Masuknya Islam Ke Maluku Dan Moluku Kie Raha

Masjid Masohi, Maluku Timur. Foto: flickr.com

- Maluku merupakan kepulauan di Nusantara yang berabad-abad lampau menjadi tujuan dari orang-orang di seluruh dunia. Maluku kini memang tak bergitu populer ibarat Bali atau Jakarta masa kini. Maluku populer dengan kopi, garam, dan udang. Di Maluku dikala Islam menjalar ke Nusantara semenjak kurun ke-13, tidak banyak sumber yang saya temukan mengenai tokoh atau catatan kaki perjalanan awal mulai Islam di Maluku.

Jafar Sadek merupakan seorang yang berasal dari Arab. Ia membangun rumah di bukit berjulukan Jore-jore, disana ada danau kecil berjulukan Ake Santosa. Suatu petang Jafar sadek melihat 7 bidadari sedang mandi dan ia kemudian menyembunyikan selendang dari salah satu bidadari tersebut, maka salah satu dari bidadari tersebut tidak sanggup pulang, Ia berjulukan Nur Sifa.

Menurut goresan pena Abdullah Alawi, Jafar Sadek dan Empat Kesultanan Maluku (2016) diketahui bahwa Jafar Sadek merupakan tokoh yang menjadi legenda di masyarakat Maluku. Ia ialah seorang Arab yang tiba ke Maluku yang kemudian menjadi leluhur empat kerajaan Islam, yaitu Jailolo, Tidore, Ternate, dan Bacan. Namun kembali menurutnya Jafar Sadek berdasarkan apa yang dikatakan oleh de Graaf merupakan duta besar yang dikirim Kesultanan Mesir Dinasti Abasyiyah. Sumber lain menyampaikan hal yang berbeda bahwa Jafar Sadek ialah Ja Tek Su, seorang muslim Cina yang menjadi mubaligh Islam di Jawa pada kurun ke XV.

Dalam Hikayat Bacan, sebagaimana dikutip M.Adnan Amal, Jafar Sadek disebutkan tiba tiba ke Maluku dengan tanpa alat apa pun. Dia tiba dari laut. Kemudian penduduk mendatangi, mencium dan menyalaminya. Mereka besar hati menyambut kedatangan Jafar Sadek. Penduduk kemudian mengaraknya keliling kampung mereka yang berjulukan Foramdiahi.

Jafar Sadek kemudian memperkenalkan agama Islam. Kemudian seluruh penduduk memeluk agama Islam.

Menurut Sejarah Bacan, dari hasil perkawinan dengan wanita penduduk setempat, Jafar Sadek mendapat empat anak pria dan empat anak perempuan. Empat anak pria tersebut empat kerajaan Islam, yaitu Jailolo, Tidore, Ternate, dan Bacan. Kerajaan yang di kemudian hari menjadi benteng Islam dan tanah air dari penjajahan bangsa-bangsa Barat.

Moluku Kie Raha

Apa itu Moluku Kie RahaI? Itu meruapakan sebutan bagi 4 kesultanan yang ada di Maluku yang artinya ialah “Persekutuan empat Kesultanan,” yaitu

1. Jailolo
2. Bacan
3. Ternate
4. Tidore

“Luku” dalam bahasa Galela berarti dalam. Jika ditambahkan “ma” maka artinya menjadi dalam sekali. Dalam bahasa ternate “loko” berarti gunung.
Narasi Singkat Empat Kesultanan Maluku

1. Jailolo

Pemandangan Teluk Jailolo di Halmahera Barat dengan landmark "Jailolo City. Foto: tinooo

Kerajaan Jailolo belum niscaya asal muasalnya terjadi, dari sumber sejarah yang terekam Jailolo ialah sebuah kerajaan di kepulauan Halmahera yang sanggup berekspansi lewat perkawinan politik antara ratu Jailolo dan Raja Loloda. Jailolo populer dengan pemerintahannya yang kejam sehingga memunculkan exodus dari kerajaannya. 

Masyarakat yang melaksanakan migtasi ini lari kepulau-pulau kecil di luar Halmahera. Masyarakat ini lah yang pada alhasil mendirikan kerajaan-kerajaan sendiri ibarat Ternate, Tidore, dan Bacan.  

2. Ternate

Ternate pada awalnya merupakan pemukiman-pemukiman yang terdiri dari tiga kelompok besar. Banyak dari mereka yang menetap di pemukiman-pemukiman berasal dari Kerajaan Jailolo yang sebelumnya melaksanakan migrasi ke barat kepulauan Maluku. Mereka kemudian melaksanakan musyawarah untuk menunjuk penguasa yang perkembangannya akan menjadi raja dari Kerajaan Terntare.

