan dan akhirnya dialirkan ke Desa Mirah, Ki Klunthung Waluh yang selalu mengganggu/menggagalkan pembuatan bendungan itu, tertangkap basah oleh Bajul Kowor, sehingga terjadi peperangan seru antar Ki Klunthung Waluh dan Bajul Kowor. Akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh Bajul Kowor, maka Ki Klunthung Waluh tunduk dan berjanji tidak akan mengganggu pembuatan bendungan itu lagi. Maka mulai saat itu pembuatan bendungan berjalan dengan lancar dan cepat selesai.
Setelah semua persiapan-persiapan telah siap maka berangkatlah iring-iringan pengantin laki-laki dari desa Golan menuju desa Mirah, namun sebelum berangkat Ki Onggolono menyapda lumbung sebagai serahan tadi untuk berjalan sendiri menuju ke desa Mirah. Maka seketika itu lumbung tersebut berjalan sendiri, seperti apa yang diperintahkan Ki Onggolono.
Setelah sampainya iring-iringan pengantin laki-laki sampai di desa Mirah mula-mula Ki Honggojoyo dan murid-muridnya menyambut hangat tamu-tamu tersebut, Ki Honggojoyo juga melihat lumbung itu berjalan dengan sendirinya, dan ia pun melihat isi lumbung padi tersebut, memang kalau dilihat sepintas isi lumbung tersebut berisi padi, namun Ki Honggojoyp bukanlah orang sembarangan yang dapat diperdaya, maka dengan kesaktianya ia melihat dengan mata hatinya dan dapat menebak bahwa isi lumbung tersebut adalah damen dan titen. Dengan mengetahui hal tersebut bahwa isi lumbung tersebut adalah palsu, maka Ki Honggojoyo bersabda didepan murid-muridnya dan tamu-tamunya :
“HAI KONCO-KONCO KABEH TITENONO NGISOR WITEKNO DUWUR” (LIHATLAH BAWAH DAN TENGOKLAH ATAS).
maka dengan sabdanya, yang mula-mula lumbung tersebut kelihatan padi seketika itu juga menjadi damen dan titen. Ki Honggolono menjadi marah karena acara pernikahan anaknya Joko Lancur harus digagalkan atau dibatalkan. Maka terjadiah perang mulut antara guru dengan guru dan murid degan murid yang akhirnya menjadi oerang tanding, adu jotos dan adu kesaktian.
“HAI KONCO-KONCO KABEH TITENONO NGISOR WITEKNO DUWUR” (LIHATLAH BAWAH DAN TENGOKLAH ATAS).
maka dengan sabdanya, yang mula-mula lumbung tersebut kelihatan padi seketika itu juga menjadi damen dan titen. Ki Honggolono menjadi marah karena acara pernikahan anaknya Joko Lancur harus digagalkan atau dibatalkan. Maka terjadiah perang mulut antara guru dengan guru dan murid degan murid yang akhirnya menjadi oerang tanding, adu jotos dan adu kesaktian.
Selama berkecamuknya perang tanding aantara kedua saudara tersebut dan para murid-muridnya, disitu Joko Lancur mencari-cari sang kekasih Putri Mirah Kencono Wungu, setelah bertemu kedua insan yang sedang kecewa dan sakit hatinya, lantaran gagalnya perkawinan tersebut, maka keduanya memutuskan lampus diri (bunuh diri bersama). Dan ketika perang tanding masih berlangsung tiba-tiba bendungan yang dibendung oleh Bajul Kowor beserta anak buahnya ambrol dan terjadilah BAH (Banjir Besar), maka banyak mayat-mayat dan orang-orang Mirah hanyut terbawa arus air tersebut begitu pun Ki Honggojoyo juga ikut hanyut.
Setelah peperangan Ki Honggolono mencari-cari anaknya Joko Lancur yang didapati ternyata sudah mati bunuh diri bersama Putri Mirah, maka mayatnya bersama ayam jagonya dikuburkan disitu. Dan kuburan itu kuburan Setono Wungu. Setelah selesai menguburkan jasad anaknya maka segeralah Ki Honggolono mengumpulkan orang Golan dan orang Mirah yang masih ada, dan bersabdalah Ki Honggolono :
- Wong-wong Golan lan Mirah turun-temurun ora oleh ngenekake mantu. (Orang-orang Golan dan Mirah dan Keturunanya tidak boleh mengadakan perjodohan).
- Barang utowo isen-isene donyo soko donyo Golan kang awujud kayu, watu, banyu lan sak pinunggalane ora biso digowo menyang deso Mirah (Segala sesuatu atau barang dari Golan tidak bisa dibawa ke Mirah).
- Barang-barange wong Golan lan deso Mirah ora biso diwor dadi siji. (Semua barang dari Golan dan dari Mirah tidak bisa disatukan).
- Wong Golan ora oleh gawe iyup-iyup soko kawol (Orang Golan tidak boleh bikin atap dari jerami yang sudah kering).
- Wong Mirah ora oleh nandur, nyimpen, lan gawe panganan soko dele. (Orang Mirah tidak boleh menanam, menyimpan dan membuat makanan dari kedelai).
Lain dari kelima sabda tersebut diatas Ki Honggolono juga menambahkan sabdanya yaitu
“Sing sopo wonge langgar aturan iki bakal ciloko “ (Siapa saja yang melanggar aturan tersebut akan celaka). Selesai bersabda Ki Honggolono beserta pengikut-pengikutnya segera pulang ke desa Golan dengan rasa sebal dan menyesal.
“Sing sopo wonge langgar aturan iki bakal ciloko “ (Siapa saja yang melanggar aturan tersebut akan celaka). Selesai bersabda Ki Honggolono beserta pengikut-pengikutnya segera pulang ke desa Golan dengan rasa sebal dan menyesal.
Setelah beberapa hari dari kejadian itu Ki Honggolono selalu merenungkan nasib dan kelakuan selama hidupnya, mengapa selama hidupnya tidak merasakan kebahagiaan dan ketentraman lahir batin walaupun Ki Honggolono seorang kaya raya, harta benda, ilmu dan kesaktian dan mengapa selalu senang dalam perkelahian misalnya, ia pernah membantu Ki Suryongalam waktu berperang melawan Bathoro Kathong, ia juga pernah membantu atau mengabdi kepada Bathoro Kathong untuk menumpas dan para pengacau, ia sangat gemar dengan peperangan dan perkelahian.
Akhirnya Ki Honggolono insyaf dan taubat hingga dia mau membanahi hidupnya yaitu dia akan berguru kepada Ki Ageng Pengging ( Prabu Handayaningrat ).
*NB : Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi, terima kasih sudah mengunjungi
Akhirnya Ki Honggolono insyaf dan taubat hingga dia mau membanahi hidupnya yaitu dia akan berguru kepada Ki Ageng Pengging ( Prabu Handayaningrat ).
*NB : Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi, terima kasih sudah mengunjungi
Sumber https://rikyeka.blogspot.com/