Mengenal Kuda Perang, Charger & Destrier Dalam Sejarah
Berbagai macam film kesatria eropa era pertengahan seringkali menggambarkan sosok pendekar yang berpergian ke banyak kawasan dengan mengendarai kuda perangnya. tidak hanya ke dalam pertempuran tetapi juga untuk plesiran ke desa, kota ataupun kawasan keramaian lainnya. padahal hal tersebut merupakan pantangan yang sangat dihindari.
Sebab kuda perang atau disebut juga charger (destrier) bukanlah binatang jinak ibarat yang kita lihat pada film. hasil ternakan dan perkawinan silang antar kuda stallion dan jenis lainnya ini justru sifatnya lebih ibarat binatang liar daripada binatang yang jinak. mereka yaitu sebuah alat transportasi yang berbahaya tetapi harganya setara dengan supercar di jaman modern.
Sifat kuda dibiarkan tetap liar dan buas walaupun berbahaya lantaran dianggap membantu dalam situasi perang. alasannya yaitu binatang jinak cenderung takut dengan insan sehingga tidak bisa dibutuhkan berani menerjang prajurit lawan. satu-satunya training bagi kuda perang yaitu kepatuhan dan disiplin terhadap perintah pemiliknya. asakan nurut maka mereka tidak dijinakan lebih jauh dan dibiarkan galak dan pemarah sesuai sifat aslinya.
Selain dari disiplin dan kepatuhan, kuda perang juga dibiasakan dengan suasana pertempuran. bunyi gemerincing baju pelindung, perisai, senjata tajam, teriakan perang, terompet, ataupun bunyi-bunyi khas lainnya dihentikan menciptakan mereka takut. secara visual binatang tersebut juga dibiasakan dikelilingi atau diapit oleh ratusan prajurit bersenjata dan berseragam lengkap. hal ini menciptakan mereka tidak gampang panik dikala pertempuran dimulai.
Kuda perang diseleksi menurut dari kemampuan dan kepatuhan mereka dikala diminta untuk menerjang maju ke arah kerumunan. dipakai semacam patung jerami dengan seragam, helm dan senjata yang realistik sebagai ganti barisan prajurit. dalam prosesnya sang kuda pantang terlihat ragu dikala menerjang. kuda yang masih ragu tidak akan dipakai lantaran berbahaya bagi penunggangnya, mereka akan kembali dilatih.
Dalam perang kekuatan fisik mereka yang besar akan bermetamorfosis menjadi elemen pendobrak jempolan yang bisa menerjang dan menembus barisan infantri lawan sampai ke barisan belakang. apabila tidak bisa menembus sekalipun mereka bisa menyebabkan kerusakan ahli pada gugusan lawan yang sulit diperbaiki dalam waktu singkat. efek terbesarnya yaitu menyebabkan rasa takut dan inferior kepada prajurit lawan sehingga gampang melarikan diri.
Semua kemampuan kuda perang di atas justru menjadi sangat berbahaya dikala sang kuda dibawa ke kawasan selain dari medan pertempuran. di kawasan keramaian ibarat kota atau pedesaan sekalipun mereka bisa menjadi beringas hanya lantaran gangguan kecil sekalipun. pedagang, orang lewat ataupun bawah umur yang mencoba mendekat bisa ditabrak, didepak ataupun digigit olehnya. bukan hanya manusia, binatang lainnya ibarat kuda atau kambing pun tidak lepas dari ancaman.
Luka yang ditimbulkan pun tidak main-main lantaran sang kuda termasuk besar dan kuat. satu depakkan bisa dengan gampang menjadikan luka berat atau selesai hidup pada manusia. ditambah lagi dengan tempramen mereka yang memang jelek sebagai efek samping dari kawin silang sehingga kondisi emosinya sulit ditebak.
Kawin silang biasanya menitikberatkan pada fisik kuda saja yang berfisik prima, kekar, tinggi dan bisa berlari cepat. padahal seiring dengan berkembangnya sifat yang diinginkan maka cacat genetik bawaan binatang juga semakin menguat. lantaran itu kuda perang dikenal sebagai binatang yang rewel, gampang sakit, tempramental, dan suka pilih-pilih makanan.
Salah urus atau salah diberi pakan yang berbeda bisa menciptakan mereka sakit perut sampai berhari-hari. bila sudah sakit sifatnya yang pemarah semakin menjadi-jadi. mereka juga dikenal sebagai binatang yang moody. mereka bisa sebal dengan pelatihnya lantaran tidak dibawakan kuliner favoritnya sehingga menciptakan ulah ibarat merusak pintu pagar atau mengigit binatang lain. walaupun demikian harga mereka selangit lantaran performanya dalam perang tidak ada bandingannya.
Hal-hal di atas menciptakan kuda perang selain dari medan pertempuran hanya dikendarai dalam pertandingan militer atau latihan. sering juga mereka ditunjukkan sekedar untuk menjamu para tamu yang datang. tetapi untuk penggunaan harian binatang ini jauh dari kata simpel justru mengundang ancaman yang tidak perlu dan merepotkan. baik bagi diri sang hewan, pengendaranya juga orang lain yang ada di sekitarnya.
