PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA DAN SOLUSINYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan dan pengaruhnya bagi masyarakat luas. Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Namun, pendidikan sendiri tak terlepas dari berbagai permasalahan yang menimpanya, hingga kini pendidikan Islam masih saja menghadapi permasalahan yang komplek, dari permasalahan konseptual-teoritis, hingga permasalahan operasional-praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini menjadikan pendidikan Islam tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai pendidikan “kelas dua”. Tidak heran jika kemudian banyak dari generasi muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non Islam.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diperoleh penyusunan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana problem konseptual teoritik pendidikan Islam ?
2. Bagaimana problematika pendidikan Islam di era kontemporer ?
3. Bagaimana problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat ?
4. Bagaimana solusi problematika pendidikan Islam di era global ?
5. Bagaimana orientasi pendidikan Islam di era global ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskanproblem konseptual teoritik pendidikan Islam.
2. Untuk menjelaskan problematika pendidikan Islam di era kontemporer.
3. Untuk menjelaskan problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat.
4. Untuk menjelaskansolusi problematika pendidikan Islam di era global
5. Untuk menjelaskan orientasi pendidikan Islam di era global.
D. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang ”problem konseptual teoretik pendidikan Islam, problematika pendidikan Islam di era kontemporer, problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat, solusi problematika pendidikan Islam di era global dan orientasi pendidikan Islam di era global”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problem Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
1. System pendekatan orientasi
Ditengah gelombang krisis nilai-nilai cultural berkat pengaruh ilmu dan teknologi yang berdampak pada perubahan social. Pendidikan Islam masa kini dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam.Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang simplisistis, melainkan sangat kompleks. Akibat permintaan yang bertambah manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah jiwa manusia itu diberi nafas Agama.
2. Pelembagaan proses kependidikan islam.
Kelembagaan pendidikan Islam merupakan subsistem dari system masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan masyarakat.Disamping itu pergeseran idealitas masyarakat yang menuju kearah pola pikir rasional teknologis yang cenderung melepaskan diri dari tradisionalisme cultural-edukatif makin membengkak. Apalagi bila diingat bahwa misi pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhanyang harus diinternalisasikan kedalam lubuk hati tiap pribadi manusia melalui bidang-bidang kehidupan manusia.[1]
3. Pengaruh sains dan teknologi canggih
Sebagaimana kita ketahui bahwa dampak poditif dari kemajuan teknologi sampai kini adalah bersifat fasilitatis,(memudahkan). Memudahkan kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai problema yang semakin rumuit.Dampak negative dari teknologi modern telah mulai menampakkan diri didepan mata kita. Pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam khususnya adalah dehumanisasi pendidikan, netralisasi nilai-nilai agama, atau upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai tradisional kepada individu atau social.
4. Krisis pendidikan islam
Beberapa ahli perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasikan krisis pendidikan yang bersumber dari krisis orientasi masyarakat masa kini, dapat pula dijadikan wawasan perubahan system pendidikan Islam, yang mencakup fenomena-fenomena antara lain :
a. Krisis nilai-nilai. Sikap penilaian yang dahulu ditetapkan sebagai “benar, baik, sopan atau salah, buruk tak sopan”, mengalami perubahan drastic menjadi ditoleransi sekurang-kurangnya tak diacuhkan orang.
b. Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik. Masyarakat mulai mengubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik dalam bidang ekonomi., politik, kemayarakatan dan implikasinya terhadap kehidupan social.
c. Kurangnya sikap idealism dan citra remaja kita tentang perasaannya di masa depan bangsa. Sekolah dituntut untuk mengembangkan idealisme generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistik.
d. Makin bergesarnya sikap manusia kearah pragmatisme yang pada gilirannya membawa kearah materialism dan individualism. Hubungan antar manusia bukan lagi berdasarkan sambung rasa, tetapi berdasarkan hubungan keuntungan materill dan status.[2]
B. Problematika Pendidikan Islam Di Era Kontemporer
Dalam analisis Fazkur Rahman dinyatakan bahwa semenjak masa klasik (850 M-1200 M), umat islam memiliki kekanyaan ilmu dan pengetahuan. Akan tetapi memasuki abad pertengahan sampai ahkir abad ke-19 M, umat islam mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pendidikan.[3]Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilai-nilai islami dalam sistem pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.[4]
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam.