Sida Arif, merupakan raja Ternate yang berhasil menciptakan Ternate sebagai sentra perdagangan dengan bangsa absurd dan pedagang lainnya di Nusantara. Islam menjadi agama yang menyatu dalam kehidupan sosial dan negara semenjak Ternate menjadi kesulatanan. Sultan pertama Ternate yang berjulukan Zainal Abidin meletakan dasar-dasar Islam di Ternate dan Maluku secara umum. Zainal Abidin kemudian mendirikan Jolebe (Departemen Agama) dan Kalem (Qadi) yang terdiri dari empat orang Imam dan delapan orang Khatib.

Ternate mengajak musyawarah kerajaan-kerajaan di Maluku untuk memeluk Islam. Musyawarah dilakukan sesuai tuntutan adat, bahwa jikalau satu kerajaan menemukan sesuatu hal yang baik, maka harus memberitahu kepada kerajaan-kerajaan lainnya. 

3. Tidore

Tidore pada awalnya merupakan pemukiman yang terletak di pegunungan Batu Cina, di sebelah selatan Dodinga. Sama ibarat Ternate, Tidore juga tersohor keberadaannya di Dunia sebagai penghasil rempah-rempah. Ternate merupakan sebuah kerajaan tersohor di Maluku, sama ibarat tiga kerajaan lainnya yaitu, Kerajaan Tidore, Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailolo. Ternate populer dengan cengkehnya yang harum. Dalam politik, Ternate dan Tidore selalu bersaing ketat dalam perebutan Hegemoni di Maluku. Tidore mengarahkan ekspansinya ke arah timur. Sedangkan Ternate mengarahkannya ke arah utara dan barat.  

Islam berkembang di Tidore pada kurun ke-19. Perdagangan rempah-rempah di Maluku selain diramaikan oleh orang Spanyol dan Portugis, juga diramaikan oleh orang-orang Arab, Persi dan juga orang Melayu yang berdatangan ke Tidore semenjak abadke-5. Pedagang-pedagang Islam ini yang kemudian memperkenalkan Islam dikala berinteraksi dengan masyarakat lokal. 

Eksistensi Islam di Tidore kemudian berkembang dikala penguasa Tidore, Kolano Ciriati memeluk agama Islam beserta putran sulungnya yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin. Selama masa kolonial VOC, Sultan Tidore, yaitu Sultan Nuku menjadi tokoh pahwalan usaha rakyat Tidore. Pada tahun 1780, Nuku memproklamasikan dirinya sebagai Sultan Tidore dan menyatakan kesultanannya sebagai sebuah negara merdeka yang lepas dari kekuasaan Belanda. 

4. Bacan

Bacan diketahui merupakan satu dari empat kerajaan di Maluku. Perkembangan Bacan berawal dari pemukiman yang heterogen, terdiri dari banyak sekali suku seperti, Makian, Galela, dan Tobelo. Tiap-tiap suku dikepalai oleh kepala suku masing-masing dan memakai bahasa suku masing-masing. Bahasa dan suku yang beragama menciptakan Bacan menjadi wilayah yang majemuk.  Islam berkembang dan menjadi identitas kerajaan semenjak kurun ke-16. Pada kurun ke-16 Raja Bacan memeluk Islam. Sultan pertama Bacan ialah Zainulabidin. 

Ketika menjadi kesulatanan, Bacan ibarat kesultanan lainnya kemudian mendirikan forum keagamaan dan mengkonstitusikan Islam dalam kehidupan politik. Bacan membentuk forum Sekretaris Kesultanan yang mendampingi Sultan dalam urusan pemerintahan. Ia menata manajemen kesultanan, terutama surat dari dan untuk kesultanan. 

Bangsa Eropa pertama kali melalui Portugis menanamkan efek di Bacan pada kurun ke-16. Portugis kemudian membangun benteng Fort yang kemudian kelak akan diambil alih oleh Belanda. Benteng Fort masih sanggup dilihat kini ini. Ketika Belanda masuk ke Bacan, ibarat dengan Tidore, Bacan dalam hal korelasi dengan Belanda merasa kurang diuntungkan. 

Kesultanan Bacan kemudian mengharuskan menyetujui perjanjian monopoli dengan Belanda dalam perdagangan cengkeh. Bacan mempunyai efek besar dalam perdagangan di Maluku. Bacan menjadi menjadi sentra distribusi pala dan cengkeh di Ternate, Tidore, Moti, dan Halmahera. 

Rujukan: 

Harun, Yahya. 1995. Kerajaan Islam di Nusantara Abad XVI dan XII. Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera
Nugroho Notosusanto, dkk. 2010. Sejarah Nasional Indonesia jilid III. Jakarta: Balai Pustaka
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam, Bulan Bintang. Jakarta. 
Departemen Pariwisata RI. 2012. Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Ambon: BPSNT Ambon

Berbagi :