Sebab kuda perang atau disebut juga charger (destrier) bukanlah binatang jinak ibarat yang kita lihat pada film. hasil ternakan dan perkawinan silang antar kuda stallion dan jenis lainnya ini justru sifatnya lebih ibarat binatang liar daripada binatang yang jinak. mereka yaitu sebuah alat transportasi yang berbahaya tetapi harganya setara dengan supercar di jaman modern.
Gambaran pertempuran antar mounted knights atau kavaleri berat |
Sifat kuda dibiarkan tetap liar dan buas walaupun berbahaya lantaran dianggap membantu dalam situasi perang. alasannya yaitu binatang jinak cenderung takut dengan insan sehingga tidak bisa dibutuhkan berani menerjang prajurit lawan. satu-satunya training bagi kuda perang yaitu kepatuhan dan disiplin terhadap perintah pemiliknya. asakan nurut maka mereka tidak dijinakan lebih jauh dan dibiarkan galak dan pemarah sesuai sifat aslinya.
Selain dari disiplin dan kepatuhan, kuda perang juga dibiasakan dengan suasana pertempuran. bunyi gemerincing baju pelindung, perisai, senjata tajam, teriakan perang, terompet, ataupun bunyi-bunyi khas lainnya dihentikan menciptakan mereka takut. secara visual binatang tersebut juga dibiasakan dikelilingi atau diapit oleh ratusan prajurit bersenjata dan berseragam lengkap. hal ini menciptakan mereka tidak gampang panik dikala pertempuran dimulai.
Kuda perang diseleksi menurut dari kemampuan dan kepatuhan mereka dikala diminta untuk menerjang maju ke arah kerumunan. dipakai semacam patung jerami dengan seragam, helm dan senjata yang realistik sebagai ganti barisan prajurit. dalam prosesnya sang kuda pantang terlihat ragu dikala menerjang. kuda yang masih ragu tidak akan dipakai lantaran berbahaya bagi penunggangnya, mereka akan kembali dilatih.
Dalam perang kekuatan fisik mereka yang besar akan bermetamorfosis menjadi elemen pendobrak jempolan yang bisa menerjang dan menembus barisan infantri lawan sampai ke barisan belakang. apabila tidak bisa menembus sekalipun mereka bisa menyebabkan kerusakan ahli pada gugusan lawan yang sulit diperbaiki dalam waktu singkat. efek terbesarnya yaitu menyebabkan rasa takut dan inferior kepada prajurit lawan sehingga gampang melarikan diri.
Jousting sebagai sarana latihan berkuda kesatria eropa era pertengahan |
Semua kemampuan kuda perang di atas justru menjadi sangat berbahaya dikala sang kuda dibawa ke kawasan selain dari medan pertempuran. di kawasan keramaian ibarat kota atau pedesaan sekalipun mereka bisa menjadi beringas hanya lantaran gangguan kecil sekalipun. pedagang, orang lewat ataupun bawah umur yang mencoba mendekat bisa ditabrak, didepak ataupun digigit olehnya. bukan hanya manusia, binatang lainnya ibarat kuda atau kambing pun tidak lepas dari ancaman.
Luka yang ditimbulkan pun tidak main-main lantaran sang kuda termasuk besar dan kuat. satu depakkan bisa dengan gampang menjadikan luka berat atau selesai hidup pada manusia. ditambah lagi dengan tempramen mereka yang memang jelek sebagai efek samping dari kawin silang sehingga kondisi emosinya sulit ditebak.
Kawin silang biasanya menitikberatkan pada fisik kuda saja yang berfisik prima, kekar, tinggi dan bisa berlari cepat. padahal seiring dengan berkembangnya sifat yang diinginkan maka cacat genetik bawaan binatang juga semakin menguat. lantaran itu kuda perang dikenal sebagai binatang yang rewel, gampang sakit, tempramental, dan suka pilih-pilih makanan.
Fisik kuda perang eropa dan asia tengah era pertengahan dibandingkan dengan manusia |
Salah urus atau salah diberi pakan yang berbeda bisa menciptakan mereka sakit perut sampai berhari-hari. bila sudah sakit sifatnya yang pemarah semakin menjadi-jadi. mereka juga dikenal sebagai binatang yang moody. mereka bisa sebal dengan pelatihnya lantaran tidak dibawakan kuliner favoritnya sehingga menciptakan ulah ibarat merusak pintu pagar atau mengigit binatang lain. walaupun demikian harga mereka selangit lantaran performanya dalam perang tidak ada bandingannya.
Hal-hal di atas menciptakan kuda perang selain dari medan pertempuran hanya dikendarai dalam pertandingan militer atau latihan. sering juga mereka ditunjukkan sekedar untuk menjamu para tamu yang datang. tetapi untuk penggunaan harian binatang ini jauh dari kata simpel justru mengundang ancaman yang tidak perlu dan merepotkan. baik bagi diri sang hewan, pengendaranya juga orang lain yang ada di sekitarnya.