b. Masalah Kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran.
d. Profesionalitas dan Kualitas SDM.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic.
b. To General Knowledge.
c. Lack of Spirit of Inquiry.
d. Memorisasi.
e. Certificate Oriented.[6]
C. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
1. Menghadapi tantangan dampak-dampak IPTEK modern. Strategi pendidikan Islam dalam mengantisipasi kemajuan IPTEK modern, adalah terletak pada kemampuan mengkonfigurasikan sistem nilai Islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat Islam untuk berpacu dalam kompetisi bidang IPTEK di satu pihak dan lain pihak kemampuan psikolis serta pedagogis yang berdaya kreatif untuk mentransfer IPTEK modern itu sendiri. Imilah program minimal Islam yang perlu kita rencanakan dan laksanakan saat ini.
2. Krisis nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Manusia mengalami krisis kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, yang menjadi gejala-gejala transisi yang sangat rentan (sensitive) terhadap penyusupan nilai-nilai asing yang negative.Krisis nilai demikian demikian mempunyai ruang lingkup yang menyentuh masalah kehidupan masyarakat, yaitu menyangkut nilai suatu perbuatan “baik” dan “buruk”, bermoral atau amoral, social atau asocial, pantas atau tidak pantas dan bobot benar dan tidak benar, serta perilaku lainnya.
3. Sistem pendidikan modern dan pergeseran nilai-nilai. Posisi lembaga pendidikan kita saat ini sedang berada dalam arena konflik nilai-nilai yang membawa kepada transisi nilai kehidupan. Nilai spiritual maupun moral etik, yang amat sensitive terhadap sentuhan-sentuhan nilai hedonistic (kenikmatan hidup) materiil dari kemajuan iptek. Sekolah dalam posisi seperti ini, perlu bersikap dalam pelaksanaan tugas pokoknya, yaitu membudayakan umat manusia dengan nilai-nilai ideal. Sehingga mampu menjadi pondasi moral dan spiritual bagi tegaknya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, bahagia rohaniah dan jasmaniah.
4. Sistem dan metode pendidikan islam dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam Indonesia.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniaw-ukhtiaw sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan bergagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang.
5. Sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya.
Strategi pengelolaan system pengelolaan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong kearah mengutamakan sikap dan perilaku yang pragmatisme., dan matrealisme serta individualisme-egoisme. Arah perkembangan yang semakin jauh dalam pendidikan Islam, harus dipandang sesuai tantangan yang penuh perjuangan. Karena itu perlu perencanakan kegiatan pendidikan yang strategis pengembangannya. Strategi tersebut diwujudkan dalam program pendidikan (seperti konsepsi Muhammad Abduh), mengintregasikan pendidikan Agama dengan pendidikan Ilmu pengetahuan umum (duniawi) atau member nafas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah pada setiap bidang studi pendidikan umum disemua jenjang sekolah dan madrasah kita.[7]
D. Solusi Problematika Pendidikan Islam di Era Global
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.[8]
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.[9]
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.[10]
E. Orientasi Pendidikan Islam di Era Global
Menurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah sebagai berikut :
- Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran. Pendidikan Islam harus diorientasikan untuk menciptakan “kesadaran kritis” masyarakat. Sehingga dengan kesadaran kritis ini akan mampu menganalisis hubungan faktor-faktor sosial dan kemudian mencarikan jalan keluarnya. Hubungan antara kesadaran tersebut dengan pendidikan Islam dan globalisasi ialah agar umat Islam bisa melihat secara kritis bahwa implikasi-implikasi dari globalisasi bukanlah sesuatu yang given atau takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan tetapi sebagai konsekuensi logis dari sistem dan struktur globalisasi itu sendiri.
- Pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi. Proses Humanisasi dalam pendidikan Islam dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi (fitrah) yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan (potensi jasmaninya) dan diberdayakan (ptoensi rohaninya) agar dapat berdiri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah. Akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Menurut Abuddin Nata, hal seperti ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa), tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Bagi pendidikan Islam, masalah pembinaan akhlak sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Sebab akhlak memang merupakan misi utama agama Islam. Hanya saja, akibat penetrasi budaya sekuler barat, belakangan ini masalah pembinaan akhlak dalam institusi pendidikan Islam tampak lemah. Untuk itu, pendidikan Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-karimah, dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Pembinaan akhlak sebagai (salah satu) orientasi pendidikan Islam di era globalisasi ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh akhlak masyarakatnya.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Problem Konseptual Teoritik Pendidikan Islamterdiri dari beberapa kandungan di dalamnya yang menyangkut sistem pendekatan orientasi, pelembagaan proses kependidikan islam,pengaruh sains dan teknologi canggih, dan krisis pendidikan islam
2. Problematika Pendidikan Islam di Era Kontemporer, di dalamnya terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat meliputi tentangmenghadapi tantangan dampak-dampak IPTEK modern,krisis nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat, sistem pendidikan modern dan pergeseran nilai-nilai, sistem dan metode pendidikan islam dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam Indonesia, dan sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya.
4. Solusi Problematika Pendidikan Islam di Era Global ialah salah satunya melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
5. Orientasi Pendidikan Islam di Era GlobalMenurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran, pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi, dan pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah.
B. Saran
1. Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya penyusun dan pembaca.
2. Dengan makalah ini, diharapkan dapat meminimalis problematika pendidikan Islam di era kontemporer ini dan menerapkan solusi yang terdapat di dalamnya.
DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin dkk, 2011, Dikotomi Pendidikan Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Daulay, Haidar Putra,2009, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta.
Muhaimin, 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang kusut duniapendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Rembangy, Musthofa, 2010, Pendidikan Transformatif : Pergulatan KritisMerumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta : Teras.
Tantowi, Ahmad, 2009, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustaka Rizki Putra.
Wahid, Abdul, 2008,Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam,Semarang : Need’s Press.
Zamroni, 2000,Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jogjakarta : Gigraf Publishing.
[1]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2003), hlm. 16
[2]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam..., hlm. 16
[3]Baharuddin dkk, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011), hlm.21
[4]Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 44
[5]Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi (Yogyakarta : Teras, 2010), hlm. 28
[7]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 53-60
[10]Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang kusut dunia pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 86
[11]Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm.90
MAKALAH
Makalahinidiajukanuntukmemenuhisalahsatutugasmatakuliah
“IlmuPendidikan Islam”
Dengan DosenPengampu :
Muhammad MahfudRidwan, M.Pd.I
Disusunoleh :
1. Lilis Hikmawati (1725143157)
3. Mala Khurotul Ula (1725143167)
KELAS :2-B
JURUSAN : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
APRIL 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan dan pengaruhnya bagi masyarakat luas. Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Namun, pendidikan sendiri tak terlepas dari berbagai permasalahan yang menimpanya, hingga kini pendidikan Islam masih saja menghadapi permasalahan yang komplek, dari permasalahan konseptual-teoritis, hingga permasalahan operasional-praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini menjadikan pendidikan Islam tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai pendidikan “kelas dua”. Tidak heran jika kemudian banyak dari generasi muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non Islam.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diperoleh penyusunan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana problem konseptual teoritik pendidikan Islam ?
2. Bagaimana problematika pendidikan Islam di era kontemporer ?
3. Bagaimana problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat ?
4. Bagaimana solusi problematika pendidikan Islam di era global ?
5. Bagaimana orientasi pendidikan Islam di era global ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskanproblem konseptual teoritik pendidikan Islam.
2. Untuk menjelaskan problematika pendidikan Islam di era kontemporer.
3. Untuk menjelaskan problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat.
4. Untuk menjelaskansolusi problematika pendidikan Islam di era global
5. Untuk menjelaskan orientasi pendidikan Islam di era global.
D. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang ”problem konseptual teoretik pendidikan Islam, problematika pendidikan Islam di era kontemporer, problema pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat, solusi problematika pendidikan Islam di era global dan orientasi pendidikan Islam di era global”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problem Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
1. System pendekatan orientasi
Ditengah gelombang krisis nilai-nilai cultural berkat pengaruh ilmu dan teknologi yang berdampak pada perubahan social. Pendidikan Islam masa kini dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam.Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang simplisistis, melainkan sangat kompleks. Akibat permintaan yang bertambah manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah jiwa manusia itu diberi nafas Agama.
