Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Doktrin Eisenhower Dan Keterlibatan Amerika Dalam Konflik Di Timur Tengah

Dwight David Eisenhower, Presiden AS ke-34. Foto: History.com

Pada tanggal 5 Januari 1957 dalam sebuah pidato berjudul "Special Message to the Congress on the Situation in the Middle East," sebagai jawaban Presiden Eisenhower atas situasi yang semakin tegang di Timur Tengah, Presiden Dwight Eisenhower memberikan sebuah usul ke sebuah sidang adonan Kongres A.S. yang meminta kebijakan Amerika yang gres dan lebih proaktif di wilayah ini. Doktrin Eisenhower, ketika usul tersebut segera diketahui untuk membangun medan perang Timur Tengah sebagai medan Perang Dingin.

LATAR BELAKANG DOKTRIN
Gamal Abdul Nasser mendapatkan dukungan dari rakyat melawan dominasi barat atas Terusan Suez. Foto: theconversation.com
Amerika Serikat percaya bahwa situasi di Timur Tengah merosot parah selama tahun 1956, dan pemimpin Mesir Gamal Nasser dianggap bertanggung jawab. Amerika memakai nasionalisme anti-Barat Nasser dan hubungannya yang semakin akrab dengan Uni Soviet sebagai pembenaran untuk ikut campur dalam ketegangan akhir rencana pembangunan Bendungan Aswan di Sungai Nil pada bulan Juli 1956 yang menjadikan Krisis Suez.

Kekosongan kekuasaan akhir memudarnya efek Britania Raya dan Perancis di Timur Tengah sehabis A.S. melayangkan protes atas sikap sekutunya di Perang Suez, Eisenhower merasa bahwa posisi berpengaruh perlu ditegakkan untuk memperbaiki suasana yang diperparah oleh posisi Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir. Nasser dengan cepat membangun efek dan memanfaatkannya untuk mengadu Soviet dan Amerika Serikat; ia mengambil posisi "netral positif" dan mendapatkan pertolongan dari Soviet.

Kurang dari sebulan kemudian, Nasser menguasai Terusan Suez. Tindakan ini mendorong sebuah serangan terkoordinasi oleh pasukan militer Prancis, Inggris dan Israel di Mesir pada final Oktober 1956. Dalam konteks politik global, keyakinan ini dibentuk sebagai jawaban atas kemungkinan pecahnya perang akhir upaya Uni Soviet untuk memanfaatkan Perang Suez sebagai alasan turun tangan di Mesir. Seketika, tampak bahwa Timur Tengah mungkin akan menjadi lokasi Perang Dunia III.

USUL EISENHOWER TERHADAP KONGRES AMERIKA

Menanggapi perkembangan politik di Timur Tengah yang memans, dalam pidato 5 Januari 1957, kepada Kongres, Presiden Dwight Eisenhower menyerukan "tindakan bersama oleh Kongres dan Eksekutif" dalam memperhatikan "meningkatnya ancaman dari Komunisme Internasional" di Timur Tengah. Secara khusus, beliau meminta izin untuk memulai jadwal gres berupa kolaborasi ekonomi dan militer kepada negara di Timur Tengah apabila terancam oleh aksi bersenjata dari negara lain.

Pemerintahan Eisenhower melihat Timur Tengah sebagai tempat yang penting bagi kebijakan luar negeri  karena tidak hanya menyangkut Amerika Serikat, namun juga sekutu-sekutunya. Sebagian besar persediaan minyak dunia ada di Timur Tengah, dan apabila tempat tersebut masuk ke efek komunisme, Amerika Serikat dan sekutunya akan menderita krisis ekonomi hebat.

Protes Eisenhower terhadap sekutu lamanya, Britania Raya dan Perancis, ketika Krisis Terusan Suez bermakna bahwa Amerika Serikat yaitu satu-satunya kekuatan Barat di Timur Tengah dan menempatkan sumber minyak A.S. di ujung tanduk seiring masuknya Soviet untuk mengisi kekosongan kekuasaan.

Eisenhower juga meminta otorisasi untuk memakai pasukan AS guna menghadapi ancaman Soviet dan Komunis Internasional dengan mengamankan dan melindungi integritas wilayah dan kemerdekaan politik negara-negara Timur Tengah yang meminta pertolongan untuk melawan aksi bersenjata dari negara manapun yang dikendalikan "Komunisme Internasional."

Eisenhower tidak meminta peruntukan dana khusus pada ketika itu; Meskipun demikian, beliau mengindikasikan bahwa beliau akan meminta $ 200 juta untuk  diperuntukan sebagai pertolongan ekonomi dan militer untuk alokasi anggaran tahun 1958-1959. Dengan ikut campur di Timur Tengah, AS akan menghalangi "Komunis yang haus kekuasaan" untuk tidak mencampuri di Timur Tengah.

Sementara beberapa surat kabar ibarat Chicago Trubune menyebut sebagai keyakinan "konyol" dan kritikus merasa tidak nyaman dengan kebijakan terbuka untuk tindakan Amerika di Timur Tengah. Akan tetapi Dewan Perwakilan Rakyat A.S. dan Senat AS menanggapi publik dengan bunyi yang luar biasa untuk mendukung anjuran Eisenhower.

DOKTRIN EISENHOWER DI LIBANON 1958

Doktrin Eisenhower mengeluarkan permintaan pertamanya untuk bertindak pada animo panas 1958, ketika perselisihan sipil di Lebanon dan menjadikan Presiden Lebanon, Camille Chamoun meminta pertolongan Amerika. Sekitar 15.000 pasukan A.S. lalu dikirim untuk membantu mengatasi gangguan tersebut. Dengan Doktrin Eisenhower dan tindakan pertama yang diambil atas namanya, Amerika Serikat menawarkan ketertarikannya pada perkembangan Timur Tengah.