2. Pelembagaan proses kependidikan islam.
Kelembagaan pendidikan Islam merupakan subsistem dari system masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan masyarakat.Disamping itu pergeseran idealitas masyarakat yang menuju kearah pola pikir rasional teknologis yang cenderung melepaskan diri dari tradisionalisme cultural-edukatif makin membengkak. Apalagi bila diingat bahwa misi pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhanyang harus diinternalisasikan kedalam lubuk hati tiap pribadi manusia melalui bidang-bidang kehidupan manusia.[1]
3. Pengaruh sains dan teknologi canggih
Sebagaimana kita ketahui bahwa dampak poditif dari kemajuan teknologi sampai kini adalah bersifat fasilitatis,(memudahkan). Memudahkan kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai problema yang semakin rumuit.Dampak negative dari teknologi modern telah mulai menampakkan diri didepan mata kita. Pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam khususnya adalah dehumanisasi pendidikan, netralisasi nilai-nilai agama, atau upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai tradisional kepada individu atau social.
4. Krisis pendidikan islam
Beberapa ahli perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasikan krisis pendidikan yang bersumber dari krisis orientasi masyarakat masa kini, dapat pula dijadikan wawasan perubahan system pendidikan Islam, yang mencakup fenomena-fenomena antara lain :
a. Krisis nilai-nilai. Sikap penilaian yang dahulu ditetapkan sebagai “benar, baik, sopan atau salah, buruk tak sopan”, mengalami perubahan drastic menjadi ditoleransi sekurang-kurangnya tak diacuhkan orang.
b. Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik. Masyarakat mulai mengubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik dalam bidang ekonomi., politik, kemayarakatan dan implikasinya terhadap kehidupan social.
c. Kurangnya sikap idealism dan citra remaja kita tentang perasaannya di masa depan bangsa. Sekolah dituntut untuk mengembangkan idealisme generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistik.
d. Makin bergesarnya sikap manusia kearah pragmatisme yang pada gilirannya membawa kearah materialism dan individualism. Hubungan antar manusia bukan lagi berdasarkan sambung rasa, tetapi berdasarkan hubungan keuntungan materill dan status.[2]
B. Problematika Pendidikan Islam Di Era Kontemporer
Dalam analisis Fazkur Rahman dinyatakan bahwa semenjak masa klasik (850 M-1200 M), umat islam memiliki kekanyaan ilmu dan pengetahuan. Akan tetapi memasuki abad pertengahan sampai ahkir abad ke-19 M, umat islam mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pendidikan.[3]Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilai-nilai islami dalam sistem pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.[4]
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam.
b. Masalah Kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran.
d. Profesionalitas dan Kualitas SDM.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic.
b. To General Knowledge.
c. Lack of Spirit of Inquiry.
d. Memorisasi.
e. Certificate Oriented.[6]
C. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
1. Menghadapi tantangan dampak-dampak IPTEK modern. Strategi pendidikan Islam dalam mengantisipasi kemajuan IPTEK modern, adalah terletak pada kemampuan mengkonfigurasikan sistem nilai Islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat Islam untuk berpacu dalam kompetisi bidang IPTEK di satu pihak dan lain pihak kemampuan psikolis serta pedagogis yang berdaya kreatif untuk mentransfer IPTEK modern itu sendiri. Imilah program minimal Islam yang perlu kita rencanakan dan laksanakan saat ini.
2. Krisis nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Manusia mengalami krisis kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, yang menjadi gejala-gejala transisi yang sangat rentan (sensitive) terhadap penyusupan nilai-nilai asing yang negative.Krisis nilai demikian demikian mempunyai ruang lingkup yang menyentuh masalah kehidupan masyarakat, yaitu menyangkut nilai suatu perbuatan “baik” dan “buruk”, bermoral atau amoral, social atau asocial, pantas atau tidak pantas dan bobot benar dan tidak benar, serta perilaku lainnya.
3. Sistem pendidikan modern dan pergeseran nilai-nilai. Posisi lembaga pendidikan kita saat ini sedang berada dalam arena konflik nilai-nilai yang membawa kepada transisi nilai kehidupan. Nilai spiritual maupun moral etik, yang amat sensitive terhadap sentuhan-sentuhan nilai hedonistic (kenikmatan hidup) materiil dari kemajuan iptek. Sekolah dalam posisi seperti ini, perlu bersikap dalam pelaksanaan tugas pokoknya, yaitu membudayakan umat manusia dengan nilai-nilai ideal. Sehingga mampu menjadi pondasi moral dan spiritual bagi tegaknya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, bahagia rohaniah dan jasmaniah.
4. Sistem dan metode pendidikan islam dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam Indonesia.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniaw-ukhtiaw sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan bergagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang.
5. Sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya.
Strategi pengelolaan system pengelolaan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong kearah mengutamakan sikap dan perilaku yang pragmatisme., dan matrealisme serta individualisme-egoisme. Arah perkembangan yang semakin jauh dalam pendidikan Islam, harus dipandang sesuai tantangan yang penuh perjuangan. Karena itu perlu perencanakan kegiatan pendidikan yang strategis pengembangannya. Strategi tersebut diwujudkan dalam program pendidikan (seperti konsepsi Muhammad Abduh), mengintregasikan pendidikan Agama dengan pendidikan Ilmu pengetahuan umum (duniawi) atau member nafas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah pada setiap bidang studi pendidikan umum disemua jenjang sekolah dan madrasah kita.[7]
D. Solusi Problematika Pendidikan Islam di Era Global
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.[8]
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.[9]
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.[10]
E. Orientasi Pendidikan Islam di Era Global
Menurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah sebagai berikut :
- Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran. Pendidikan Islam harus diorientasikan untuk menciptakan “kesadaran kritis” masyarakat. Sehingga dengan kesadaran kritis ini akan mampu menganalisis hubungan faktor-faktor sosial dan kemudian mencarikan jalan keluarnya. Hubungan antara kesadaran tersebut dengan pendidikan Islam dan globalisasi ialah agar umat Islam bisa melihat secara kritis bahwa implikasi-implikasi dari globalisasi bukanlah sesuatu yang given atau takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan tetapi sebagai konsekuensi logis dari sistem dan struktur globalisasi itu sendiri.
- Pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi. Proses Humanisasi dalam pendidikan Islam dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi (fitrah) yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan (potensi jasmaninya) dan diberdayakan (ptoensi rohaninya) agar dapat berdiri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah. Akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Menurut Abuddin Nata, hal seperti ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa), tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Bagi pendidikan Islam, masalah pembinaan akhlak sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Sebab akhlak memang merupakan misi utama agama Islam. Hanya saja, akibat penetrasi budaya sekuler barat, belakangan ini masalah pembinaan akhlak dalam institusi pendidikan Islam tampak lemah. Untuk itu, pendidikan Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-karimah, dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal. Pembinaan akhlak sebagai (salah satu) orientasi pendidikan Islam di era globalisasi ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh akhlak masyarakatnya.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Problem Konseptual Teoritik Pendidikan Islamterdiri dari beberapa kandungan di dalamnya yang menyangkut sistem pendekatan orientasi, pelembagaan proses kependidikan islam,pengaruh sains dan teknologi canggih, dan krisis pendidikan islam
2. Problematika Pendidikan Islam di Era Kontemporer, di dalamnya terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat meliputi tentangmenghadapi tantangan dampak-dampak IPTEK modern,krisis nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat, sistem pendidikan modern dan pergeseran nilai-nilai, sistem dan metode pendidikan islam dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam Indonesia, dan sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya.
4. Solusi Problematika Pendidikan Islam di Era Global ialah salah satunya melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
5. Orientasi Pendidikan Islam di Era GlobalMenurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran, pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi, dan pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah.
B. Saran
1. Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya penyusun dan pembaca.
2. Dengan makalah ini, diharapkan dapat meminimalis problematika pendidikan Islam di era kontemporer ini dan menerapkan solusi yang terdapat di dalamnya.
DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin dkk, 2011, Dikotomi Pendidikan Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Daulay, Haidar Putra,2009, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta.
Muhaimin, 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang kusut duniapendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Rembangy, Musthofa, 2010, Pendidikan Transformatif : Pergulatan KritisMerumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta : Teras.
Tantowi, Ahmad, 2009, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustaka Rizki Putra.
Wahid, Abdul, 2008,Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam,Semarang : Need’s Press.
Zamroni, 2000,Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jogjakarta : Gigraf Publishing.
[1]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2003), hlm. 16
[2]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam..., hlm. 16
[3]Baharuddin dkk, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011), hlm.21
[4]Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 44
[5]Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi (Yogyakarta : Teras, 2010), hlm. 28
[7]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 53-60
[10]Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang kusut dunia pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 86
[11]Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm.90